1

393 29 13
                                    

Semua terdiam.

Penonton yang di lapangan bahkan yang menonton dari televisi terpaku pada angka 6 dan juga 86.

Kemenangan Jabberwork.

Kasamatsu menelan ludahnya paksa, menerima kekalahan memang menyakitkan namun apa boleh buat. Ia tak pernah bertanding dengan orang luar negeri seperti mereka. Kemudian ia mengulurkan tangannya namun si pirang hanya terdiam.

"Selamat ya"

Ia masih terdiam.

"Wo-Woaaw sungguh hebat! Bisakah kalian mengatakan sesuatu untuk penonton? Tips menjadi kuat misalnya?"

Mc yang ada di sana mencoba untuk mencairkan suasana. Ia menyodorkan mic namun lawan bicaranya terdiam.

"Heh"

Senyum meremehkan terpampang jelas di wajah seorang Nash Gold Jr, ketua Jabberwork.

"Permainan kalian bahkan lebih buruk dari monyet. Apa ini tim terkuat kalian? Jepang ternyata memang lemah ya!"

Nash meludah ke tangan Kasamatsu, membuat siapapun yang melihatnya geram. Tentu saja, pria itu bahkan meremehkan seluruh pemain basket Jepang.

"Tak ada gunanya kita di sini. Pemain di sini lemah semua. Ayo pu-"

"Tunggu dulu, bocah"

Seorang pria berjalan memasuki lapangan dengan santai. Nash dan juga pemain lainnya berbalik dan menatap pria itu.

"Tim kami bukan hanya mereka. Bertandinglah melawan tim yang satu lagi dan aku yakin kalian akan kalah!" Teriak pria itu, sebut saja Aida Kagetora.

"Heh.. Palingan sama halnya dengan para monyet ini" Sahut Silver, salah satu yang berbadan paling besar di sana.

"Kita lihat saja! Kalau kalian kalah kalian akan pulang dengan rakit!!" Kata Kagetora.

Nash kembali tersenyum meremehkan kemudian ia berdiri di hadapan Kagetora.

"Kalau begitu kami menantikannya, pria tua" Katanya.

.
.
AoKise
.
.

"Kupikir Kurokocchi memanggil kita untuk apa ssu"

"Lama tak jumpa, Aka chin"

"Sudah lama kita tak berkumpul di sini nodayo"

"Ya, kau benar"

5 orang pemuda dengan rambut berwarna warni tengah berkumpul di salah satu gym. Mereka yang memang sudah berteman sejak SMP namun terpisah karena memasuki SMA masing-masing.

"Oh kalian sudah berkumpul. Ini pertama kalinya kita bertemu. Aku kenal baik dengan pelatih kalian" Kata Kagetora. Ia memasuki gym bersama sang anak, Aida Riko.

"Ngomong-ngomong... kemana mereka?" Tanya Aomine, pemuda dengan rambut biru tua.

"Tak mungkin kan mereka tidak datang nodayo" Kata Midorima, pemuda bersurai hijau dengan teko ditangannya. Ia menyebut benda itu sebagai lucky item nya hari ini.

"Pemain utama selalu datang terlambat, bukan?" Seru seseorang yang baru saja masuk. Mereka yang ada di sana hanya bisa terkekeh.

"Heh pemain utama apanya. Disini yang jadi tokoh utama itu aku ssu!!" Protes Kise. Iya sayang iya.

"Kalian jangan lupakan pemain cadangan juga. Yo!" Lalu datanglah 3 orang lagi.

"Hyuuga senpai" Seru Kagami, pemuda dengan alis bercabang.

"Takao" Gumam Midorima.

"Wakamatsu.... san" Panggil Aomine, sebisa mungkin ia bersikap sopan di hadapan yang lain.

Last Game (AoKise)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang