Arsya memasuki rumahnya. Sepi, tak ada yang menjawab salamnya tadi. Namun hidung Arsya dapat mengendus sesuatu. Seperti kue brownies coklat yang baru keluar dari panggangan.
Tanpa sadar, kakinya sudah melangkah mengikuti bau enak itu hingga dapur.
"Emm, baunya enak. Mama buat apa?"
Wanita lebih dari setengah abad itu menoleh. "Eh Arsya, sudah pulang nak? Ini Mama buat brownies coklat, kamu mau?"
Arsya mengangguk. "Arsya mandi dulu Ma. Habis itu mau ke rumahnya Bintang buat belajar bareng. Boleh gak Ma kalau brownisnya dibungkus aja biar bisa dimakan bareng Star?"
"Boleh dong sayang, kamu mandi dulu gih, nanti Mama bungkusin," jawab Rayana.
Menjadi anak bungsu, membuat Arsya selalu diperlakukan layaknya anak kecil. Apalagi jarak umurnya dengan kakaknya, Zeela, tergolong jauh, tiga belas tahun.
Arsya mengambil satu potong brownis coklat tersebut, lalu buru-buru ia masukan ke dalam mulutnya.
"Oh ya Ma, Kak Zee belum pulang?"
"Belum, mungkin sebentar lagi," jawab Rayana.
Kakak Arsya, Zeela Athela Andrianka. Perempuan tiga puluh tahun yang masih setia melajang. Seluruh harinya sibuk untuk meneruskan bisnis almarhum papanya yang ternyata tidak mudah. Narendra Andrianka, Papa Arsya telah meninggal delapan belas tahun yang lalu. Bahkan saat Arsya belum dilahirkan.
Arsya pun melangkahkan kaki ke kamarnya. Pulang sekolah sore-sore begini merupakan waktu yang nikmat untuk mengguyur kepalanya menggunakan air dingin.
Setelah menyelesaikan ritual mandinya yang hanya lima menit tapi wanginya menyeruak ke seluruh kamar, Arsya langsung merebahkan tubuhnya. Kasur ini terlalu menggoda untuk sekedar merebahkan punggungnya.
Kepalanya menoleh ke arah jendela, tepat di depan kamarnya terlihat kamar Starla yang masih tertutup. Starla baik-baik saja kan?
Tangan Arsya bergerak mengambil ponsel tak jauh dari tubuhnya.
Bintang 🌠
Star gue ke rmh lo ya, mama bikin brownies coklat
Ceklis satu tertera di sana, itu artinya Starla belum membuka ponselnya.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Arsya pun refleks menoleh ke arah pintu, ada kakaknya di sana. Terlihat perempuan itu masih lengkap dengan setelan formalnya.
"Kenapa kak?" tanya Arsya.
Zeela tak menjawab, ia hanya menatap adiknya sekilas setelah itu pergi tanpa menutup pintu.
"Kak Zee!" pekik Arsya gemas.
Kenapa para kakak selalu berbuat seperti itu? Hanya membuka pintu lalu pergi begitu saja tanpa menutup pintu kembali. Apakah mereka hanya memastikan adiknya masih bernafas di dalam kamar?
Arsya bangkit dari rebahannya. Lebih baik ia ke rumah Starla.
Arsya mengambil tas serut hitam yang ia simpan di lemari, mengisinya dengan beberapa buku yang mau ia bahas bersama Starla. Tak lupa beberapa alat P3K.
Arsya memilih turun untuk mengambil brownis terlebih dahulu.
"Mama brownies Arsya mana?" tanya Arsya sedikit berteriak. Ia tak tau sosok mamanya ada di mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYARENDRA
Teen FictionSpin off BILA (bisa dibaca terpisah) Arsyarendra Andrianka. Seorang lelaki yang terlihat sempurna dan selalu bahagia di mata semua orang. Namun tidak di mata Starla. Starla Xaviera. Seorang gadis dengan segala luka yang ia miliki. Hanya Arsya yang i...