Keesokan harinya, aku bangun dan memulai aktifitas seperti hari biasanya. Aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap untuk pergi ke sekolah.
Setelah rapi dan siap dengan seragamku, aku menghampiri kak Jihoon yang tengah sibuk berkutat dengan alat dapurnya.
Aku memeluk kak Jihoon dari belakang, dan hal itu membuat dia terlonjak karena kaget akan kehadiranku.
Aku masih terus memeluk kak Jihoon tanpa mengatakan sepatah kata pun. Kak Jihoon yang tau kalau yang memeluknya adalah aku, dia pun berbalik lalu membalas pelukanku dengan erat. Sesekali dia juga mencium dan mengusak rambutku.
“Dobby kenapa hem? Udah lapar? Tunggu sebentar ya” Ucapnya lemah lembut dan aku hanya menggeleng sebagai jawaban.
“Terus kenapa?” Tanya kak Jihoon.
"Dobby sayang kak Jihoon. Sayang banget nget nget ngetttt" Ujarku penuh semangat tak lupa dengan menampilkan senyum khas milikku.
“Kak, maaf kalau Dobby terus jadi beban untuk kak Jihoon. Maaf karena Dobby, kak Jihoon harus merelakan cita – cita kakak. Maaf karena Dobby, kakak harus kerja siang malam. Maaf kak” Ucapku lirih sembari terus mempererat pelukanku di tubuh kak Jihoon.
“Ssstt, Dobby ngomong apa. Ini udah kewajiban kakak, jadi kamu nggak perlu merasa bersalah dan terus terusan minta maaf ke kakak” Ucap kak Jihoon meyakinkan. Lalu ia melepas pelukanku dan kembali dengan kegiatan memasaknya yang sempat tertunda akibat kedatanganku.
Aku pun akhirnya memilih untuk berjalan pelan ke meja makan sembari menunggu kak Jihoon selesai memasak.
Kak Junkyu yang baru selesai bersiap pun ikut bergabung menemaniku di meja makan sembari menunggu sarapan yang di buat kak Jihoon siap.
Terlalu lama menunggu, aku tiba – tiba kembali teringat dengan kejadian yang terjadi kemarin. Apa yang telah aku lakukan, aku bingung kenapa aku bisa melakukan hal sekejam itu. Aku harap tidak ada yang mengetahui perbuatan spontan itu kemarin.
“Ayo makan” Ucap kak Jihoon memecah keheningan sembari meletakkan piring di hadapanku juga kak Junkyu.
“Dob, makan” Ujar kak Junkyu yang melihat aku masih terdiam di posisiku.
Kak Jihoon dan kak Junkyu saling berpandangan lalu kak Junkyu menggedikkan bahunya tanda tak tahu.
“Dobby, dob, dek, adek. DOYOUNG” Panggil kak Jihoon yang berakhir dengan sedikit bentakan karena aku yang tidak meresponnya.
“Eeh, iya. Kenapa kak, maaf” Ucapku takut setelah mendapat sedikit bentakan dari kak Jihoon.
“Maaf dob. Kamu sih di panggil dari tadi nggak nyaut. Lagi mikirin apa sih?” Tanya kak Jihoon.
“Enggak mikirin apa – apa kak. Ayo makan Dobby udah laper” Ucapku sembari mengusap – usap perutku dan hal itu sontak membuat kak Junkyu dan kak Jihoon terkekeh.
“Iya, iya ayo makan. Selamat makan” Ucap kak Jihoon.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Selesai sarapan pagi bersama. Aku dan kak Junkyu segera berangkat ke sekolah. Tak lupa sebelum itu kami juga berpamitan dulu pada kak Jihoon.
Aku dan kak Junkyu berjalan kaki untuk menuju ke sekolah. Untungnya jarak rumah dan sekolah tidak terlalu jauh, jadi kami tidak perlu mengeluarkan sepeser uang pun untuk biaya transportasi menuju ke sekolah.
Sekitar 5 menit kami berjalan sembari berbincang – bincang hal random.
"Kak, kenapa bumi mengitari matahari. Kasian deh sama bumi pasti capek kan. Coba deh sekali - kali kakak suruh mataharinya gantian buat muterin bumi"
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴀʟᴏᴘꜱɪᴀ
FanfictionKalopsia, memiliki arti khayalan tentang hal - hal yang lebih indah daripada kenyataan dari hal itu sendiri. Bercerita tentang 3 saudara yaitu Kim Jihoon, Kim Junkyu, dan Kim Doyoung yang terpaksa harus hidup mandiri setelah kepergian kedua orang tu...