Lee Hyuk Jae POV
Hari sudah malam saat aku, Minho dan Lauren sampai di rumah. Dan Laurenpun sudah tertidur di pangkuan Minho sepulangnya kami dari mengantarkan Hyun Eun dan Yoo Ri. Hari ini memang terasa sangat melelahkan bagi kami semua. Terutama putriku yang sangat aktif itu. Jadi maklum jika dia sekarang sudah tertidur di pangkuan sang paman. Karna akupun merasakan hal yang sama. Lelah. Tapi rasanya lelah itu terbayar oleh semua senyum dan tawa yang aku dan putriku dapatkan hari ini. Merasakan kebahagiaan utuh sebuah keluarga lengkap meskipun Hyun Eun belum menjadi bagian dari keluarga kami. Aku mengatakan “belum” karna aku berharap nantinya dia bersedia menjadi bagian dari keluarga kami menggantikan mendiang istriku. Kim Hyun Eun menggantikan posisi mendiang istriku, bukan berarti dia akan menggantikan rasa cintaku untuk eomma Lauren. Karna walau bagaimanapun selalu ada tempat di hati kecilku untuk mendiang istriku, Lee Min Ah.
Sesampainya di rumah, Minho langsung membawa Lauren ke kamarnya dan menidurkannya di sana. Aku terlalu lelah jadi begitu masuk rumah aku langsung merebahkan diri di sofa ruang televisi. Berusaha menghilangkan segala lelah yang kurasakan saat ini. Biarkanlah Minho yang mengurus putri kecilku.
Mengusir lelah dengan mengingat kembali moment-moment di taman hiburan tadi. Teringat kembali saat Lauren dan Minho mengerjaiku dan Hyun Eun sehingga sebuah kecelakaan membawa nikmat itu terjadi. Aaarrrgh bagaimana aku bisa tidur jika selalu teringat ciuman itu. Meskipun ciuman singkat dan tak sengaja tetapi entah kenapa rasanya sangat menggila. Efeknya benar-benar mengacaukan seluruh indera. Hingga tanpa sadar aku tersenyum-senyum sendiri. Dan lamunanku terpecah saat Minho menegurku.
“Hyung, apa yang kau bayangkan eoh? Kenapa senyum-senyum sendiri seperti itu? jangan-jangan kau mulai gila eoh?” tanyanya padaku sambil tiba-tiba memukul kepalaku dengan bantal sofa.
Wajahnya terlihat berbinar. Tidak terlihat gurat kelelahan sama sekali di wajahnya. Huwaaaa apakah begitu kuat efek yang ditimbulkan oleh Kim Yoo Ri pada seorang Choi Minho? Daebak.
“Hahahaa. Kau pasti tau kan apa yang membuatku tersenyum-senyum seperti ini.” Jawabku santai.
“Hyung harus berterima kasih padaku eoh? Untung putri kecilmu pintar jd dia menyetujui saja saat aku mengatakan ide itu. Dan kau tau hyung, aku sempat mengabadikan moment itu. Hahahaaa.” Pamernya bangga.
Dan begitu mendengar kalimat terakhir akupun terbangun dari posisi rebahku dan langsung menatapnya penasaran.
“M m m mwoooo? Kau memotret kejadian itu? OMO. Pasti sangat memalukan. Yak Hyun Eun pasti akan mengamuk padaku jika tau hal ini.” Teriakku.
“Yak hyung, biasa saja. Lagian aku tidak akan memberitahu Hyun Eun. Tapi entah jika putrimu yang memberitahukannya. Karna tadi putrimu yang memintaku memotret kalian. Lagipula siapa suruh kalian keenakan dengan posisi itu hingga tak sadar kami memotret kalian eoh? Ck.” Balasnya.
“Ish lalu sekarang mana hasilnya eoh?” todongku padanya. Aku tidak mau Minho berbuat yang aneh-aneh. Karna aku tau keusilannya. Meskipun dia berjanji tidak akan memberitahu pada Hyun Eun tapi aku sangsi dia akan berbuat hal yang aneh-aneh dengan foto itu.
“Yaish tentu saja di kameramu hyung. Kau periksa saja sendiri. Sudah ah aku pulang dulu sudah terlalu malam.” Ujarnya sambil beranjak menuju pintu keluar rumah.
“Kau tidak menginap di sini saja eoh? Sudah terlalu malam.” Ucapku. Biasanya juga dia menginap di sini. Aneh.
“Tidak hyung, besok aku mau mengantarkan Yoo Ri noona bekerja sebelum aku pergi ke kafe. Jadi lebih baik aku pulang. Harus mempersiapkan penampilan yang terbaik untuk besok.” Jawabnya sambil tetap beranjak menuju pintu keluar.