28. Kenangan Dan Kenyataan

631 58 3
                                    

"Harusnya Marcel."

Sedetik ketika lidahnya mengatakan itu, Elai tertegun. Menyadari bahwa dirinya mendadak saja terlepas untuk satu hal yang benar-benar tidak ia rencanakan sebelumnya. Membuat ia mengerutkan dahi. Merasa bingung. Dan ketika matanya bertemu dengan sepasang manik gelap milik Ares, maka ia menyadari hal lainnya. Yaitu bukan hanya dirinya yang bingung. Alih-alih sepertinya Ares juga. Lihat saja. Wajah tampan Ares tampak seperti tak berekspresi seperti biasanya.

Dia ... jelas sama bingungnya kayak aku sekarang.

Elai menggigit bibir bawahnya. Memalingkan wajahnya ke arah lain dengan perasaan yang tidak nyaman. Dan sejujurnya saja, Elai benar-benar merutuk di dalam hati. Menyesal karena mengatakan hal yang menurutnya tidak seharusnya ia katakan. Sekarang, diamnya Ares justru membuat gadis itu semakin frustrasi.

"Elai ...."

Hingga kemudian suara Ares terdengar, Elai pun bangkit dari duduknya. Menarik napas ketika menghadapi Ares. Dan ia mengembuskan napas panjang.

"Makan malam ntar, aku mau capcay aja, Res," katanya mengalihkan pembicaraan. "Sekarang aku mau istirahat bentar. Aku capek."

Setelah mengatakan itu, Elai langsung melangkahkan kakinya. Tak memedulikan bagaimana kaki Ares yang turut bergerak, selangkah. Dengan tangan yang terangkat. Ekspresi wajahnya tampak tak terbaca ketika melirihkan nama gadis itu.

"Elai ...."

Hanya saja, lirihan itu terlalu pelan untuk menjamah indra pendengaran dan juga alam sadar Elai. Hingga gadis itu terus saja melangkahkan kakinya. Terus berjalan. Menuju ke kamarnya. Dengan satu ingatan yang lalu membayang di benaknya. Layaknya tayangan ulang film dokumenter yang telah lama tidak ia tonton.

*

Satu hari di hotel berbintang ....

Ria, sang pengasuh nona muda di keluarga Rawnie, berusaha membersihkan seragamnya sebisa yang ia lakukan. Namun, ia tak dapat berbuat banyak. Noda kuning sisa jus jeruk yang sengaja ditumpahkan oleh majikannya, berbekas di sana. Dan ketika wanita muda itu berniat untuk beranjak ke belakang demi mencuci tangannya yang terasa lengket, satu suara ketus berbicara padanya.

"Ria, aku mau berenang."

Duduk di kursi santai yang terletak di pinggir kolam renang, ada Elai bersandar dengan nyaman. Wajah cantiknya terlihat tanpa ekspresi ketika menikmati belaian angin sepoi-sepoi. Dengan satu kacamata hitam yang bertengger di pangkal hidungnya, Elai merasa dirinya akan jatuh tertidur sebentar lagi seandainya ia tidak memutuskan untuk bergerak.

Dan sepertinya itu adalah ide yang bagus, mengingat bagaimana sore hari yang terik itu benar-benar membuat gelombang halus air di kolam renang terlihat amat menggiurkan. Hingga membuat Elai berpikir akan sesuatu, sepertinya dia sudah lama tidak berenang.

Namun, sepertinya pemikiran sang pengasuh tidak sejalan dengan pemikiran sang majikan. Itu adalah ketika Ria melayangkan tatapan matanya pada ujung lain kolam renang. Melihat beberapa orang anak seusia majikan kecilnya itu tampak tertawa-tawa. Sudah bersiap dengan pakaian renang dan juga pelampung, serta mainan lainnya.

Takut-takut, Ria menghampiri Elai. Berusaha untuk bicara selembut mungkin dan di dalam hati berdoa, semoga saja majikannya itu bisa mengerti.

"Non," lirih Ria pelan. "Gimana kalau kita berenangnya di rumah saja?"

Elai yang dari tadi santai, sontak menegang lantaran pertanyaan itu. Maka bukan hal yang aneh bila Elai langsung bangkit dari posisi setengah berbaringnya di kursi santai itu, melepaskan kacamatanya, dan melihat pada pengasuhnya dengan mata yang membesar. Tampak tidak terima.

LOVEGUARD 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang