Alexandrio madinata lilfauzi
Saya tidak pernah merasa begitu bersemangat menyambut hari pertama masuk sekolah setelah liburan. Hal itu terjadi sebab saya tidak merasa ada yang beda antara hari libur atau bukan, bagi saya mereka sama. Mungkin untuk tahun ini akan agak sedikit berbeda. Wan lubnayya nabigha, dia masuk ke sekolah ini lewat jalur beasiswa sekolah ini, mungkin hari hari yang selalu sama ini akan jadi sedikit berbeda. Mungkin....
Saya berangkat lebih cepat, 40 menit sebelum bel berbunyi. Sekolah sudah ramai dengan siswa baru. Mereka nampak antusias dengan keadaan sekolah ini, atau bertemu dengan teman yang sama sama masuk sekolah ini. Saya menuju majalah dinding tempat daftar nama siswa dan penentuan kelas serta wali kelas berada. Ramai sesak siswa berdesakan ingin melihat nama mereka dan di kelas mana mereka akan belajar.
"Misi!!! Misi!!! Orang cantik mau lewat!! Jangan dorong dorong dong lu!!" Teriak cempreng dari seseorang siswa baru yang menerobos kerumunan siswa didepannya.
Saya memilih untuk tidak menerobos, namun tetap berdesak desakan di kerumunan siswa siswa ini. Sehabis memperoleh apa yang ia tuju, gadis cempreng itu kembali ke teman-temannya. Dari balik kerumunan aku hanya mengenal satu wajah, wajah Wan yang rautnya tiba tiba berubah.
"NAY!!!" teriak teman di sebelahnya tidak digubris wan. Wan menerobos kerumunan siswa dengan ceroboh. Saya yang tahu itu berusaha menyusul dia di balik kerumunan ini, mencoba membuka jalan untuk dia. Dari jarak normal seseorang bisa melihat Mading, Wan yang saya kenal tiba tiba terdiam, raut wajahnya pucat pasi. Kemungkinannya hanya satu, namanya tidak ada di Mading.
Bukan hal umum ada yang namanya siswa yang berani membayar lebih untuk mendapat kursi di sekolah ini. Namun ada yang murid baru tidak tahu dari sekolah ini, dimulai dari angkatan saya. Sekolah ini membuat tiga orang peringkat teratas per kelas tidak dicantumkan namanya di Mading. Wan menerima beasiswa jadi gak mungkin dia diambil kursinya oleh seseorang.
Wan nampak bisa pingsan sewaktu waktu, dia shock berat melihat namanya tidak tercantum. Saya memegang pundaknya dari belakang, saya berusaha sebaik mungkin untuk tidak menyentuh secara langsung. Saya gugup untuk memulainya, namun saya rasa saya harus mengeluarkan dia dari kerumunan ini. Masih berusaha keras untuk tidak memegang tangannya, saya memegang kurung lengannya dan menuntun dia keluar dari kerumunan ini.
Saya rasa sebelum saya berpisah dengannya lagi, saya harus menyampaikan ini.
"Seburuk apapun situasinya, jangan berburuk sangka sama Allah" ucap saya.Kedua sahabatnya langsung mendekat. Saya masuk kembali ke kerumunan siswa dan menghilang dari mereka, saya bukan orang penting dalam cerita mereka. Karena keterlambatan pemasangan Mading, sehabis saya tahu dimana kelas saya berada, bel pun berbunyi. Saya liat adik saya menjadi pemimpin upacara, dengan gagah memakai seragam paskibra nya.
Upacara dimulai, susunannya selalu sama di tiap upacara. Perbedaan akan ada tepat setelah pak kepala sekolah mengeluarkan kertas. Riuh meriah menghiasi lapangan upacara ini. Saya memperhatikan saja dengan tenang kemana dibawanya pengumuman ini.
Nama adik saya di panggil berkali kali, sebaliknya nama saya dipanggil hanya sekali, maklum, lomba yang saya ikuti tidak pernah mendapat perhatian khusus dari penyelenggaranya.Setelah berbagai prestasi sekolah ini disebut, sekarang tiba saatnya pengumuman yang ditunggu tunggu, pengumuman siswa dengan perolehan nilai terbaik. Dimulai dari kelas tiga, adik saya kembali menorehkan prestasinya, berlanjut ke kelas dua, dan yang paling terakhir, murid murid baru.
Saya tahu gambaran besar apa yang akan terjadi untuk pengumuman kali ini, akan ada yang sangat senang kali ini. Pengumuman pertama disampaikan, dan bukan namanya yang diumumkan. Pengumuman selanjutnya terkesan lebih lama bagi saya..... Entah kenapa, meski ini bukan urusan saya, ada penasaran menunggu yang muncul.
"Peringkat kedua penerima program beasiswa diraih oleh..... Wan lubnayya nabigha " ujar pak kepala sekolah memanggil namanyaAda yang tiba tiba lepas dari perasaan menunggu yang tadi muncul. Saya tidak tahu kenapa, saya tersenyum untuk keberhasilan orang lain yang baru saya kenal. Dari podium, matanya melihat sosok adik saya, untuk kesekian kalinya penampilan mirip kami membuat saya kecewa.
Minggu depan
Saya dipaksa ikut ayah untuk melalukan pemeriksaan panti, yang jadi pertanyaan, apakah penting bagi seorang donatur melakukan pemeriksaan sendiri?
Jawabannya tidak. Namun meski tanpa mengetahui sebab ayak kesini, saya pribadi punya alasan saya untuk kesini, nay. Nay keluar dengan malu malu dan menghampiri anak panti. Saya yang tidak ikut berbincang dengan ayah dan ummi Zahra lebih memilih untuk melihat anak anak bermain bersama nay. Saya melihat ketulusan dan kehangatan di matanya, mata wanita yang sudah siap menjadi ibu, tanpa disadari senyum kecil terbentuk di wajah saya.
Besok
Hari ini hari pertama ekskul sastra Inggris dibuka setelah kemarin ditunda. Saya yang seperti biasa berangkat sendiri dihampiri seseorang.
Seragam yang tidak rapih, wajah yang bersih dari bulu, dan selalu dihiasi senyum. Adik saya, alexandria juga ikut ekskul ini. Seenaknya dia merangkul saya dan kemudian kami berjalan bersama menuju ruang ekskul sastra Inggris.
Saya mendapati teman saya dan Naya sudah ada di sana duduk dengan tenang di tempat mereka. Perkenalan anggota dimulai, pengurus baru mulai memperkenalkan diri mereka.
Setelah perkenalan selesai kini giliran kelas saya untuk memperkenalkan diri, dimulai dari mantan ketua ekskul ini."Namaku Budi Ferdian kelas tiga IPA" ujar kak budi ramah
"Alexandria madinata lililmi gue pikir semua udah pada kenal kan?? Kelas tiga unggulan" ucapnya antusias sambil mengangkat tangan di atas.
"Alexandrio madinata lilfauzi kelas tiga IPS" ucap saya kurang ramah
Alex dan saya sudah bertemu dalam satu ruangan, terlepas gaya berpakaian kamu yang berbeda, saya rasa itu cukup untuk naya mengetahui kami ini kembar. Mengetahui hal ini, saya akan penasaran, yang mana dari kami yang diingat olehnya.
Saya akan penasaran akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAM
RomanceWan Lubna seorang siswi yatim yang mengurus panti asuhan bersama ibunya. Karena masalah ekonomi, pendidikan wan harus terhenti sementara dua tahun. Sekarang, di umurnya yang 18 ia masuk SMA impiannya "SMA SURYA ANGKASA" pertemuan dengan pemberi pay...