200+ comments for next chapter :)
9. 10 AM
Joanna baru saja membuka mata. Pemandangan pertama yang dilihat adalah Jensen yang masih menangis di sampingnya. Menangis sesenggukan sembari menidurkan kepala di samping tangannya.
"Jensen..."
"Mama... Hiks... Aku tidak mau punya saudara seperti dia. Aku tidak mau dia tinggal bersama kita. Aku tidak mau---"
Joanna langsung mendudukkan badan. Lalu memeluk kepala Jensen saat itu juga. Mengusap rambutnya penuh cinta sembari mengatakan sesuatu yang membuatnya sedikit tenang.
"Tidak apa-apa. Mau ada ataupun tidak ada saudara baru, kalian tidak akan Mama abaikan. Tidak akan ada yang berubah. Papa akan pergi juga. Andy, dia akan Mama kuliahkan di luar supaya tidak mengusik kita."
Tangis Jensen mulai mereda. Dia juga mulai membalas pelukan ibunya. Dengan air mata yang masih menggenang di pelupuk mata.
Ceklek...
Pintu tiba-tiba saja terbuka. Dahlia pelakunya. Dia mengatakan jika Jeffrey kritis sekarang. Tubuhnya kejang karena alat bantu nafasnya tersengol oleh Andy dan Jason yang sedang bertengkar.
Iya, Jason yang mendorong Andy. Karena anak itu baru saja mendapat telepon dari ibunya dan mengatakan apa yang dilihat saat ini. Mengatakan jika Jeffrey masih hidup hingga detik ini. Membuat wanita itu ingin datang kemari.
Joanna dan Jensen langsung berlari ke ruangan Jeffrey berada. Andy dan Jason sudah berada di luar. Dengan Jason yang sedang dipegangi beberapa orang. Sebab dia ingin kembali memukul saudara tirinya.
"Maaf, aku tidak tahu kalau hal ini harus dirahasiakan. Maaf, Tante..."
Ucap Andy ketika melihat Joanna. Dia menangis sekarang. Sama seperti yang lainnya.
"Mama, dia mengatakan pada Mamanya kalau Papa masih ada! Dia---"
Ucapan Jason terjeda ketika Joanna langsung memeluknya. Joanna tahu jika anak-anaknya masih belum terima. Masih sakit hati akan fakta yang baru saja mereka dengar. Sama seperti dirinya.
Namun tetap saja, Andy anak Jeffrey juga. Dia berhak berada di sini juga. Berhak tahu jika ayahnya masih hidup juga.
Jensen ikut memeluk Joanna. Membuat Andy menatap iri mereka. Sebab bisa memiliki ibu yang tampak begitu menyayangi mereka. Tidak seperti Molita yang selalu memarahi dirinya.
Dahlia datang, dia baru saja menghubungi Sandi dan Jessica. Mengatakan jika Jeffrey kritis sekarang. Serta, tentang Andy juga. Guna mempermudah tugas Joanna. Karena dia tahu, jika bosnya tidak sanggup menjelaskan lagi jika ditanya.
Setelah sekitar satu jam menunggu, mereka akhirnya diizinkan masuk. Namun hanya satu-satu. Karena Jeffrey baru saja bangun dan akan bingung jika semua orang masuk.
Joanna dan si kembar menangis di tempat. Mereka masih saling memeluk sekarang. Andy juga sama. Karena sejak tadi, Sandi dan Jessica langsung memeluknya setelah tiba.
Jessica dan Sandi masuk bergantian. Ketika giliran Joanna, Molita tiba-tiba saja datang. Dia menerobos masuk tanpa meminta izin sebelumnya.
"Ma, dia siapa?"
Joanna yang suda mengepalkan tangan, kni mulai menolehkan kepala pada Andy yang sudah menunduk dalam. Merasa bersalah karena telah memberi tahu ibunya.
Si kembar yang sudah paham langsung menatap tajam Andy sekarang. Dengan kedua tangan yang mengepal juga. Berniat memukul Andy sekarang. Namun masih mereka tahan.
Perlahan, Joanna mengintip dari jendela. Menatap Jeffrey yang sedang tersenyum pada Molita. Apalagi setelah wanita itu memeluk dan mengecupi pipinya.
