"Kalau aku memilih untuk menyerah... bagaimana ssu?"
Pertanyaan itu terus terngiang di kepala Nash. Pria itu tak memberikan jawaban ketika Kise menanyakan hal itu. Tentu saja kalimat yang terlontarkan membuatnya syok.
Saat ini ia tengah berada di cafe rumah sakit. Silver berkata akan ke rumah sakit setelah makan siang. Kise juga sedang tertidur jadi ia memiliki sedikit waktu luang.
"Yo"
Nash menoleh dan mendapati dua orang dengan kulit yang hampir sama menghampirinya.
"Bagaimana bisa kalian ke sini bersama?" Tanyanya heran.
Aomine menunjuk Silver dengan ibu jarinya.
"Aku bertemu dengannya di lampu merah. Ia memalak salah satu pengendara dan memintanya untuk mengantarnya ke sini" Jelasnya.
"Setidaknya aku bukan orang yang main tonjok kalau bertemu dengan orang lain" Balas Silver.
"Kau selalu berbicara pakai bahasa Inggris. Bagaimana aku tidak bisa tidak memukulmu?! Lihat muka jelekmu saja aku sudah kesal" Keluh Aomine.
"Apa katamu, bocah?! Dengar ya, monyet sepertimu bahkan kalah melawan kami!"
Nash menghela nafas. Perdebatan antara kulit hitam membuat mereka menjadi pusat perhatian.
"Kalian berhentilah berdebat! Bikin malu saja! Kalau masih mau berdebat lebih baik pulang saja sana!"
Oke kali ini Nash mengomeli mereka layaknya ibu-ibu yang ketauan anaknya mencuri di sebuah toko. Segala pose memegangi pinggangnya. Lengkap sudah.
"Baik, mama"
"SIAPA YANG KAU PANGGIL MAMA?!" Bentak Nash, ia hampir melempar minumannya ke Aomine yang berkata seperti itu.
.
.
AoKise
.
.Kise kini sedang makan dengan Aomine yang menyuapinya. Ia masih bersikeras untuk pulang tapi kata Aomine tunggu konfirmasi dari dokter dulu.
"Aku mau pulang nyam nyam"
"Iya iya"
"Daikicchi ayolah~"
"...."
"Nacchi sama Silver lagi ngedate jadi ini kesempatan kita! Ayo Daikicchi!!"
Kise menggoyangkan lengan Aomine. Pemuda tan itu masih terdiam. Memang benar, saat walinya Kise sedang berkencan ini kesempatannya untuk menculik kekasihnya.
Kapan lagi dia akan bersenang-senang dengan Kise? Tanpa adanya pengganggu seperti Nash.
Aomine menyeringai, ia kemudian pergi meninggalkan Kise yang menatapnya bingung. Beberapa saat kemudian ia kembali dengan dokter.
"Ba-Baiklah kau boleh pulang" Kata dokter lalu melepas infusnya Kise.
Setelah lepas, Kise segera beranjak dan menarik lengan Aomine untuk keluar.
"Terima kasih ssu, Midorima sensei!" Teriak Kise.
Dokter yang bermarga Midorima hanya menghela nafas. Ia sudah hafal dengan sifat teman anaknya ini. Kemudian ia mengeluarkan hp dan menelepon anaknya.
"Temanmu sudah keluar dari rumah sakit. Kamu bisa menggantikan ayah untuk mengeceknya tiap minggu. Itung-itung sekalian prakter kedokteran"
"Ap?! Bukankah Kise masih-"
Pria itu langsung menutup teleponnya. Ia tahu pasti anaknya menggerutu di sebrang sana.
.
.
AoKise
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Game (AoKise)
FanfictionSekelompok pemain basket jalanan dari Amerika datang dan meremehkan pemain Jepang. Kagetora, mantan pemain timnas Jepang terbawa emosi dan menantang mereka dengan pemain yang berpotensi. Sebenarnya tidak terlalu sulit namun untuk yang mempunyai ses...