Sore hari yang disambut akan senja terlihat sangat indah di langit yang berwarna mulai keorenan didesa rutsa yang terletak dipergunungan.
Bangun dari tidur siang Sebelumnya Jungkook melangkah ke dapur untuk meneguk air putih karena tenggorokan yang kering, di sapa oleh nenek Jannah yang tengah lewat yang ingin kebelakang rumah untuk kekebun dibelakang sana.
"Nak Jungkook, bisa bantu nenek sebentar," pinta Sanga nenek Jannah yang dibalas anggukan Jungkook yang langsung menyusul kebelakang rumah, dan mengangkat keranjang buah-buahan dikebun yang dipinta untuk diletakkan didapur.
Terlihat berat sehingga membuat nenek Jannah tidak kuat mengangkat keranjang buah panen itu, tapi setelah melihat calon suami sang cucu yang sangat kuat mengangkatnya membuat nenek Jannah tersenyum.
Pasti calon suami cucunya tentu bisa melindungi sang cucu dari bahaya yang mengancam saat dikota nanti, tidak perlu di ragukan, badan Jungkook memang perkasa seperti pria dewasa pada umumnya yang berotot dan gagah, tak tanggung-tanggung usia yang mampan dewasa berpikir untuk kehidupan kedepannya, sudah paket lengkap sekali tampan dan kaya raya.
Hanya saja istrinya adalah remaja kecil yang lucu dan polos dari desa Rutsa.
Setelah selesai membantu sang nenek, Jungkook kembali ke dapur dan meminum air putih yang terletak di atas meja makan, sadar akan kesunyian rumah, membuat Jungkook menghampiri sang nenek kembali.
"Nek, Heyli dimana? saya tidak melihatnya dari tadi,"
"Dikamar, dia tidak mau keluar kamar, katanya lelah,"
Mendengar hal itu, ia menyadari jika ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Jungkook yang langsung pergi keluar untuk menemui Heyli, membuat pertanyaan dibenak nenek Jannah.
Ketukan pintu perlahan membuat suara yang akan terdengar oleh pemilik kamar didalamnya keluar. Jungkook saat ini merasa bersalah sebab mengingat kejadian tadi siang. Jungkook hanya takutnya Heyli jadi menjauh lagi darinya.
"Ada apa kak?" ucap lirih Heyli yang menunduk setelah membuka pintu kamarnya.
Melihat ekspresi gadis itu, membuat Jungkook menghelai napas, hidungnya merah, mata sembab, pasti habis menangis. Jungkook merasa bersalah, padahal ia hanya berkata sedikit tegas saja tadi, tapi ternyata efek calon istrinya langsung begini, kesimpulannya adalah calon istri sangat cengeng.
"Kau habis menangis hm," Jungkook berlutut didepan kaki Heyli agar bisa melihat jelas wajah gadis yang menunduk itu.
"Maaf Heyli buat Kaka marah tadi," menangis dengan isakan kecil yang berhasil membuat Jungkook pun terkejut. Pertama kalinya ia melihat seorang perempuan menangis didepannya, apa lagi karena dirinya.
Jungkook meraih kedua tangan Heyli dan menggenggamnya dengan lembut." Heyli aku tidak marah denganmu, aku tidak mungkin bisa marah padamu,"
"Heyli, jangan menangis, nanti saya tidak dapat membawamu ke kota," bujuknya dengan perasaan resah yang entah sejak kapan menjadi sebuah beban.
Jungkook mengusap punggung tangan kecil Heyli yang tenggelam di telapak tangan besarnya, kecil sekali batinnya.
"Kanapa tidak bisa?"
"Karena aku membuatmu menangis,"
Heyli pun melepaskan tangannya dari genggaman Jungkook, lalu mengusap air mata sebelumnya. "Aku sudah tidak menangis lagi kok, aku mau ikut ka,"
Hati Jungkook menghangat saat mendengar ucapan Heyli, yang menurutnya membuatnya terkesan akan keinginan Heyli yang sangat ingin kekota, dia bahkan rela tanpa mengerti menerima perjodohan ini demi kekota ikut bersama dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY WHITE JASMINE ||𝗧𝗘𝗥𝗕𝗜𝗧|| PO 9-16 AGUSTUS
Teen Fiction[𝙒𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜! 𝙈𝙖𝙩𝙪𝙧𝙚 𝙘𝙤𝙣𝙩𝙚𝙣𝙩 +²¹] Bagaimana jika seseorang pria dewasa berusia 28 tahun menikah dengan gadis remaja yang genap akan berusia 17 tahun, yang bertemu dengannya di desa terpencil. Apakah patut untuk menjalanin kehidupan b...