06

323 23 1
                                    

Happy Reading..

💐💐


Setelah kegiatan fitting baju selesai, mereka memilih kembali ke pesantren. Waktu yang mereka tempuh cukup lama, hingga tibanya kembali ke pesantren menjelang Ashar.

Mobil yang dikendarai Rama memasuki area ndalem. Tanpa sengaja sepasang mata menatap kehadiran mereka, rasa sakit semakin terasa saat melihat Rama dan Nilam turun dari mobil secara bersamaan.

"Aku muak melihat semua ini, takdir seperti apa yang sudah Allah siapkan kepadaku sampai sampai aku terjebak jalan serumit ini" Ustadzah Marwah menatap nanar pandangan matanya, sulit baginya menutupi rasa sakit hatinya.

"Loh ternyata ada ustadzah Marwah disini" mendengar sapaan umi Khadijah, jelas yang ada disana melirik kearah ustadzah Marwah.

"Maaf Umi, kehadiran saya kesini tadinya ingin menyerahkan berkas data diri santriwati" jelas ustadzah Marwah

"Kalau begitu mari ikut masuk ustadzah, kita bicarakan didalam" umi Khadijah mengiring ustadzah Marwah masuk kedalam rumah, sementara disana masih menyisahkan Rama dan Nilam yang sedari tadi memilih diam.

"Saya izin masuk kedalam" ucap Nilam melangkah pergi meninggalkan Rama dengan pandangan menunduk.

Rama hanya menyaut dari dalam hati. Tidak lama setelah itu ia juga ikut meninggalkan kawasan ndalem dan pergi kekamarnya.

•••

Ke-esokan harinya, tepat pagi hari ini Nilam menggantikan tugas kakanya mengajar santriwati. Gadis itu tidak keberatan sama sekali, sebaliknya ia terlihat antusias karna artinya ia bisa mengisi waktu senggangnya dengan tidak hanya berdiam diri dindalem. Jujur semenjak kepulangan dari kairo iya tidak memiliki kegiatan apapun, terlebih lagi karna hari pernikahan semakin dekat segala kegiatannya semakin diatur dengan alasan menjaga ini, itu, dan lain lain.

Nilam menelusuri kawasan santriwati, banyak santriwati yang menyapanya dan Nilam pun meresponya begitu sopan.

Saat sampai dikelas, ia bahagia menatap wajah para santriwati yang sudah menunggunya. Ada rasa tidak enak karna mengetahui bahwa dirinya sedikit terlambat.

"Assalamu'alaikum" Salam Nilam sembari memasuki kelas

"Wa'alaikumsallam" timbal para Santriwati secara bersamaan.

"Maaf sebelumnyabsaya datang sedikit telat" ujar Nilam tidak enak hati. Para murid memakluminya saja tanpa berniat protes sedikit pun.

"Baik kalau begitu mari kita mulai pembelajaran kita pagi hari ini, sebelum itu mari kita berdoa dulu agar ilmu yang kita pelajari nantinya dapat bermanfaat" Nilam membimbing para santriwati dengan begitu baik, sebenarnya ia juga sedikit gugup namun sebisa mungkin ia menetralkan raut wajahnya.

1 jam pelajaran berlangsung, sampai akhirnya bel akhir pelajaran berbunyi. Para murid serta Nilam mengakhiri kegiatan belajar mereka.

Saat tengah berjalan langkah Nilam berhenti, ia melihat Ustadzah Marwah yang berdiri dihadapannya sekarang

"Assalamu'alaikum Ning Nilam" sapa ustadzah Marwah

"Wa'allaikumsallam"

"Maaf sebelumnya, apa Ning Nilam punya waktu sebentar? Ada hal yang ingin saya bicarakan dengan Ning Nilam" ucap Ustadzah Marwah

"Perihal apa ya?" Tanya Nilam

"Mari Ning kita duduk di kursi sana, tidak baik bicara sambil berdiri begini" ujar Ustadzah Marwah menggiring Nilam menuju bawah pohon yang terdapat kursi.

"Ustadzah Marwah ingin bicara apa ya?" Tanya Nilam penasaran

" Sebenarnya saya ingin bertanya apakah Ning Nilam dan Ustadz Rama saling mencintai? M-maaf sebelumnya jika pertanyaan saya tidak sopan" Nilam sedikit terkejut dengan pertanyaan ustadzah Marwah. Pertanyaan apa ini? Pikir Nilam.

