Haechan berjalan sedikit terburu keluar dari pagar rumahnya, ia sudah terlambat!
Haechan ingin menangis rasanya, hari ini dia ada kelas pagi. Dan sialnya beruang ini bangun kesiangan. Haechan berjengkit saat tiba tiba klakson mobil terdengar disebelahnya, ia menoleh cepat dan menampakan ekspresi sebal. Mengagetkan tau!
Kaca mobil mulai turun, memperlihatkan siapa si pemilik.
"Loh? Kak Mark? Kenapa disini?" bingung, dong.
Mark tersenyum kecil, "ayo saya antarkan!"
Haechan mengedip kemudian mengusap pipi gembilnya, "memang boleh? Kakak engga mau kemana gitu? Kok tiba tiba muncul?"
Mark udah dugun dugun ditanyai beruangnya panjang begitu, lalu menggeleng, "saya engga mau kemana mana, sini buruan naik. Saya antarkan."
Haechan tanpa pikir dua kali langsung naik, dia buru buru.
Haechan memeluk erat tasnya, sesekali merematnya. Pagi ini entah kenapa Mark kelewat tampan dengan rambut yang dirapihkan hingga jidatnya terlihat. Kaki Haechan bergerak kecil, Haechan menikmati lagu yang Mark putar dari radio mobil, "Oh? Jeno kemana, kak? Seingatku dia satu kelas sama aku pagi ini."
Skakmat! Mark gelagapan dia lupa dengan adanya si curut menyebalkan itu dirumahnya. "Ah, iya. itu dia tadi lambat sekali, jadi saya tinggal."
Si kepala bulat mengangguk anggukan kepalanya saja, percaya aja dikibulin yang lebih tua.
Sebenarnya, Mark ingin mengambil jalan memutar, tidak mau berpisah cepat dengan si Haechan. Mark melirik jam tangan ditanganya, dia harus mengantarkan kesayanganya tepat waktu. Pada akhirnya Mark meninggikan kecepatan mobilnya, sesekali menerobos saat lampu lalu lintas sudah berkedip kuning.
Mark mencekal tangan Haechan refleks saat Haechan hendak turun dari mobil.
"Ada apa, kak?" itu Haechan, menatap wajah tampan Mark dengan bingung.
Mark membuka dashboard depan Haechan, mengubek ngubeknya dengan alis yang bekerut. Seingatnya ada sesuatu yang cantik punya si bubu disini. sebentar, Haechan.
Mark tersenyum lebar saat menemukanya. Itu, jepitan rambut milik bubunya. Pasti cocok untuk Haechan. Mark meraih pipi gembil Haechan, menariknya lembut hingga Haechan menghadap padanya. Jemari kasar Mark menelisipkan helaian surai lembut milik Haechan ke belakang telinga si manis, kemudian memasangkan penjepit rambut disana. Menyisakan sedikit helaian rambut yang jatuh di atas dahi. Sempurna! Haechanya terlihat cantik, "sudah, Haechan."
Stop! Haechan memekik dalam hati, salbrut! Salting brutal. Dia ini mau buru buru menimba ilmu tapi malah dihadapkan sama yang manis manis begini. Dipikir Haechan kuat apa? Jelas engga. Sekarang pipinya aja udah merah merah gitu.
"Um, m-makasih, kak." Haechan buru buru turun dari mobil dan berlari menuju gedung fakultasnya. Beberapa kali dia tersandung karena tidak fokus, sesekali menunduk sopan saat beberapa orang menatap kearahnya ataupun menyapa.
🏋
Kedekatan Haechan dengan Mark tidak berhenti begitu saja, kini sudah 3 minggu berjalan kedekatan antara keduanya. Dekat doang hubungan belum ada. Peristiwa itupun tak luput dari lambe turahnya kampus, hingga tak jarang beberapa mahasiswa menggosip tentang kedekatan antara Mark dengan Haechan. Tidak heran, sih. Secara Mark gantengnya engga ketulungan.
Haechan tidak bodoh, ia menyadari perasaanya untuk Mark. Dia sudah jatuh pada Mark. Apa lagi dengan perlakuan Mark padanya akhir akhir ini, seperti mengajak pulang bersama setelah bekerja dari kedai Mark, mengajak Haechan sekedar bermain keluar, menjemput Haechan saat pulang dari kelasnya, atau berkunjung ke rumahnya seperti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MarkHyuck] - Antara.
Teen Fiction[MarkHyuck] - Bukan sekedar kisah kasih antara seorang pria berjas gagah dengan sang primadona, bukan pula persoalan bromocorah dan anteknya dengan hotel prodeo. Ini hanyalah untaian asmaraloka antara Haechan dan Mark.