Setelah kejadian di malam itu, dimana pertama kali Mark mengenalkan Haechan ke keluarganya, Haechan makin sering mampir ke rumah Mark. Sekedar berkunjung untuk menemui Jeno atau Taeyong, menemani Sungchan belajar, memasak dengan Taeyong, atau membantu Jaehyun menghitung pasir.
Ia juga makin dekat saja dengan Mark, tidak jarang tuh mereka berjalan jalan keluar. Sekedar ke perpustakaan atau menonton pameran jika ada. Mark juga biasanya ke rumah Haechan, menemani Haechan menulis novel atau mengerjakan tugas. Tak jarang Mark dan Hendery bermain catur bersama di kamar Haechan, itu membuat Haechan pusing! Kamarnya jadi begitu berisik.
Semalam contohnya, saat Haechan sedang sibuk sibuknya mengerjakan tugas, Mark dengan Hendery malah sibuk mendebatkan siapa yang memenangkan ajang balap motor terkenal MotoGP. Akhirnya mereka berhenti berteriak setelah Haechan melempar kotak pensil ke kepala Hendery dengan sebal. Mark setelah itu tersadar, mungkin ia lebih baik diam dari pada menganggu adik tingkatnya yang sedang sibuk belajar itu. Kemudian dengan kerendahan hati Mark ia rela keluar ke Alfamart untuk membelikan Haechan susu mimi saat pemuda tan itu merengek.
Kebetulan saja, malam itu Hendery di telfon ibu Haechan agar Hendery menyusul ibu Haechan ke rumah kakak dari ibu mereka. Memang sedang ada acara, sih. Haechan sengaja tidak ikut dengan alasan banyak tugas. Berakhirlah Haechan berdua dengan Mark tinggal dirumah. Tepat pukul setengah dua belas, Haechan mengeluh pada Mark jika mata si kepala bulat itu memberat — mengantuk. Mark yang melihat itu tersenyum, berjalan ke kamar Haechan mengambil bantal dengan selimut. Malam itu Mark mendekap begitu erat Haechan dalam rengkuhanya, sesekali membisikan kalimat manis sambil bercerita atau menjawab jika beruang gembul dalam dekapanya bertanya.
🏋
Pagi ini Mark menelfon Haechan, bilang jika tidak bisa mengantarkan Haechan berangkat kuliah, lalu juga bilang kalau Mark tidak ke kampus hari ini, dia izin. Haechan maklum, mungkin Mark sibuk atau ada acara. Mau marah juga buat apa, Mark engga ada salah, hubungan aja engga punya. Kalian pikir setelah rangkaian peristiwa babibu tadi Haechan sama Mark pacaran gitu? Ada hubungan gitu? Ya engga lah! Ya kali. Ngarep banget.
Haechan berangkat di anterin si Hendery, dia ada kelas siang. Lagi pula Hendery nya lagi guling guling di teras rumah, cari angin katanya. Padahal mah, abang Haechan itu lagi godain mbak mbak yang lewat di depan rumah. Engga jelas emang. Tangan Haechan merih tangan abangnya, terus di tempelin ke idung. Buat usap ingus. Engga, maksudnya salim. Haechan salim ke abangnya sebelum masuk gerbang kampus.
"Jeno!" Haechan berteriak kecil memanggil Jeno, entah disamping Jeno ada siapa. Pokoknya orangnya kecil, Haechan engga kenal.
"Chan? Tumben di anter abang lu." Jeno merangkul Haechan, Haechan sudah biasa.
Haechan mengintip orang disamping Jeno, "Siapa Jen?" Haechan bertanya.
"Oh, ini? Ini Renjuna, tetangga baru gue. Dia barusan tuh pindah kesini, terus ngintilin gue deh jadinya." Jeno menjawab sambil usapin kringet didahinya, siang siang panas euy.
Haechan oh oh aja sebelum noleh lagi ke Jeno, "tau gak Chan? Hari ini Bang Marka kejedot pintu kamar mandi." Itu Jeno yang berbicara.
Haechan tertawa keras sebelum bertanya pada Jeno, "kok bisa?"
Jeno menyibakan rambutnya yang mulai memanjang kebelakang, "tadi katanya buru buru, jemput temenya di bandara. Emang udah lama engga ketemu, sih. Kapan ya? Sampai lupa gue. Dulu dia sering main ke rumah, suka ngajakin Bang Mark keluar. Jelas, sih. Dari TK sampai SMP mereka satu sekolah. Eh, pas SMA bapaknya pindah kerjaan, jadi pindah ke Belanda." Jeno menjelaskan panjang lebar ke Haechan. Haechan manggut manggut aja, mikir kalau temenya Mark pasti orang kaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MarkHyuck] - Antara.
Teen Fiction[MarkHyuck] - Bukan sekedar kisah kasih antara seorang pria berjas gagah dengan sang primadona, bukan pula persoalan bromocorah dan anteknya dengan hotel prodeo. Ini hanyalah untaian asmaraloka antara Haechan dan Mark.