Mark, si sat set.

42 7 0
                                    


Mark kembali melepaskan kepulan asap, "Saya juga sedang suka", Entah sudah keberapa kali Mark menghela nafas dan menelan liur dengan sulit, "Suka kamu."

Jantung Haechan seperti berhenti berdetak. Mungkin jika bisa diandaikan, Haechan akan bercerita dengan bahasa yang ringan seperti; jika suatu saat dulu pernah jatuh cinta pada laut, saat itu kau akan merasakan bagaimana ombak yang menghantam pinggiran tebing terasa lebih indah, angin sepoi yang berhembus mesra akan mengisi relung dadamu. Jika ada perandaian lain, Haechan akan menceritakan; jika kau pernah jatuh cinta pada langit, saat itu juga kau merasa bagaimana langit itu mengisi pupil matamu hingga jatuh ke hati dan merasa begitu penuh, kalaupun terdapat burung yang melintas, kepakan burung terlihat melambat cantik padahal tidak. Mark begitu indah dimata Haechan. Saat Mark melontarkan senyum merekah padanya, Haechan akan teringat hingga sore sore berikutnya. Seakan akan rindunya, perasaanya, pada si tampan Mark itu akan tenggelam di ufuk teduh bersama senja dan akan muncul kembali sebagai bulan yang begitu cantik.

Haechan hampir saja terjatuh dari kursi, hampir saja jungkir balik, hampir saja berteriak, untung saja masih hampir. "AAA aku juga suka kakak!" Haechan mau nikah sama Minhyung nct aja, terus biar di anu sampai mampus, pokoknya Haechan mau ngilang! Niatnya cuman mau mbatin dalam hati, tapi malah keluar dari mulut. Goblok Haechan goblok, Haechan menepuk nepuk bibir dengan tangan bantetnya.

Mark menoleh, sesuatu didadanya hampir saja keluar. Jantungnya berdegup kencang, perasaanya sudah kelewat senang. Tanpa sadar pipi hingga telinganya menghangat, memerah. Mark tidak tau harus berekspresi bagaimana, pokoknya dia kepalang senang! Tangan kasar Mark menekan ujung rokok pada asbak hingga ujung batangan yang terlihat terbakar itu padam. Mark mencekal tangan Haechan yang memukuli bibirnya, menarik menjauh dari bibir Haechan. Mark tersenyum teduh pada Haechan, "Terima kasih, Haechan."

Mark telah jatuh cinta dan jatuh terluka berkali kali. Pada teman sekolahnya dulu, dia ditolak karena katanya kerempeng. Pada teman yang dekat denganya yang nyatanya hanya dianggap sebatas teman. Pada seorang teman dunia maya yang nyatanya sudah memiliki pasangan. Pada seorang yang ia perjuangkan tapi ternyata terpisah oleh jarak dan akhirnya tak bisa bertahan. Pada seorang sahabat yang hanya salah paham mengira bahwa apa yang dia rasakan padaku adalah cinta. Tidak ada yang berhasil.

Entah kenapa semesta mengatur Mark untuk bertemu yang baru saat ia jatuh dengan terluka. Apakah dimaksudkan agar Mark mengobati diri? Tapi itu berakhir percuma karena Mark akan mengalami fase yang sama. Mengagumi - jatuh cinta - patah hati. Pada akhirnya Mark sadar, sakit yang ia derita tak lain datang dari cinta kemudian menjelma menjadi harapan yang nyatanya tak bisa terealisasikan. Walaupun Mark tau, dicintai ataupun mencintai tak bisa diatur, tak bisa dijabarkan dengan rumus seperti matematika, ia berusaha menahan diri untuk tidak melakukan ini itu yang nanti akhirnya bisa membuatnya jatuh terluka. Menjadi pribadi kurang peduli sekitar.

Hingga, saat itu datang. Dimana ia menemukan Haechan. Si cantik yang ia kagumi. Hari itu, segala tentang Haechan selalu menarik dimata Mark, apapun yang dilakukan Haechan selalu saja membuat Mark terpukau. Bahkan saat Haechan mengupil saja menurut Mark itu begitu lucu. Mungkin jika dijabarkan panjang tentang ketertarikan Mark dengan Haechan, dapat diyakini banyak orang akan berteriak jika Mark tidak waras. Mark benar benar dibutakan Haechan. Si gembul itu sukses membuat dunia Mark serasa jungkir balik.

"Woy! Lepasin tangan lo dari mulut adik gue Mark sialan!" Mark yang mendengar itu mendengus, melepaskan tangan Haechan kemudian memandang orang yang sedang menuntun motor di gerbang depan. Abangnya Haechan emang perusak suasana handal. Belum aja ada adegan kissing kissing kaya didrakor, di jadiin pacar aja belum malah. Mark bangkit saat melihat si Hendery kesusahan membuka gerbang rumah sambil menuntun motor, kemudian membukakan gerbang untuk calon kakak iparnya itu, ekhm.

Sesaat setelah motor berhasil masuk dan gerbang di tutup oleh Mark, setelah itu bukanya terimakasih yang di dapat tapi malah pitingan kuat pada leher Mark, "aduh, uhuk! Bang lepas bang!" Mark mengaduh kesakitan, apa lagi saat kepalanya beberapa kali bertabrakan dengan helm yang dikenakan Hendery. Udah makin deket aja mereka berdua, tuh.