"Kenapa tiba-tiba ustadzah bertanya seperti itu?" Bukannya menjawab Nilam malah balik bertanya

"Sebenarnya saya tidak ingin mengatakan ini, tapi saya khawatir dengan masa depan Ning" ekspresi khawatir terlihat di wajah ustadzah Marwah.

Nilam mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti maksud dari ucapan ustadzah Marwah. "Maksud ustadzah?" Tanya Nilam

"Ustadz Rama bukalah lelaki yang baik seperti apa yang dinilai semua orang. dia lelaki berandalan yang suka mabuk mabukan. Saya sering sekali melihat nya mabuk diluaran Ning" ungkap Ustadzah Marwah

Ekspresi wajah Nilam berubah seketika, pikirannya berkecamuk dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia merasakan tubuhnya bergetar dan keningnya mulai mengeluarkan keringat dingin. Jika benar apa yang dikatakan ustadzah Marwah barusan, maka dengan cara apapun ia harus menghentikan pernikahannya, ia tidak akan sudi mendapatkan lelaki seperti itu. Akan seperti apa masa depannya nanti.

"Ning Nilam harus percaya dengan ucapan saya, ustadz Rama bukanlah jodoh yang baik untuk Ning Nilam." Ustadzah Marwah menatap Nilam seolah meyakinkan ucapannya barusan.

"Apa ustadzah Marwah sudah mencari kebenarannya lebih dulu? Jika itu semua salah maka apa yang ustadzah katakan barusan adalah sebuah fitnah" Nilam berusaha menepis pikiran kotor dari kepalanya

"Saya mengatakan apa yang saya ketahui. Memang saya tidak punya bukti tapi saya mohon Ning Nilam harus percaya dengan ucapan saya, saya mengatakan itu karna saya peduli dengan masa depan Ning" ustadzah Marwah menggenggam tahan Nilam dan berusaha meyakinkannya.

"Aku tidak akan menyerahkan begitu saja apa yang aku inginkan." Batin Ustadzah Marwah

"Terimakasih atas rasa kepedulian ustadzah" Nilam beranjak dari duduknya.

"Saya permisi kembali ke-ndalem." Nilam tidak bisa mempercayai begitu saja ucapan yang belum jelas kebenarannya, namun ia tidak bisa berbohong jika sekarang ia merasa takut dan ragu apakah keputusan nya menikah dengan lelaki itu sudah benar?.

Ustadzah Marwah menatap kepergian Nilam. "Aku harap usahku kali ini membuahkan hasil"

•••

Umi Khadijah sedang menyiram tanaman dihalaman ndalem melihat Nilam yang sepertinya tidak menyadari adanya dirinya

"Kalau jalan itu perhatikan arahnya nduk" tegur umi Khadijah

Nilam tersadar setelah mendengar teguran bundanya. "Iya bunda" timbal Nilam

"Kamu kenapa toh nduk? Kelihatan lagi ada yang kamu pikirkan" tanya umi Khadijah

Nilam mendekati bundanya. "Bunda Nilam mau tanya sesuatu"

"Perihal apa?" Umi Khadijah langsung menghentikan kegiatannya, ia menggiring putrinya untuk duduk dipinggiran teras rumah.

"Nilam ingin tau tentang ustadz Rama" ungkap Nilam

"Wah ternyata putri bunda kepo juga dengan calon imamnya" ujar umi Khadijah

"Nilam cuma ingin tau bunda"

"Rama itu nduk lelaki yang sangat menjaga pandangannya terutama dengan lawan jenisnya, dia juga tidak banyak bicara sampai sampai dia mendapat julukan kulkas berjalan dipesantren ini" jelas umi Khadijah dengan tawa diakhir ucapannya

Apa yang dikatakan bundanya memang Nilam rasakan saat bertemu lelaki itu, selama ini Rama tidak pernah menatapnya sekalipun sedang berbicara.

"Dia lelaki yang cukup sempurna perihal fisik maupun akhlak. Bunda yakin banyak wanita diluaran sana yang mengagumi dia dan anak bunda ini malah meragukannya" umi Khadijah tau kalau Nilam masih ragu dengan perjodohan ini.

"Nilam ga ragu kok bun, Nilam cuma ingin tau seperti apa dia" elak Nilam.

"Nilam percaya sama pilihan abi dan bunda" lanjutnya sebelum berhambur kepelukan bundanya.

💐💐

Jadwal update cerita bisa dicek di profil author ya^^

Thank You..









Rama NilamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang