Kembali Berteman

1.1K 332 90
                                    

“Selain penyalahgunaan narkoba jenis sabu, M-P-A terancam pasal berlapis atas tuduhan pembunuhan berencana, dengan hukuman kurangan penj … ”

Tayangan berita langsung senyap begitu Vishal membanting ponsel tanpa aba-aba. Derak pecah menggema. Serpihan kaca terlihat menyebar di lantai. Cowok bermata biru itu duduk di lantai dengan marah, kemudian menyandar di pembaringan penuh frutrasi. Kedua tangannya mengepal sementara napasnya memburu.

Ia tidak pernah menyangka hidupnya bisa terjungkir dalam satu malam. Baru beberapa waktu lalu dirinya mengecap kehadiran kakak lagi, sekarang malah begini.  Tidak ada badai atau topan, mendadak saja semua harapannya hancur. Marko, kakaknya, diringkus polisi.

Kejadian ini bukan saja mencoreng muka keluarga, tetapi juga menghancurkan Vishal sampai ke nadir. Padahal Marko adalah kebanggaan, lentera jalan yang selama ini terasa berliku. Kakaknya itu bukan saja berprestasi dalam akademik. Ia pun selalu memenuhi tuntutan yang diarahkan orangtuanya. Belum lagi jejaknya bersih. Jangankan narkoba, merokok saja tidak. Vishal bahkan berani bertaruh jika semua orang di dunia ini menjadi junkie, maka Marko adalah orang terakhir yang menyandang status pecandu.

Tapi kenapa? Kenapa justru sekarang begini?

Vishal meracau dalam hati. Ia memeluk lutut dan memaki entah pada siapa.

“Kamu yang salah, Pa. Kamu terlalu menekan Marko!”

“Kalau ada yang harus disalahkan, harusnya itu kamu! Kamu terlalu memanjakan anakmu itu.”

“Begini baru bilang anakku. Dia anakmu juga!”

Vishal menutup kuping sambil menggeleng frutrasi. Di luar kamar, orangtuanya sedang adu mulut, saling menyalahkan. Mereka selalu begitu jika ada masalah.

Vishal ingin melompat ke luar jendela. Pasokan oksigen terasa sedikit hingga membuatnya sesak. Dadanya nyeri. Kepalanya berputar seperti komidi.

*
*
*

“Nyabu bukan hal aneh di dunia artis. Justru bingung kalau nggak make.”

“Berarti kekayaan mereka haram, dong. Hasil transaksi sabu. Ih, najis.”

“Jangan-jangan dia juga make. Lihat saja matanya aneh begitu.”

“Ngeri banget punya kakak penjahat. Mending bunuh diri saja kalau gue.”

Vishal mendengus ketika cemoohan-cemoohan itu mengusik kuping. Kedua tangannya masuk saku, kepalanya tertunduk dalam. Ia bertanya-tanya, apa sebaiknya pulang seperti kemarin-kemarin, ya? Tapi kemudian ia menggeleng. Tiga hari berturut-turut memang aman. Tapi kalau sekarang tertangkap basah karena bolos, bisa kena gantung.

“Sabu dulu, Vi. Sarapan bubur. Biar bisa nyimeng, nyanyi sama Komeng. HAHAHAHA.”

Vishal terkejut ketika seseorang mendadak merangkulnya. Ia mendongak dan amarahnya langsung meletup. Ia berusaha menepis tapi pihak bersangkutan tidak membiarkan. Cowok yang merangkulnya itu terbahak bersama kedua temannya. Membuat lelucon yang sama sekali tidak lucu.

They Did ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang