🌷🌹«6.Prince»🌹🌷

36 8 0
                                    

Ketuk disini untuk mulai menulis!

Yo! Reyhga disini
Jangan lupa buat vote sama komen
Oh ya! Follow juga ig: @unhappytomorrow

°°°

"Inin papa,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Inin papa,"

°°°

Bella sedang menyuapi Reyhga, dan disampingnya terdapat pemimpin GALAGRAZ juga sedang menyantap makanannya sendiri. Bella meraih gelas dan memberikan kepada Gerda ketika melihat makanan yang sudah tak bersisa.

"Liat! Papa aja udah selesai masa Reyhga belum,"bayi kecil itu menggeleng lemah, panasnya sudah turun tapi lemasnya masih terasa.

"Habisin, nanti kalau Aga udah sembuh, nanti papa bawa Aga ke mana aja,"Reyhga menoleh saja, dia merentangkan tangannya ke arah Gerda meminta untuk dipangku.

Gerda duduk lalu menyuruh Bella memberikan Reyhga, gadis itu membersihkan sisa makanan Reyhga tak lupa memberikan susu kepada Reyhga.

"Mama inin mana?"bayi kecil itu menatap Bella.

"Mau ke kantin sebentar, Aga sama papa dulu ya,"Reyhga menggeleng ribut dan siap untuk menangis, Gerda bertanya kepada Bella dengan isyarat wajahnya mendengar jawaban Bella.

"Gue belum sarapan,"setelah mendengar itu Gerda mengambil hpnya lalu menghubungi Rey dan Jengga untuk ke rumah sakit dan membawa makanan.

Sekitar 15 menit menunggu, Rey datang dengan gadis disampingnya, tapi tak ada Jengga yang menemani laki-laki itu.

"Hallo Aga! Liat hyung bawa apa!"seru Rey dengan heboh, Sherin, pacar Rey menggeplak punggung Rey membuat laki-laki itu meringis kecil.

"Lagi dirumah sakit!"tegur Sherin.

Rey memberikan makanan tersebut ke arah Bella lalu menggendong Reyhga dan membawanya keliling rumah sakit membiarkan Bella dan Gerda berdua.

"Kenapa belum sarapan?"tanya Gerda, Bella yang mendengarnya hanya menggeleng.

Tadi malam sekitar beberapa menit tertidur Reyhga menangis lagi membuat Bella tak tidur hingga pagi, belum sempat melakukan apa-apa Reyhga menangis meminta untuk menemui Gerda dirumah sakit.

Suasana kembali sunyi tak ada yang bersuara, Bella membereskan sisanya lalu mendekat ke arah Gerda, membenarkan selimut yang turun, Gerda sudah tidur kembali karena tak ada yang mengajaknya bicara.

Gerda membuka matanya ketika Bella keluar dari ruangannya, bukan tidak ada yang mengajaknya bicara, tapi dia tak sanggup untuk berduaan dengan Bella, gadis itu membuat jantungnya berdegup kencang.

"Cinta sialan!"keluhnya, ia menatap langit-langit kamar yang bernuansa putih. Belakang ini semenjak kenal dengan gadis bersurai mahoni itu dirinya bisa merasakan cinta yang sebenarnya, entahlah rasanya aneh.

"Nggak!"teriaknya kencang, kenapa dia jadi memikirkan Bella, gadis sialan.

Gerda bangkit karena ia merasa panas, ia mengambil infus-nya dan berjalan ke arah kamar mandi, dengan perlahan tapi pasti, sungguh kakinya seperti ditusuk ribuan jarum.

"Astaga!"Bella mendekat lalu membantu Gerda masuk.

"Hati-hati, kalau aja nggak ada gue tadi infus-nya udah lepas dari tangan lo!"setelah serasa Gerda masuk gadis itu segera keluar, takut dikira melakukan hal yang tidak senonoh.

"Papa!!!"suara Reyhga memecahkan semuanya, tangisnya begitu pilu karena merasa papanya tak ada bersamanya setelah dibawa Rey.

Bella mendekat dan mengambil alih gendongan Reyhga, gadis itu menepuk pantat Reyhga pelan, menenangkannya sambil bergumam kecil.

Gerda keluar dibantu Bella yang masih menggendong Reyhga, Rey dan Sherin yang melihat itu saling berpandang lalu terkekeh kecil, keduanya menetralkan wajahnya dan kembali menatap ke arah Gerda dan Bella.

