Vivi tak pernah benar-benar diberitahu apa alasan orang tuanya bercerai. Saat ia bertanya pada ibu atau kak Manya, mereka selalu mengelak dan mengatakan bahwa itu adalah masa lalu yang tak ingin mereka bahas.
Seharusnya Vivi tetap diam dan tak berusaha mencari tahu apa yang terjadi, karena saat ia berhasil mengetahui kebenaran yang mereka sembunyikan, hati kecilnya merasa terluka dan semakin membenci sosok sang ayah.
Saat kecil, ia selalu bertanya-tanya kenapa teman-temannya mempunyai 2 orang tua sedangkan ia hanya memiliki ibu dan kak Manya. Hal itu selalu membuatnya merasa berbeda diantara anak-anak yang lain, jejalan pertanyaan yang sering ia terima juga membuatnya semakin muak.
Karena nyatanya ayah dan ibu Vivi bercerai 14 tahun yang lalu. Sedikit yang ia ketahui tentang alasan di balik perpisahan mereka adalah ayah ketahuan memiliki wanita lain di belakang ibu saat ibu tengah mengandung dirinya.
Tanpa pikir panjang, ibu langsung menggugat cerai ayah saat usia Vivi bahkan belum genap 1 tahun. Setelah berpisah dari ayah, mereka bertiga memilih menyewa rumah di perumahan kecil dengan ibu yang banting tulang bekerja keras sebagai tulang punggung keluarga untuk mencukupi kebutuhan mereka.
Swlama itu Vivi selalu dititipkan pada pengasuh yang juga bertugas mengurus rumah. Namun, mereka sering berganti-ganti pengasuh karena belum menemukan yang pas. Bahkan Vivi pernah tak diberi makan beberapa hari oleh pengasuh sampai ia sakit perut dan harus dibawa ke rumah sakit.
Apalagi Vivi memang sering sakit-sakitan saat itu. Bahkan dalam kurun waktu 2 tahun, ia bisa dilarikan kerumah sakit lebih dari 5 kali karena demam tinggi, sesak nafas, kejang dan lain-lain.
Hal itu ternyata disebabkan oleh gen menurun dari keluarga ayahnya yang memiliki penyakit asma.
Barulah 4 tahun kemudian saat berkunjung kerumah nenek yang ada di jogja. Ibu jatuh cinta dengan bapak yang merupakan kakak tingkatnya semasa sekolah, sekaligus tetangga nenek yang ternyata sudah lama memendam perasaan pada ibu.
Dari cerita yang ia dengar dari nenek. Bapak sempat merantau lama ke Jakarta karena galau ibu sudah menjadi istri pria lain, namun siapa sangka saat bapak kembali dari perantauan, takir mempertemukan mereka kembali.
Tak mau berlama-lama, bapak dan ibu langsung memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Seingat Vivi, ibu juga pernah mengandung 2 kali namun keguguran saat usia janinnya 3 bulan.
Bapak tidak pernah mempedulikan fakta bahwa Vivi dan kak Manya bukanlah anak kandungnya, ia selalu memberikan perhatian yang cukup layaknya orang tua kandung.
Sedangkan Ayah? Saat kelas 3 SD ia diberitau kak Manya bahwa sebenarnya ayah sudah menikah 3 tahun yang lalu dengan wanita single parent yang mempunyai 2 anak tanpa memberi kabar pada mereka.
Sekarang Ayah dan wanita itu sudah memiliki keluarga sendiri dan dikaruniai 1 anak laki-laki.
Lalu dengan bangganya Ayah datang memperkenalkan anak tersebut sebagai adik Vivi dan kak Manya. Entahlah, tapi Vivi ingin menyebutnya tak tahu malu.
Meskipun tak pernah ia ungkapkan secara terus terang, tapi sampai kapanpun Vivi tak akan pernah menganggap istri dan anak ayah adalah bagian dari keluarganya.
Mengingat bagaimana ia menghabiskan masa kecil sendirian tanpa sosok seorang Ayah, tanpa perhatian dan kasih sayang yang cukup. Sedangkan sekarang anak itu memiliki segalanya, bukankah dunia gemar bercanda?
Walaupun sejak kecil ia selalu mendengar orang lain berkata "Vivi, kamu mirip sekali dengan Ayahmu"
Sebenarnya kenapa? apa salahnya? apa ia sejahat itu? ia tak sudi dimirip-miripkan dengan seseorang yang sudah mengkhianati ibu serta kedua anaknya demi berpaling ke pelukan wanita lain.