"Abaang! Lepasin Kak Marknya, mandi dulu. Haechan buatin kopi, nih." Hendry yang mendengar teriakan adiknya dari teras tersenyum lebar, melepaskan tanganya dari Mark kemudian memukul pelan pundak Mark, "masukin motor gue, ya. Makasih." Biadap. Itu batin Mark yang mengumpati Hendery.

🏋

Hari ini Haechan pulang bekerja lebih awal, tidak ada apa apa, sih. Hanya saja ingin lebih cepat pulang saja, sebenarnya ada alasan dia pulang lebih awal, si Haechan itu malu bertemu Mark. Rasanya menjadi lebih dramatis, mendebarkan, dan memacu adrenalin. Entah harus disebut sial atau keberuntungan, orang yang ingin dihindari malah datang, pakai senyum pula.

"Haechan pulangkan? Ikut saya, yuk."

Haechan mau berbohong, seperti berbohong jika Haechan harus menghadiri acara atau yang lainya. Tapi itu jawaban kuno tokoh tokoh di sinetron yang Haechan tonton! Selain itu Haechan tidak mau merelakan kegantengan Mark begitu saja. Siapa tau kalau ikut Mark nanti dia dapat jackpot, "Iya, kak. Ikut kemana?"

Mark menggandeng tangan Haechan untuk mengikutinya keparkiran kedai, disana sudah ada vespa lawas milik Mark dengan dua helm. Helmnya bubu, sih. Tadi memang sebelum berangkat ke kedai, dia antarkan bubunya ke Mall, beli skin care katanya. Eh Mark malah diusir disuruh pulang, kata bubu, "pulang sana, bubu dijemput bapak." Mark mah iya iya aja.

Mark meraih helm bermotif stroberi itu kemudian mendekat pada Haechan yang berdiri mematung disamping motornya. Merapihkan surai madu kepala bulat didepanya sebelum memasangkan helm pada Haechan, "ayo, Chan."

Mark ini pura pura engga tau atau pura pura goblok, sih? Haechan itu salting, melting, pengen guling guling. Kakinya udah lemes, ternyata Mark semanis ini. Jantung Haechan udah mau jatuh ke ginjal aja, selain gantengnya Mark yang kebangetan, perlakuan Mark ke dia tuh, apa ya? Lebih manis dari gula jawa.

Haechan mendekati motor Mark setelah Mark menyalakanya dan memutar balik arah. Ia dudukan perlahan pantat seksinya itu ke sadel motor Mark. Haechan merasa dia hampir terjengkang kebelakang kalau saja ia tidak berpegangan pada jaket kulit yang Mark kenakan. Sadel motor vespa lawas itu pendek, mana belakangnya tidak ada besi penyangga.

Mark yang mengetahui si gembul yang ia bonceng hampir saja terjengkang itu tertawa kecil, kemudian meraih tangan bantet Haechan dan melingkarkan lengan Haechan ke perutnya. Ia usap sekilas tangan berisi itu sebelum kembali menyetir dengan dua tangan, "pegangan yang erat, Haechan." Ingatnya pada Haechan.

Tau akan begini Haechan kejengkang saja tadi.

Mark berhenti saat melihat rambu lalu lintas menyala merah, tanganya ia bawa untuk diletakan di lutut Haechan. Kemudian mengusapnya lembut, "lapar engga, Chan?" Mark bertanya sambil memandangi Haechan dari spion motor. Terlihat Haechan mengerucutkan bibir, dan itu mengundang tawa yang lebih tua untuk meluncur bebas. Si gembulnya butuh makan, setidaknya sekedar camilan.

Akhirnya mereka mampir ke abang abang cilok dipinggir jalan, membelikan Haechan dan beberapa bungkus lainya. Mark merasakan semilir angin malam yang menerpa surainya. Dia baru sadar, Haechan hanya menggunakan kaos berlengan pendek. Mark melepas jaketnya saat setelah ia mengaitkan plastik cilok ke cantolan di motor. Kemudian menarik Haechan mendekat lalu memakaikan jaket kulit miliknya. Sebenarnya ada hoodie di jok depan motornya, tapi itu milik Jeno! Tidak boleh. Mending dia saja yang memakai milik Jeno dan Haechan memakai jaket miliknya. Mark tersenyum kala melihat pipi gembil Haechan itu memerah. Jangan tanyakan perasaan Haechan sekarang bagimana. Pikir sendiri.

Haechan meremat jaket Mark gugup saat motor vespa lawas itu memasuki gerbang tinggi. Perasaan Haechan mengatakan bahwa ini rumah Mark. Sebenarnya tidak begitu takut, mungkin masih ada Jeno. Tapi dia takut, ibu atau ayah Mark tidak suka. Kalau tidak suka Haechan ya tidak papa sih, takutnya lagi kalau mereka tidak menyukai Mark karena hubungan sesama jenis begini. Nanti jika terjadi seperti di drama drama bagaimana? Haechan yang ditampar dan Mark diusir keluar rumah? Tidak! Itu berita buruk.

Haechan sama sekali tidak berkutik. Ia mengekor dibelakang Mark saat Mark membuka pintu dan mengajaknya masuk, bahkan saking anunya Haechan, dia sampai berjengkit saat Mark sedikit berteriak, "Mark pulang."

"Tumben pulang agak sorean, Mark?" Haechan mendengar teriakan lainya. Haechan mengedip, yang ia dengar suara lelaki. Tapi, lucu.

"Loh?! Haechan!"

[MarkHyuck]  - Antara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang