[ Kura-Kura Ninja ]
[ Cel, siang ini kita makan di luar yuk? ]
[ Aku kangen makan di luar bareng kamu. ]
[ Gimana? ]
Elai mengulum senyum ketika melihat pesannya telah terkirim pada sang suami. Merasa sedikit geli di saat matanya melihat pada nama yang ia berikan untuk nomor Marcel, lebih tepatnya. Hihihihi. Entahlah. Hanya saja beberapa hari yang lalu Elai merasa ingin sekali mengubah nama Kura-Kura Baik Hati yang bertahan selama bertahun-tahun itu dengan panggilan yang baru. Walau tentu saja, itu bukan seperti Elai yang sedang mendadak merasa seperti Megan Fox atau April O'Neil. Tidak sama sekali. Hanya ... iseng saja mungkin.
Tak butuh waktu lama, pesan Elai segera mendapatkan balasannya. Itu adalah ketika ia selesai mengeringkan rambutnya dengan bantuan pengering rambut. Menyisihkan benda elektronik itu, Elai pun meraih ponselnya.
[ Kura-Kura Ninja ]
[ Kebetulan banget. ]
[ Aku juga lagi pengen makan di luar. ]
[ Aku jemput jam setengah satu ntar ya? ]
Maka Elai menyetujui pertanyaan itu sebelum ia lantas beranjak. Menuju ke lemari pakaian dan membutuhkan waktu sekitar lima belas menit lamanya untuk kemudian tangannya meraih sehelai gaun santai selutut. Berbahan sifon yang jatuh lemas di tubuhnya. Berlengan pendek dan dipermanis oleh satu simpulan pita di sisi kiri pinggangnya.
Elai membiarkan rambutnya untuk terurai. Hanya memberikan satu jepit pemanis di sana. Dan ditutup oleh pulasan make up yang membuat wajahnya kian berseri.
Puas dengan penampilannya siang itu, Elai pun langsung meraih tas tangannya. Melangkah keluar dari kamar dengan sepasang sepatu tinggi yang membuat kaki jenjangnya semakin cantik, Elai menghubungi Marcel.
"Halo, Sayang."
Bahkan Elai berani bertaruh bahwa bibirnya melebar tersenyum tatkala menyapa Marcel seperti itu tepat ketika panggilannya diangkat. Dan ia membayangkan bahwa Marcel pun sedang tersenyum dengan sama lebarnya pula kala itu.
"Kamu udah di jalan?" tanya Elai tanpa bisa bersabar bahkan untuk sekadar mendapatkan balasan sapaan tadi. "Soalnya aku udah siap. Gimana?"
"Iya, Lai. Aku udah di jalan. Kayaknya sih bentar lagi sampe. Paling lima menitan doang."
Waktu yang tepat. Ketika Elai baru akan mendudukkan bokongnya di sofa ruang tamu demi menunggu sejenak, Marcel justru sudah dekat. Maka tentu saja Elai mengurungkan niatnya.
"Oh, kalau gitu aku turun aja ya? Aku tunggu di lobi. Jadi, ntar kita langsung pergi aja. Ehm ... soalnya aku udah laper."
Terdengar suara tawa Marcel di seberang sana. Membuat senyum geli Elai terbit.
"Akhir-akhir ini kamu emang mudah laper ya? Kalau gitu, ya udah. Aku tunggu di lobi aja. Biar kita bisa langsung ke resto."
Sudah bisa dipastikan ajakan Marcel membuat Elai bersemangat. Mendorong cewek itu untuk segera keluar dari unit.
"Oke. Oke," setuju Elai seraya membuka pintu unitnya. "Aku turun sekarang."
Dan sementara itu, Elai mendengar bagaimana di seberang sana Marcel terdengar berkata pada sopir pribadinya.
"Pak, kita ke lobi aja ya."
Menutup pintu di balik punggungnya, Elai merasa tidak sabaran untuk segera bertemu dengan Marcel. Rasanya aneh, tapi saat itu Elai seperti merasa rindu. Padahal baru saja beberapa jam mereka tidak bertemu. Hingga nyaris membuat ia ingin berlari di lorong agar semakin cepat menemui suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEGUARD 🔞 "FIN"
RomanceJudul: LOVEGUARD Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "The Surprise" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ************** "BLURB" Edelai Rawnie tak pernah menjadi putri bungsu yang manja...