Bab:1

1 0 0
                                    

Hamparan senja yang membentang di depan sana membuat siapapun yang saat ini melihatnya pasti terpesona. Seperti pandangan seorang lelaki yang menikmati senja di Gedung kampus di hari yang sudah menjelang sore hari ini, seakan sulit baginya untuk beranjak pergi meninggalkan hamparan indah yang ada di depannya. Sambil sesekali melihat ke bawah dan terlihat beberapa mahasiswa yang akan pulang ke rumah masing-masing. Di barengi dengan matahari yang mulai terbenam, ia pun turun dari lantai dua menuju lantai satu. Karena memang kampus sudah mulai terlihat sepi, sehingga ia pun harus pulang ke rumah.
Baru saja ia melangkahkan kaki menuju tangga sebuah suara yang membuatnya menghentikan Langkah dan langsung menoleh ke belakang menuju sumber suara tersebut.
“Bruk!!”
“What the … .” sambil menoleh dan ia pun mendapatkan seorang perempuan yang sudah tergeletak di lantai dengan beberapa buku yang berserakan di dekatnya.
Lelaki itu pun hendak melanjutkan langkahnya, tidak berniat untuk membantu perempuan itu. Seakan tidak terjadi apa-apa ia pun melanjutkan langkahnya yang kini lebih cepat dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara.

Setelah sampai di parkiran ia langsung mencari keberadaan motor sportnya yang berwarna hitam, yang baru-baru ini dibelikan oleh sang papa sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke- 22. Sebelum benar-benar beranjak pulang, ia Kembali menoleh ke atas merasa sedikit khawatir dengan perempuan tadi, namun langsung saja ia tepis perasaan khawatir tersebut. Ia pun melihat seorang lelaki yang berlari menuju arah tangga yang diketahuinya adalah seorang penjaga kampus, perasaan lega pun ia rasakan setidaknya dia tidak merasa bersalah karna pergi begitu saja saat melihat orang yang hampir sekarat di depannya dan tidak menolongnya. Ia pun langsung melajukan motornya memecah jalanan Ibu Kota sore menjelang malam dengan cepat untuk meninggalkan kampus dan segera pulang ke rumahnya.

Kenzo Chandra Winata, seorang lelaki berusia 22 Tahun yang kini tengah menduduki semester akhir di kampusnya. Dengan wajah tampan yang dimilikinya dan tatapan hangat yang menjadi ciri khasnya, yang mampu menipu siapapun yang melihatnya. Karna di balik wajahnya yang terkesan hangat tersebut tersimpan sebuah kepribadian yang bertolak belakang dengan dirinya. Selalu berpenampilan cool dengan tinggi 180 cm membuatnya terlihat keren di mata perempuan yang melihatnya, tentu saja untuk mereka yang baru pertama kali melihatnya. Karna mereka yang sudah mengenal sosok Kenzo Chandra Winata dikenal sebagai lelaki yang cuek dan tidak pedulian.

Kenzo sudah sampai di rumahnya, segera ia memasuki rumah besar tersebut yang di dominasi dengan warna putih dan dengan arsitektur yang terukir di dalam membuatnya terkesan mewah, dengan Langkah cepat ia berjalan menuju tangga untuk pergi ke kamarnya. Kenzo memasuki kamar dan melempar sembarangan tas juga kemeja yang dipakainya, ia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah itu Kembali dengan handuk yang sudah membalut setengah dari tubuhnya. Makanan sudah berada di atas meja, dengan segelas susu dan juga air putih yang sudah diantarkan oleh pembantu yang ada di rumahnya. Setelah mengambil pakaian baru di dalam lemarinya ia pun menyempatkan diri untuk menyantap makanan yang sudah disediakan di meja kamarnya, Kenzo sudah biasa tidak ikut makan malam bersama dengan kedua orang tuanya, karna ia sering keluar pada malam hari. Setelah selesai makan kini ia beralih mengambil sligbag berwarna hitam yang sudah diisi dengan dompet dan Hp merk apel yang sudah di gigit berwarna hitam. Kemudian berjalan keluar dan tak lupa mengambil kunci yang ia gantung di dekat pintu kamarnya dengan topi berwarna abu-abu yang ia ambil tepat tergantung di samping pintu.

“Drrrt ... Drrttt,” suara dering hp milik Kenzo berbunyi, menandakan ada panggilan masuk di sana.

Segera ia merogoh Kembali ponsel yang baru saja ia masukkan ke dalam tasnya.

