"Jeno pulang." Jeno berucap pelan, kemudian tersenyum dan menundukan badan sekilas. Bermaksud menyapa, dia tau kok, siapa yang sedang duduk di sofa rumahnya ini. Ini kedua orang tua Mina sama Mina. Jeno menyerahkan cimol ke Taeyong sebelum bablas ke dapur buat naruh bolen punya Taeyong. Ga mungkin kan dari plastik langsung disuguhin.
Sedangkan Sungchan sama Haechan salim tuh, ke kedua orang tua Mina sama si Mina.
"Sungchan, ya? Udah gede aja kamu." Itu suara ibu Mina, tanganya sudah memegang pipi Sungchan dan mencubitnya pelan. Sungchan pasrah, dia cuman senyum aja. Terus dia duduk di samping Jaehyun, sedangkan Haechan disamping Taeyong.
"Loh? Adek?" Haechan mendongak, manatap Mark. Sepertinya habis dari kamar mandi, soalnya celana panjang sama lengan panjangnya dilingkin ke atas. Haechan hanya tersenyum. Si Mark ini udah ganteng banget menurut dia.
Mark dudukin dirinya di kursi single samping Jaehyun. Terus Mark noleh tuh pas tiba tiba ibunya si Mina ngomong, "Adek? Siapa? Pacarnya Mark, ya?"
Haechan menggeleng, Mark diam. "Bukan, kok." Haechan tertawa kecil sebelum, berjengkit kecil merasakan Taeyong yang menggenggam tangan Haechan. Taeyong tuh tiba tiba lagi sebel sama anaknya, Mark. Kenapa Haechanya yang lucu di anggurin, tau gini dia aja yang pacarin Haechan.
Disisi lain Mark merasa tertampar. Betul, Haechan sama dia bukan pacar!
Jeno yang barusan duduk pun dengerin jawaban Haechan mau ketawa sama nangis aja rasanya. Kasian Haechan.
"Oh, tak pikir pacarnya. Kalau pacarnya Mark kok deket banget sama Jeno, tadi saya lihat juga gandengan naik motor kesininya. Sama Sungchan juga. Pasti kamu ya yang beliin mereka jajanan berminyak gitu, engga baik, loh. Soalnya tak lihat kamu agak gendutan gitu. Biasanya sering makan yang berminyak." Ibu Mina mengoceh panjang, sesekali memasukan biskuit buatan Taeyong ke dalam mulutnya, "oh lagi, belum tentu loh cowok bisa mengandung kaya Taeyong, iyakan, Yong? Saya dulu aja pas Taeyong ngandung saya kaget. Aduh, pokoknya lebih aman sama perempuan deh, Mark."
Mark yang mendengar itu hanya diam, mencuri pandang ke arah Haechan yang terlihat kurang nyaman dan menahan air matanya. Haechan itu cengeng. Bahkan dulu pernah cuman gara gara Hendery yang susah buang air besar aja dia nangis, kasian katanya.
Taeyong dari tadi udah mau marah pengen nangis pengen teriak ke ibunya Mina, soalnya ngomong ini itu. Bahkan tadi sebelum Haechan datang emaknya Mina ini udah bilang yang konteksnya mengunggulkan Mina. Seperti memamerkan Mina kalau Mina ini tuh baik banget, seakan akan perempuan paling sempurna. Tapi Taeyong engga langsung negur gitu aja. Masalahnya bapaknya Mina itu teman suaminya, dia juga engga mau buat mereka tersinggung. Kalau dia balik nyinggung kan mereka jadi engga ada bedanya, pikir Taeyong. Lagi, engga semena mena Taeyong langsung berprasangka buruk ke Mina. Soalnya si Mina sendiri kelihatan engga nyaman sama apa yang dibicarakan ibunya, begitu juga dengan ayah Mina.
Sungchan menggeleng, "engga kok tante, ini tadi emang kita sendiri yang beli. Pakai duitnya bang Jeno tuh. Kak Haechan emang gembulan gitu badanya, tapi tetep lucu, empuk juga buat bantal." Si bungsu itu berbicara santai sambil memasukan cimol dalam mulutnya.
"Loh? Kamu suka sama Haechan? Sampai bilang lucu gitu. Aduh Sungchan udah besar ya, udah suka orang aja. Atau emang Haechanya yang deket deket kamu gitu, haha." Ibu Mina kembali melanjutkan.
Jaehyun tertawa pelan, kemudian menubruk nubrukan ujung rokoknya dengan pinggiran asbak, "mana mungkin anak saya nikung abangnya sendiri. Anak saya yang terakhir memang suka ditempelin Haechan, soalnya kalau ada Haechan tugasnya cepat selesai." Sungchan hanya mengangguk angguk lucu disamping Jaehyun.
Jeno tiba tiba berdiri, "bantuin tugas gue dulu yuk, Chan. Besok mau dikumpulin. Mana banyak lagi, yuk." Jeno mengajak Haechan pergi, dia tidak tahan melihat Haechan yang terlihat tidak nyaman. Haechan mengangguk kecil sebelum pamit dan mengatakan, 'mohon maaf, saya permisi dulu.' Sambil menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MarkHyuck] - Antara.
Teen Fiction[MarkHyuck] - Bukan sekedar kisah kasih antara seorang pria berjas gagah dengan sang primadona, bukan pula persoalan bromocorah dan anteknya dengan hotel prodeo. Ini hanyalah untaian asmaraloka antara Haechan dan Mark.