Ibu tidak pernah mengajarkan hal seperti ini dan ia juga harusnya tak boleh merasa begini. Tapi jujur saja hati kecilnya sedikit sakit saat melihat ayah asik bercengkrama dengan wanita lain selain ibu.
Namun apa boleh buat, keluarga mereka tak sama lagi. Ia tak bisa memaksakan kehendak dengan tidak memperbolehkan Ayah dan Ibu mencari kebahagiaan masing-masing dengan menikah lagi.
Yang lalu biarlah berlalu. kKarena hidup tak terus berjalan sesuai kemauannya.
Sekarang mereka berempat sudah hidup berkecukupan, bahkan bisa dibilang lebih. Ia sangat bersyukur bisa diberi kesempatan sekali lagi merasakan kebahagiaan keluarga yang utuh seperti ini.
Ia berharap dimasa depan kelak anaknya tak perlu merasakan hal yang sama seperti masa lalu. Semoga yang mereka lewati hanya dunia penuh canda tawa dan bahagia. Semoga, semoga saja..
Setiap Vivi mengingat kemalangan nasibnya, ia hanya bisa membayangkan keluarga swmpurna yang akan ia bangun di masa depan. Hidup di rumah yang penuh tanaman dan bunga-bunga, memiliki 2 anak kembar dan memelihara banyak kucing. Hal yang selalu ingin ia wujudkan selama hidupnya.
Vivi tersenyum kecil, ia bahkan baru berusia 15 tahun tapi angan-angannya sudah seperti ia akan menikah beberapa bulan lagi.
Ia melihat ke arah jam dinding dan menyadari bahwa ia terlalu lama melamun dan belum menghabiskan makanannya, sementara Berry sudah terlelap.
Segera menghabiskan nasi goreng itu lalu mencuci piring di wastafel sebelum kak Manya meneriaki telinganya karena tak mencuci piring sehabis makan.
Mendengar suara motor yang mendekati rumah, Vivi yakin 100% bahwa itu suara motor ibu. Segera berlari ke garasi untuk membukakan pintu kemudian mencium tangan sang ibu.
Lihat? keluarga mereka tetap baik-baik saja tanpa satu sosok yang tak ingin ia sebut namanya. Mereka bisa hidup sebagai keluarga normal yang bahagia dan berkecukupan.
Setiap sore hari sepulang kerja, ibu selalu menyiram tanaman-tanaman kesayangannya serta memberi makan ikan-ikan kecil yang ada di kolam. Sungguh sebuah rutinitas yang tak pernah terlewatkan setiap hari. Bunga Anggrek itu bahkan sudah ibu anggap seperti anaknya sendiri. jika disandingkan dengannya, Vivi dan kak Manya mungkin hanyalah anak tiri yang ibu pungut dari kolong jembatan.
Yang bisa Vivi lakukan hanya diam di kursi teras sembari bermain dengan kucing-kucing mereka, bermain dengan kucing juga merupakan pekerjaam penting bukan? Atau jika ingin sedikit terlihat berguna, ia beberapa kali membantu menyiram konblok dengan selang air agar tak penuh dengam debu.
Sedangkan bapak biasanya sibuk dengan ayam-ayam mereka. Karena sudah memasuki usia kepala lima, bapak memilih bekerja sebagai peternak ayam yang hanya berternak skala sedang di belakang rumah mereka. Kalau tak salah jumlah ayamnya sekitar 50 sampai 70 ekor.
Beberapa ayam akan dirawat dan dijual jika sudah besar atau memasuki usia remaja, sebagian lain dibiarkan menetaskan telur untuk dijual juga atau dikonsumsi sendiri.
Jadi percayalah makanan wajib keluarga mereka setiap hari adalah telur. Bahkan ia dan kak Manya takut bisulan karena terlalu sering memakan telur ayam.
to be continue
Hello, dear readers who i love🤍
Let's vote, comment and follow as support to author. Please don't be a silent readers babe
@moshiemou
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's The Tall Boy?
Romance"Aku tak bertanya apapun, tapi sepertinya masalah remaja yang putus cinta" kata Vivi dengan tetap mendekap lengan sang suami. "Ah.. remaja memang selalu begitu ya. Tapi cinta saat remaja memang seperti itu bukan? sepertimu yang tak pernah melupakan...