"Kita pamit dulu ya,"Rey berujar lalu menarik tangan Sherin.

Bella membantu Gerda duduk sesekali menepuk pantat Reyhga, ia juga mengecek suhu tubuh Reyhga yang mungkin naik kembali.

"Gue tinggal bentar, mau bawa Rey ke dokter,"

"Gue ikut!"Bella menolak keras, tapi Gerda tetap bersikukuh untuk menemani Bella, dengan alasan jika Reyhga adalah anaknya.

Karena kalah debat Bella membiarkan Gerda untuk ikut dengannya, tangannya yang sebelah kanan membantu Gerda dan yang sebelah kiri menggendong Reyhga, tatapan orang rumah sakit membuat Bella malu, ada juga yang terang-terangan menggosipi mereka berdua.

"Jangan didengerin"bisik Gerda pada Bella karena melihat raut wajah Bella yang tak mengenakan.

Setelah sampai didepan ruangan bertuliskan 'Ruangan Dokter Nina' Bella langsung memasukinya, bukannya tidak sopan tapi kondisi Reyhga yang membuatnya semakin khawatir dan Nina adalah adik dari ayahnya.

"Ketuk pintu kalau mau masuk Bella!"tegurnya ketika melihat wajah Bella yang terlihat khawatir.

"Ada apa?"tanyanya, Nina mendekati Bella lalu menatap ke arah Gerda dan mengangkat salah satu alisnya.

"Dia siapa? Dan ini?"tanyanya, Bella ingin sekali menjambak adik ayahnya ini, tapi karena Bella gadis yang sabar jadi dia hanya diam.

"Udah ntar gue jelasin! Ini dulu!"Bella memberikan Reyhga ke gendongan Nina, gadis dengan rambut panjang yang dicepol asal itu membawa Reyhga ke UGD.

"Lo nggak mau istirahat aja, biar Reyhga yang gue jagain!"ucap Bella, ia merasa khawatir dengan keadaan Gerda. Gerda hanya menggeleng kepalanya, khawatirnya sekarang sudah melebihi batas karena keadaan Reyhga.

"Lo-"

"Gue pengen jadi papa yang baik buat Aga,"Bella akhirnya diam dengan ujaran Gerda, lagian dirinya hanya mama Aga tak lebih, dan yang lebih berhak adalah Gerda.

°°°

Setelah memeriksa Reyhga, Nina keluar dan menyuruh mereka berdua masuk, dia harus meminta penjelasan kepada dua orang yang terlihat dekat ini.

"Lo siapanya Bella?"tanya Nina, gadis itu bersedekap dada, tak lupa kepalanya terangkat memberikan sisi angkuhnya.

"Nggak jelas lo! Dia temen gue! Dan bayinya anaknya, cuma dia minta tolong ke gue buat jagain anaknya! Udah gitu aja!"jelas Bella, Nina hanya mengangkat satu alisnya.

"Kenapa nyolot? Lo takut diaduin ke daddy sama mommy?"tanyanya angkuh, Bella menghela nafasnya.

"Daripada lo nanya nggak jelas, mending lo jelasin Aga sakit apa? Manusia aneh!"gumam Gerda diakhir kalimatnya.

"Dia cuma demam biasa, obatnya bisa ditebus diapotek rumah sakit, dan lo!"tunjukanya pada Gerda.

"Jangan main-main sama adek gue! Lo mati diatangan gue kalau tau Bella nangis!"bisiknya.

Gerda hanya mengangkat bahunya acuh lalu melihat wajah Reyhga, entah sejak kapan ia merasa sayang kepada bayi kecil ini.

Bella pamit untuk menebus obat Reyhga, Gerda menahan tangan Bella, lalu ia memberikan uang kepada Bella. Bella menolaknya, Gerda tetap kukuh memberikan uangnya, dan pada akhirnya ia hanya bisa menerimanya pasrah.

Gerda melihat punggung Bella yang hilang tertelan pintu. Lalu pandanganya kembali fokus kearah Reyhga, ia mencium pelan dahi Reyhga dan membiarkan bayi kecil itu istirahat.

°°°

Freaky nggak? Kalau ada salah dikoreksi aja ya^^, jangan lupa buat vote sama komen ya!
see you

BAD BOY BE A GOOD PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang