02

403 39 0
                                    

Pagi itu, bunda dan ayah berpamitan secara tiba - tiba. Mereka bilang mereka akan pergi ke Paris karena ada urusan.

Aku tentu sangat terkejut dengan kabar itu. Bukan hanya aku sih lebih tepatnya kami semua. Kedua kakak ku, maid, supir yang ada di rumahku juga sangat terkejut dengan kabar yang baru saja bunda sampaikan.

Aku marah pada bunda karena dia akan pergi meninggalkanku secara tiba - tiba tanpa memberitahuku terlebih dahulu.

Aku marah dan mogok bicara pada kedua orang tuaku. Bunda memaklumi sifat manjaku pada saat itu dan berusaha untuk menenangkanku yang masih tersulut amarah.

Jujur saja ketika aku masih kecil, aku memang sangat dekat dengan bunda berbeda dengan kedua kakakku yang lebih akrab pada ayah.

Dengan segala ucapan lembut dan ketulusan yang bunda pancarkan dari kedua matanya membuatku perlahan - lahan hanyut akan tatapan itu dan merelakan kepergian bunda yang secara tiba - tiba itu.



Flashback On

"Dobby, kenapa diem aja? Marah ya sama bunda?. Nak coba liat sini sebentar. Coba tatap mata bunda. Dobby kan udah besar, dobby pasti udah paham kan.

Bunda sama ayah kesana bukan buat liburan atau hura - hura, kita ada urusan di sana yang harus kita hadiri. Jadi, mau nggak mau kita harus datang. Dobby inget gak apa kata bunda. Kalo ada yang panggil kita harus?" Tanya bunda.

"Jawab" Ujar Dobby masih dengan raut kesal.

"Pinter anak bunda. Berarti kalo ada yang ngundang kita ke acara kita harus?" Tanya bunda lagi.

"Datang supaya orang yang ngundang kita nggak kecewa" Jawab Dobby yang sudah menatap mata bunda.

"Nah, ayah sama bunda itu diundang buat menghadiri acara di sana. Jadi, bunda harus apa. Coba Dobby jawab"

"Bunda sama ayah harus datang supaya orang yang mengundang senang dan tidak sedih"

"Anak siapa ini pintar sekali" Ucap bunda sembari mengacak - acak rambut Dobby.

"Tapi kenapa tiba - tiba? Kenapa bunda nggak ngasih tau Dobby kalo bunda sama ayah mau pergi?" Tanya Dobby.

"Kalo bunda ngasih taunya dari kemarin - kemarin, kamu pasti bakalan kaya gini nih. Ngambek, ngerengek, dan bujuk supaya bunda sama ayah gak jadi pergi.

Dan pasti bunda gak akan tega dan akhirnya gak jadi pergi karena gak di bolehin sama kamu. Jadi bunda sengaja diem - diem aja, tiba - tiba berangkat gitu biar surprise hehehe" Ujar bunda riang.

"Ishh bunda udah direncanain ternyata. Okedeh kalo gitu nanti bunda baik - baik ya disana.

Cepet pulang bun, jangan lupa bawa oleh - oleh yang banyak. Safe flight bunda sama ayah. Yaudah dobby mau berangkat sekolah dulu ya bun" ucap Dobby riang lalu menyalimi tangan sang ibu tak lupa juga dengan sang ayah, lalu mulai berangkat ke sekolah bersama dengan kedua kakaknya, dan melupakan kesedihan akibat kepergian sang bunda.

Flashback Off.







Ayah dan bunda berangkat sekitar pukul 10.00 pagi. Pesawat yang mereka tumpangi sempat delay selama 2 jam dengan alasan yang tidak diketahui secara pasti.

Lama menunggu, akhirnya tiba saatnya ayah dan bunda untuk masuk ke pesawat dan mulai penerbangannya menuju Paris.

Awal perjalanan, situasi masih aman terkendali. Tapi kurang lebih setengah jam kemudian, pesawat yang ditumpangi oleh ayah dan bunda mengalami turbulence.

Awalnya turbulence itu masih dapat diatasi oleh pihak maskapai pada saat itu. Namun, lama kelamaan turbulance yang terjadi semakin kuat dan mengakibatkan gerak pesawat sudah tak terkontrol lagi.

ᴋᴀʟᴏᴘꜱɪᴀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang