04. Jamu Mbah Juminten

243 25 3
                                    

Starla sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Rambutnya ia kuncir rapi dengan kunciran bandul bebek miliknya yang lain, ia bahkan punya satu kotak penuh! Oh ya gantungan kunci bebeknya belum ketemu sampai sekarang.

Tangan Starla mengambil plaster luka yang lagi-lagi bergambar bebek kuning, memasangnya ke pelipisnya yang masih terasa perih.

Ia segera mengambil tas dan sepatunya. Buru-buru ke luar untuk menghampiri sopir langganannya sebelum ditinggal seperti kemarin.

"Assalamualaikum Tante Yanaa! Kak Zona Ekonomi Eksklusif!! Star yang bersinar ini datang!!" teriak Starla tanpa malu saat masuk ke rumah Arsya.

"Eh Star, sini sarapan dulu sayang," panggil Rayana lembut.

Air muka Starla sangat cerah, secerah bintang di tengah malam. Ia segera bergegas ikut bergabung sarapan dengan tetangganya ini.

"Kak Zee keren deh, pake jas gitu. Star juga mau." Puji Starla pada perempuan tiga puluh tahun yang sibuk memakan roti gandumnya.

"Gak sekeren apa yang kamu pikirkan Star. Nikmatin dulu masa-masa sekolah," balas Zeela.

"Terima kasih Tante." Starla berterima kasih saat sepotong roti dan segelas susu di sodorkan oleh Rayana.

Rayana mengangguk, mengelus surai panjang itu sayang.

Terdengar langkah kaki menuruni tangga dengan perlahan. Hingga sosok jakung itu benar-benar terlihat.

"Ngapain lo pagi-pagi udah ada di rumah gue?" hardik Arsya saat mendapati bebek lovers itu sudah duduk anteng sembari menggigit roti gandum.

"Numpang sarapan. Kan masakan Tante Yana ter-the best!" Starla mengacungkan kedua jari jempolnya.

Ya memang betulkan, masakan Rayana paling enak dari semua masakan yang pernah Starla cicipi. Karena, Starla tidak pernah dimasakkan makanan oleh ibu kandungnya sendiri.

Arsya hanya mendengus, ia pun ikut duduk di antara ketiga perempuan kesayangannya.

"Sarapannya sayang." Rayana meletakkan menu sarapan yang samaa dengan apa yang di makan Zeela dan Starla.

"Terima kasih Ma."

Belum juga roti gandum itu berhasil ia gigit suara Zeela lebih dulu menginterupsi.

"Besok weekend Sya," ucap Zeela yang Arsya sudah tau artinya.

"Hm." Arsya hanya bergumam lalu melanjutkan makannya.

Roti Arsya sudah habis ia telan. Dengan cepat ia meneguk susu yang sebenarnya kurang ia sukai. Tak apalah, jarang juga Mamanya menyuruhnya minum susu.

"Arsya berangkat dulu ya Ma, Kak," ucap Arsya setelah bangkit dari duduknya.

"Ihh kok lo udah habis duluan." Rengek Starla yang masih sibuk menggigit rotinya. Padahal kan, dia dulu yang makan! Huh. Ini tidak adil.

"Lama lo," balas Arsya.

Arsya bangkit untuk menyalami Mama dan Kakaknya terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah.

"Ikut gak lo?" tanya Arsya yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Syasya tunggu!"

Starla buru-buru meneguk segelas susu hangat tersebut, sedangkan ditangan satunya masih ada sisa roti yang belum habis.

"Pelan-pelan aja nak," ucap Rayana menasehati. "Arsya, Star nya tungguin!" peringat Wanita paruh baya itu lagi.

"Star berangkat ya Tante," pamit Starla sambil menyalami tangan Rayana. "Doain juga Star hari ini ulangan biar dapat nilai bagus!"

ARSYARENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang