4. You Don't Know Me

1.6K 350 84
                                    

Thirty Day
Lazy_Monkey96



-----------------------------🌹--------------------------



















“Sudah merasa baikan?”

Matanya terbuka menyambut sinar mentari pagi dan seseorang yang berdiri dibalik gorden tersibak, telah rapi dengan setelan celana kain hitam serta kemeja putih berdada rendah. Jennie mengusap kedua mata mengabaikan ringisan di kepala yang seakan menghanyutkan sisa-sisa kemarahan semalam. Emosinya tak terasa, mungkin karena ia lupa mungkin juga karena ia tahu tak akan ada pembahasan yang lebih pelik karena Lalisa tak mau ambil tahu.

“Dua jam lagi kita akan terbang ke Jepang, perjalanan pertama Osaka. Basuh dirimu dan bersiaplah.”

Wanita itu berjalan mengitari kamar mereka dengan tenang, memasukan beberapa barang ke dalam tas kecil. Seluruh riasan di atas meja milik istrinya telah ditata rapi. Menghiraukan kernyitan dahi si lawan bicara yang masih belum bergerak dari atas kasur, Ia tampak riang gembira menikmati waktunya berkemas sendiri seolah liburan ini memanglah hal yang paling dirinya tunggu-tunggu.

“Berapa lama kita di sana?”

Jennie agaknya heran dengan Lalisa yang pagi ini terlihat berbeda. Senyuman yang tak luntur dari bibirnya membuat kesan aneh tersendiri bagi Jennie yang terbiasa melihat wajah kaku wanita itu setiap hari.

Membicarakan tentang pribadi, Lalisa bukan tipikal wanita yang gampang mengekspresikan diri. Ia jarang marah, terlampau kaku dan tak peduli. Mengeluh bukan sifatnya yang membuat Jennie sedikit banyak merasa nyaman meski Ia tak suka dengan pernikahan mereka. Soal, menikah dan tak bahagia yang Ia lontarkan tadi malam lebih pada perasaan. Bukan tentang kegiatan mereka sehari-hari, sikap dan sifat Lalisa setidaknya membuat Jennie dapat bernapas sedikit selama dua tahun ini.

“Sekitar empat hari, lalu setelahnya ke Thailand. Ada acara keluarga, sepupuku menikah.” Senyum Lalisa mengembang. “Semoga Nick tidak marah karena kita datang dua hari sebelum pernikahannya. Aku berjanji membelikannya banyak hadiah saat nanti kita di Osaka.”

Datang ke pesta pernikahan keluargamu bersama pasangan adalah impian Lalisa. Semenjak mereka menikah, hanya satu kali Jennie ikut bersamanya untuk mengunjungi keluarga di Thailand sana. Itu juga karena bulan madu, ditambah beberapa kerabat yang ingin bertemu dan melihat. Sisanya liburan mereka dihabiskan sendiri. Lalisa kurang suka berkumpul dengan banyak orang, membaca buku telah menjadi pilihannya setiap kali menghabiskan libur pada minggu pagi. Dan Jennie menyukai kegiatan dengan banyak orang, maka di satu bagian ini mereka tak pernah cocok.

“Berarti Darius juga akan datang...” Jennie menguap lebar, tak peduli bahwa perkataannya barusan membuat gerakan tangan Lalisa terhenti di tempat. “Aku bisa membereskan barang-barangku sendiri, kau tidak perlu melakukannya untukku.” Menyibak selimut hendak bangkit dari ranjang namun, Lalisa bergerak lebih dulu mendekat.

Berbeda dengan Darius, kakaknya menyukai banyak kegiatan. Ia suka bertemu dengan banyak orang dan pribadi ramah telah menjadi namanya sedari dulu. Mereka bersekolah di tempat yang sama namun, memiliki dunia yang berbeda. Darius dan Lalisa hanya berbeda satu tahun, terlahir dari ibu yang berbeda dimana ayah mereka menginginkan anak perempuan bukannya lelaki. Ditambah pula nenek serta kakeknya menginginkan hal yang sama. Anak lelaki di keluarga Manoban begitu banyak, katakan saja Lalisa adalah cucu satu-satunya perempuan di dalam keluarga besar itu.

Sebab mengapa dia harus selalu menjadi yang terbaik hingga karakter kaku terbentuk dengan sendiri. Sebab mengapa dirinya tak pernah bebas mengekspresikan diri.

Thirty days [Jenlisa] E-bookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang