3-

319 30 4
                                    

"Daniel Alexander, menangis? Indah sekali."

"J-jangan gini Ez. lepasin gua hiks!" mohon Daniel dengan tatapan sendu, wajahnya sembab karena menangis, suaranya bergetar ketakutan.

"Tidak akan semudah itu, cantik" Ezvyer mengambil Dasi di nakas kecil dan mengikat tangan Daniel dengan santai, tanpa menghiraukan sang empu yang kembali menangis ketakutan dan memohon untuk dilepaskan.

'Ezvyer, please. Tolong jangan kayak gini, kesian Niel. Lo gak kesian sama dia njing? Gemes gemoy gitu mau lu persoka nyet? Biadab lu babi! Jodoh gua itu sat.'

Ezvyer berhenti saat mendengar Everey berbicara, Ralat Mengoceh.

'Jangan gila. Dengerin gua, lo denger gua kan? Lo bisa denger kan? Lo gak budeg kan? Tolong, kalo gak buat dia,seenggaknya lakuin ini buat gua. Please.'

Ezvyer menghela nafasnya kasar, lalu melepas kembali ikatan ditangan Daniel, wajah anak itu sudah sangat merah akibat menangis tanpa henti.

dia menarik tubuh kecil Daniel kedalam pelukan nya, menutup tubuh polos mereka menggunakan selimut "Maaf udah bikin lu takut, gua gak bermaksud. Sekarang tidur."

Daniel mendorong tubuh Ezvyer agar menjauh darinya "gua mau pulang, brengsek!"

"Nurut. Jangan sampe gua berubah fikiran dan ngelanjutin kegiatan tadi." Daniel langsung terdiam menuruti kata-kata Ezvyer.

dia takut di perkosa lagi.

"Jangan nyari gara-gara sama gua, atau, Lo bakal tau akibatnya. besok berangkat ke sekolah bareng gua, dan gua gak nerima penolakan, dan satu lagi, turutin perintah gua, dimana pun dan kapan pun. Supaya lo tau gimana rasanya Everey waktu lo perlakuin dengan buruk." Ezvyer memeluk Daniel dan mengelus surai serta punggung anak itu.

biar bagaimana pun Ezvyer tetap satu dengan Everey yang mencintai Daniel.

Keesokan harinya, Mereka berdua pergi kesekolah bersama, sepanjang perjalanan tidak ada yang berani membuka suara, hening yang mereka rasakan.

saat sampai disekolah Daniel langsung membuka pintu mobil dan turun tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Daniel.." Yang namanya dipanggil hanya berhenti tanpa menoleh sedikitpun "Gua harap, lo masih inget apa yang gua bilang semalem" Daniel tak merespon apapun, ia berlari dengan cepat menuju kelasnya, beruntung kelasnya dan Ezvyer berbeda.

Ternyata hari ini jamkos, guru-guru sedang mengadakan rapat dan siswanya dibiarkan begitu saja, ada yang tidur, jajan, membaca buku dan ada juga yang bermain basket untuk mengisi jam kosong mereka dan sebagainya, seperti Ezvyer yang saat ini sedang berjalan menuju kelas Daniel.

"Daniel, ikut gua" Ezvyer berjalan lebih dulu dan diikuti oleh Daniel dibelakangnya yang ditatap bingung oleh anak-anak yang melihat mereka, biasanya Ezvyer selalu menjadi bahan bullyan Daniel dan teman-temannya, tapi sekarang Daniel berjalan menunduk mengikuti langka kaki Ezvyer yang menuju gudah dibelakang sekolah.

"temen-temen lo nanya sesuatu?." Ezvyer mendudukkan dirinya di sofa tua yang berada di dalam gudang, tempat itu sudah bersih karena sering dijadikan tempat bolos oleh siswa-siswi. Daniel yang mendapat pertanyaan itu hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Gua gak denger suara lo. Sini." Ezvyer menepuk pahanya, untuk menginstruksi Daniel agar duduk dipangkuan nya. Daniel mengerti tapi dia hanya menatap Ezvyer dengan pandangan kosong.

"Come here."  ucap Revano dengan nada dingin penuh penekanan.

Daniel merasa ragu untuk melakukannya, namun setelah Ezvyer mengeluarkan perintah dengan nada menyeramkan nya, tubuh Daniel bergetar ia berjalan menuju Ezvyer yang tengah menatapnya dingin lalu duduk membelakangi Ezvyer yang langsung memeluknya dari belakang, dan mengecupi tengkuk Daniel.

"Takut?" Daniel hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, lidahnya mendadak kelu, tak ada suara apapun yang keluar dari dalam mulutnya.

Ezvyer yang tidak mendapat jawaban menghela nafasnya pelan, lalu kembali berucap "Gua gak denger suara lo. Takut?."

"G-gak."

"Lo takut. Balik sini." Ezvyer menangkup wajah Daniel yang sudah menghadap padanya, mengecup bibir ranum kecil itu sesaat lalu berkata "gimana rasanya? Apa rasanya sakit? atau menyenangkan? Ini yang Everey rasain,waktu lo nindas dia."

Ezvyer kembali mendekatkan wajahnya dengan wajah Daniel, dan seketika Daniel langsung berusaha menjauhkan wajahnya dari wajah Ezvyer " Jangan menghindar, gua gak bakal nyakitin lo." Ezvyer mengigit gemas pipi kiri Daniel yang berisi, membuat sang empu meringis pelan.

Daniel mengusap-usap pipinya yang memerah karena ulah Ezvyer, tanpa disadari bibir nya mengerucut, seraya memandang sinis Ezvyer. Ezvyer terkekeh pelan, menjawil hidung anak itu pelan dengan menggigit pipi bagian dalamnya karena merasa gemas akan tingkah anak manis dihadapan nya.

"Kemana keberanian lo, hm? Terus kayak gini sampe semuanya selesai, atau kejadian kemarin malam bakal terulang lagi." Ezvyer menarik tengkuk Daniel dan mencium bibir nya pelan, hanya menempelkan lalu dia melepasnya kembali.

Ezvyer memeluk tubuh kecil Daniel lalu mendusalkan kepalanya diceruk leher anak itu, menghirup aroma tubuh laki-laki mungil itu.

Vanilla? Aroma yang manis. Ezvyer tersenyum, semakin mengeratkan pelukanya pada si Manis.

"Sepuluh menit, gini. Gua ngantuk."

Daniel hanya diam membisu dan membiarkan tubuhnya dipeluk oleh Ezvyer.

entah kenapa, sekarang ia merindukan Ezvyer yang dulu, kenapa Ezvyer yang sekarang berbeda? Ah, ia baru ingat jika Ezvyer memiliki kepribadian ganda.

Lamunannya buyar saat ia mendengar dengkuran halus Ezvyer yang sudah tertidur pulas, namun pelukan dipinggang nya tidak lepas malah semakin erat.

perlahan Daniel mengangkat tangan nya untuk membalas pelukan Ezvyer, ia memeluk Ezvyer dan menyenderkan kepalanya di pundak Ezvyer. ia juga merasa ngantuk.

Ezvyer tersenyum tipis dalam tidurnya, meskipun ia tertidur ia masih bisa merasakan apa yang dilakukan Daniel, karena ia belum tertidur pulas.







TBC.

Vana.

Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang