06. Inner child

263 31 1
                                    

Haii!

Udah berapa lama aku Hiatus dari cerita ini 😭🤧

Selamat menjalankan ibadah puasa 🙏

-happy reading-

Di Sabtu pagi ini Arsya sudah rapi dengan kaos hitam polos dan celana denim senada.

Kakinya menuruni tangga satu persatu, tujuannya langsung ke dapur untuk bertemu sang Mama. Bukanya Rayana yang ada di sana, tapi Zeela yang sibuk mengaduk sesuatu di panci.

"Loh Kak, Mama mana?"

"Di kamarnya, Mama semalem agak demam," jawab Zeela.

Arsya langsung membelalakkan matanya. "Kenapa Kak Zee gak bilang aku?" Arsya buru-buru menuju kamar mamanya yang ada di bawah.

Sebetulnya kamar mamanya dulu ada di atas. Namun kamar itu di alih namakan menjadi kamar Arsya. Jadi Rayana selama ini menempati kamar bawah.

Sebenarnya ada dua kamar lagi di atas, tapi Mama bilang tak ada yang boleh menempatinya.

Pertama ada kamar Kak Bila, kakak pertama Arsya yang telah meninggal belasan tahun lalu, sebelum Arsya lahir. Walaupun begitu Arsya tau betul Kak Bila merupakan sosok yang baik, ia tau dari Zeela yang banyak bercerita.

Kedua kamar Anindya. Bunda, begitu Arsya memanggilnya. Kak Zeela memanggilnya Bunda jadi Arsya ikut-ikutan saja.

Walaupun kedua kamar itu sudah tidak ditempati, tapi percayalah kamar itu selalu bersih dan wangi. Setiap pagi Mama selalu membuka setiap jendela dan membersihkannya.

Tok tok tok...

Arsya mengetuk pintu sebelum membukanya.

Ia menatap sendu sosok mamanya yang terbalut selimut, sesekali wanita paruh baya itu terbatuk.

Arsya mendekat, ia memilih duduk di bawah, menggenggam tangan mamanya erat.

"Mama sejak kapan sakit? Kok enggak bilang Arsya?" tanya Arsya sendu.

Rayana membuka matanya, ia tersenyum kecil, mengelus rambut putranya sayang. "Mama gak papa nak," ucap Rayana menenangkan.

"Gak papa apanya?" ucap Arsya mulai parau. Mama merupakan kelemahan Arsya.

Terdengar pintu terbuka. "Mama sarapan dulu ya. Habis itu minum obat," ucap Zeela yang sudah membawa semangkuk bubur, segelas air putih, dan obat.

"Biar Arsya aja Kak." Arsya pun mulai mengambil alih nampan yang Zeela bawa.

"Hati-hati," himbau Zeela sebelum keluar dari kamar mamanya.

Arsya mulai menyuapi Rayana dengan telaten hingga bubur buatan Zeela itu benar-benar habis. Setelahnya Arsya membantu Rayana untuk meminum obatnya.

"Terima kasih ya nak," ucap Rayana sambil menyerahkan gelas yang baru saja ia gunakan untuk minum.

"Arsya enggak ke rumah Papa?" tanya Rayana.

"Mama lagi sakit," jawab Arsya pelan.

"Kalau Mama sakit, Arsya lupa sama Papa?" Terlihat Arsya menggeleng. "Lagi pula, Mama udah lebih baik, kan udah di urus sama anak-anak Mama."

"Arsya sama Kak Zeela ke sana ya?" bujuk Rayana.

"Mama?"

"Mama titip salam aja buat Papa," balas Rayana.

~~~

Arsya berjalan ke arah dapur dengan tangan yang membawa nampan tadi.

"Kakak ayo," ucap Arsya pada Zeela yang duduk anteng di meja makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARSYARENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang