Ketika Elai hanya butuh beberapa langkah lagi untuk mencapai pintu, entah mengapa gadis itu seolah merasakan perubahan di sekelilingnya. Seperti temperatur udara di sana mendadak berubah. Lebih menghangat. Terutama dengan embusan angin yang memberikan kesan yang berbeda kala membelai pipinya.
Lalu, Elai tercekat.
Ketika ia membuka pintu, namun dalam hitungan detik yang teramat cepat, satu tangan yang kokoh melintasi sisi kepalanya. Meluncur dengan mulus. Mendorong pintu untuk kembali menutup.
Elai kaget, tapi tidak benar-benar kaget sampai tiba masa di mana ia merasakan ada satu tangan yang kekar merengkuh dirinya. Memegang lengan atasnya dan membuat ia tak bisa melangkah lagi. Tapi, semua belum lengkap, sampai di mana telinganya mendengar suara berat itu tepat di telinganya.
"Jangan pergi, Lai. Jangan pergi."
Tak perlu bertanya ataupun menebak, bisa dipastikan Elai saat itu membeku jiwa raga lantaran suara Ares. Ia benar-benar tidak bisa bergerak. Aneh? Jelas. Karena nyatanya, Ares tidak benar-benar menahan Elai. Nyaris tidak terasa ada paksaan dalam rengkuhan cowok itu. Tapi, entah mengapa itu sukses untuk menahan langkah kaki Elai. Terlebih lagi ketika Elai menyadari bahwa wajah Ares sudah mendarat di lekuk pundaknya.
Elai sontak meneguk ludahnya. Merasa tak yakin dengan apa yang ia rasakan saat itu. Tubuhnya memang menegang. Ingin melepaskan diri ..., sekarang terasa mustahil. Terutama ketika telinganya mendengar kembali suara Ares. Kali ini ... mengatakan sesuatu yang membuat jantungnya terasa akan copot dari tempatnya.
"Aku cinta kamu, Lai."
Ucapan itu terdengar lirih, tapi juga teramat jelas. Membuat Elai menganga. Berusaha untuk bisa bicara, tapi kembali Ares terdengar bicara.
"Please," pinta Ares dengan suara yang benar-benar terdengar meluluhkan. "Jangan tinggalin aku. Jangan nangis." Napas Ares terasa membelai kulit Elai. "Jangan ...."
Sekarang bukan lagi membeku, Elai berani bersumpah merasa seperti nyawanya yang seolah terbang melayang meninggalkan tubuhnya.
*
Ungkapan itu benar-benar berhasil untuk melumpuhkan fungsi otak Elai, sepertinya. Atau bahkan lebih lagi. Karena Elai berani bersumpah. Suara Ares ketika mengatakan hal tersebut benar-benar terkesan ... tulus.
Elai mengerjapkan matanya. Buru-buru menarik napas dalam-dalam seraya menyadarkan dirinya sendiri. Dan ketika ia merasa sudah cukup bertenaga, ia pun bicara dengan suara lirih. Tapi, lebih dari jelas untuk bisa didengarkan oleh Ares.
"Nggak cukup kamu cium aku hari ini, Res?" tanya Elai dengan suara bergetar. "Nggak puas kamu cium aku? Bahkan sekarang kamu udah berani ke aku?"
Ares tertegun. Tubuhnya terasa mendingin.
"Elai," kata Ares dengan suara yang tak kalah bergetarnya dengan milik Elai. "Ini aku---"
Tapi, Ares menahan lidahnya. Merasa tak sanggup ketika pemikiran untuk jujur itu muncul di benaknya. Ares memejamkan matanya. Menyadari bahwa ia tak mungkin untuk membongkar jati dirinya saat itu. Melihat dari kemarahan yang sedang melanda Elai ..., maka kejujuran hanya akan membuat cewek itu semakin murka.
Ares menelan kembali pengakuan itu. Rasanya ... tidak nyaman. Membuat dadanya sesak.
Adalah pergerakan tubuh Elai di rengkuhannya yang kemudian membuat Ares tersadar kembali akan situasi saat itu. Ia membuka mata dan langsung menahan Elai.
"Aku mohon, Lai. Jangan pergi."
Bahkan tarikan napas Elai terdengar di telinga Ares. Ketika cewek itu berusaha untuk menjaga kendali dirinya sendiri. Tapi, Ares tidak akan membiarkan Elai bisa mendapatkan sedikit celah pun. Maka, itulah yang kemudian Ares lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEGUARD 🔞 "FIN"
RomanceJudul: LOVEGUARD Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "The Surprise" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ************** "BLURB" Edelai Rawnie tak pernah menjadi putri bungsu yang manja...