Jason dan Jensen sedang sarapan. Mereka baru saja selesai berolahraga. Bersama ibunya yang kini tengah mengunyah salad buah. Ditemani dengan iPad yang sudah menyala. Menampilkan berita pemerkosaan yang dilakukan oleh pemilik yayasan pada anak didiknya.
"Rencananya, Mama mau membawa mereka. Sekolah itu sudah ditutup sekarang. Kasihan jika mereka terlantar."
"Memangnya Mama tidak sibuk?"
Tanya Jensen sembari menatap ibunya, dia tampak khawatir sekarang. Sebab dia tahu jika jadwal ibunya begitu padat. Dari pagi hingga malam. Pasti ada saja yang dikerjakan.
Entah memantau kegiatan panti, seminar di luar kota. Hingga rapat bersama beberapa sponsor yang akan mendanai projectnya. Tidak lupa dengan merawat mereka juga.
"Sibuk. Tapi Mama ada banyak orang yang membantu. Nanti malam mau makan apa? Akan Mama usahakan pulang sebelum petang."
Jason dan Jensen saling lirik sekarang. Senyum tipis juga mulai tersungging di bibir mereka. Seolah sedang merencanakan sesuatu sekarang.
"Kita makan di luar saja, Ma. Sekalian bertemu Om Jordan. Hari ini mau ke Surabaya katanya."
Joanna diam sejenak, dia juga berhenti mengunyah. Seolah ada yang sedang dipikirkan. Entah apa. Namun yang jelas, raut wajahnya tampak gusar.
"Kalian yang meminta datang?"
"Hehehe. Besok hari perpisahan kita di sekolah, Ma. Lagi pula, Jakarta dan Surabaya dekat. Hanya satu dua jam naik pesawat."
Jensen tersenyum lebar. Sebab dia yang memiliki ide ini. Meminta Jordan datang di acara perpisahan. Karena mereka mendapat dua undangan.
"Mama tenang saja. Om Jordan tidak keberatan. Justru senang, karena bisa bertemu Mama."
Timpal Jason yang saat ini sudah cengengesan. Sebab dia dan si kembaran memang sudah sepakat untuk menjodohkan ibunya dengan Jordan. Salah satu kolega ibunya yang sudah mereka kenal sejak lama.
"Ya sudah. Nanti kita makan malam di luar."
Jason dan Jensen bertos ria. Senang karena rencana mereka akan lekas terlaksana. Sebab misi rahasia mereka adalah membuat ibunya menikah dengan Jordan. Agar wanita itu memiliki teman di masa tuanya.
Setelah sarapan, mereka mulai memasuki kamar masing-masing. Guna mandi dan bersiap untuk pergi. Jika Joanna ke panti, maka si kembar akan ke sekolah untuk mempersiapkan acara perpisahan yang akan dilangsungkan besok pagi.
1. 10 PM
Joanna sedang makan siang sekarang. Di ruang makan besar yang ada di panti asuhan. Karena tempat ini telah menampung sekitar 200 anak dari usia satu bulan hingga 18 tahunan.
Joanna menatap Dahlia, asistennya yang kini sedang mengambil minum untuknya. Air putih dalam kemasan yang masih belum terbuka tutupnya.
"Setelah ini, kita mau langsung melihat pembangunan asrama untuk anak-anak dari sekolah Laskar Pelangi, atau memeriksa rumah makan yang ada di jalan Melati?"
"Ke rumah makan dulu."
Dahlia mengangguk pelan. Lalu membuka tutup air mineral untuk Joanna. Kemudian ikut makan siang juga.
Joanna janda. Dia tidak memiliki suami sekarang. Sejak dia mengandung si kembar hingga sekarang.
Jeffrey meninggal setelah kecelakaan tunggal di tol Cipularang. Hal itu tentu saja membuat Joanna terluka. Tidak terima dan menyalahkan Tuhan.
Namun, lambat laun dia sadar. Jika ini memang takdir Tuhan. Jika ini memang sudah nasibnya.
Ditinggal suami ketika hamil besar. Berjuang sendiri untuk mencari nafkah. Serta, memiliki peran ganda untuk mendidik si kembar. Menjadi ayah sekaligus ibu mereka.
60+ comments for next chapter :)
Pendek, ya? Mau dipanjangin? Ramein dulu, ya!!!
Tbc...