Joanna mulai mengadu alisnya. Sebab Jeffrey tampak senang ketika melihat Molita. Tidak marah juga ketika diperlakukan demikian.
Kedua tangan Joanna kembali mengepal. Air matanya luruh tiba-tiba. Setelah melihat Molita yang sudah mendekatkan pipi kanan. Kemudian dikecup oleh Jeffrey pelan.
"Mama!!!"
Panggil Jason dan Jensen berbarengan. Ketika melihat ibunya yang mulai membalikkan badan dan berjalan menjauhi mereka. Seolah tidak ingin menemui si ayah yang sudah pasti amat sangat ibunya rindukan.
Molita baru saja keluar ruangan. Lalu melambaikan tangan pada Andy yang tengah mematung saja. Meminta anaknya lekas masuk untuk menemui si ayah.
Jason dan Jensen berlari mengejar ibunya. Sedangkan Andy, kini mulai memasuki ruangan. Berjalan pelan ke arah ranjang ayahnya.
"Andy? Kamu anakku dengan Moli?"
Kedua mata Jeffrey berkaca-kaca. Dia tidak menyangka jika dia sudah memiliki anak sebesar ini. Apalagi setampan Andy. Ya, meskipun tubuhnya sedikit kurus seperti dirinya sebelum mengenal tempat gym.
"Iya, Pa."
Andy mendekat. Lalu menyentuh tangan ayahnya yang sudah terasa hangat. Tidak seperti sebelumnya yang terasa dingin bagai mayat.
"Peluk Papa, Nak!"
Andy melakukan permintaan ayahnya. Memeluk Jeffrey sembari menitihkan air mata. Karena akhirnya, dia bisa bertemu ayahnya. Ayah kandungnya.
"Papa tidak menyangka jika Papa sudah memiliki anak sebesar kamu. Kamu pasti menderita sendiri. Maaf karena Papa baru bangun hari ini."
Andy tidak bergeming apa-apa. Dia hanya menangis saja. Sedangkan Jeffrey, dia berusaha mengangkat tangannya. Untuk membalas pelukan Andy juga. Namun tidak bisa.
Setelah melepas pelukan, Andy langsung menatap dokter yang sejak tadi mengawasi dirinya. Mengatakan jika waktunya tidak lama. Karena masih ada tiga orang lain yang harus menjenguk Jeffrey sekarang. Sebab setelah ini, Jeffrey akan menjalani pemeriksaan lanjutan.
Andy keluar ruangan. Dia mencari keberadaan Joanna dan adik-adiknya. Namun tidak ada. Hanya ada Molita dan kakek neneknya saja. Serta Dahlia.
Jeffrey menatap dokter perempuan yang sejak tadi mengawasi dirinya. Dia tampak bingung ketika suster yang sejak tadi bertugas menjaga pintu langsung mendekat. Membisikkan sesuatu padanya.
"Karena sudah tidak ada yang ingin bertemu lagi. Saat ini Bapak akan langsung menjalani pemeriksaan lanjutan di tempat lain."
Jeffrey mengedipkan mata. Sebagai tanda persetujuan. Karena seluruh tubuhnya terasa kaku dan sulit digerakkan. Hanya kelopak mata dan jari-jari tangan saja yang bisa digerakkan. Yang lain tidak. Atau belum mungkin saja.
Ketika ranjangnya didorong keluar ruangan, Jeffrey melihat Molita yang sedang merangkul anaknya. Senyum senang juga tersungging di bibirnya. Sebab Jeffrey masih tidak menyangka jika sudah menjadi ayah.
Iya. Ingatan terakhir Jeffrey adalah ketika dia berkencan dengan Molita. Ketika mereka liburan di luar negeri sampai berhari-hari lamanya.
Ketika Molita datang, dia mengatakan jika mereka sudah memiliki Andy. Jeffrey juga langsung percaya tanpa bertanya lebih lanjut lagi. Sebab hubungan terakhir yang diingat adalah bersama Moli. Apalagi setelah dokter mengatakan jika dia telah koma selama 17 tahun lebih.
Joanna? Jeffrey tidak mengingat dia sama sekali. Mungkin jika diingatkan lagi, dia akan mengingat sedikit demi sedikit. Karena saat ini, dia juga masih pusing karena terlalu keras berpikir.
Gimana? Udah panas?
Mau visualisasi Moli???
Tbc...