“Halo?” sambut Kenzo setelah menerima panggilan tersebut

“ ... ”

“Iya, gue kesana sekarang!” balas Kenzo sambil bergegas keluar, berjalan turun dari tangga untuk menuju garasi, ia melajukan langkahnya dengan cepat tanpa menoleh ke kiri maupun kanan.

Kenzo yang akan pergi menemui teman-temannya pada hari ini, tetapi harus ia tunda dan akan menuju sebuah tempat yang dikatakan oleh orang yang baru saja menelponnya.

“Kenzo!” suara lantang itu membuat Kenzo menghentikan langkahnya dan seketika menoleh ke belakang, tepat di sofa depan televisi yang tengah menyala.

“Iya pa,” jawab Kenzo sambil berjalan mendekat menuju sang papa berada.

“Mau kemana? Baru pulang terus keluar lagi, kamu kira rumah ini tempat mampir?” tegas Winata papa Kenzo sambil meneguk segelas kopi di tangannya.

Kenzo menunduk dan sedikit menghembuskan nafas, “Kenzo keluar bentar, mau ketemu temen,” balas Kenzo
Sambil memperhatikan Kenzo dengan wajahnya yang tenang Winata pun tak tega untuk melarangnya,

“Ya sudah, jangan pulang larut besok kamu juga masuk pagi kan kuliahnya?” ucap Winata yang kemudian di balas anggukan oleh Kenzo.

“Iya pah, Kenzo pergi dulu ya,” ucapnya berpamitan.

“Mama mana pah?” tanya Kenzo sembari menyalami tangan sang papa.

“Mama kamu lagi keluar belanja bulanan,” balas Winata
“Ya udah kalo gitu pa, Kenzo berangkat ya.” Pamitnya sekali lagi
“Iya, hati-hati gak usah ngebut,” tegas sang papa
Kenzo berjalan Kembali menuju garasi, setelah menemukan motornya ia pun segera menarik gas kemudian berlalu pergi meninggalkan halaman rumahnya yang sudah dihiasi dengan lampu yang menerangi bangunan yang megah tersebut.

Setelah menempuh sekitar 30 menit untuk Kenzo sampai di sebuah tempat yang kini sudah di ramaikan dengan anak-anak muda, Kenzo memarkirkan motornya dan beralih mengambil topi yang ia selipkan di dalam sligbagnya. Sambil merapikan bajunya yang berantakan karena terkena angin di jalanan akibat ia mengebut untuk segera sampai di tempat ini.
Kenzo berjalan masuk, sambil menundukkan pandangannya berharap tidak ada yang mengenalinya seperti teman satu kampusnya. Karena ia tidak mau berurusan dan bahkan sampai mereka bertanya apa yang dilakukan Kenzo di Bar malam ini. Iya, Kenzo sekarang berada di Bar, yang terletak di sebuah sudut perkotaan. Sehingga tidak mudah ditemukan dan jauh dari jangkauan warga juga kota. Membuatnya sedikit merasa aman, namun tetap harus waspada awas- awas ada temannya yang juga ikut atau bahkan tidak sengaja melewati tempat tersebut.
Melihat seseorang yang tidak asing berada di sekumpulan orang-orang yang ia tahu adalah teman Clara yang kini sudah tepar. Kenzo berjalan ke arah sana dan menemukan Clara dengan sebatang rokok yang dihisapnya, sambil menertawakan kedua teman perempuannya yang kini ikut tergeletak di samping para lelaki yang sudah tepar tersebut.
“Sayang ... ” ucap Clara setelah melihat keberadaan Kenzo di depannya.
“Sejak kapan di sini?” tanya Kenzo sambil membuka topi yang di pakainya dari luar tadi dan mengambil duduk di samping Clara, di sofa yang memuat dua orang yang Clara duduki sendiri.
“A ... aku baru nyampe kok,” jawab Clara sedikit gugup, Clara berusaha menyembunyikan rokoknya namun kalah dengan kecepatan sorot mata kenzo.

Kenzo menatap Clara dengan tatapan sedikit mengintimidasi, namun setelah itu ia pun beralih melihat rokok yang Clara pegang dengan tangan kirinya, terkesan disembunyikan namun masih bisa dilihat oleh Kenzo, karna posisi Kenzo saat ini berada disebelah kanan Clara.
Kenzo merebut paksa rokok itu dari tangan Clara, membuat Clara langsung terdiam sambil menunduk.

"Akhh-"

Love For KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang