I : memory in frame

71 6 0
                                        


────────✾───────

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤ

Keluarga utuh. Mungkin kata tersebut menjadi sebuah harapan bagi tiap anak yang dilahirkan dalam sebuah keluarga.

Belajar menaiki sepeda dengan tuntunan halus dari seorang Ayah, bermain air hingga jatuh sakit dan berakhir terkena semprotan ceramah oleh Ayah, bersekongkol dengan Ayah untuk mengerjai Ibu, dan masih banyak memori indah yang terus berputar di kepala.

Ya, Jeno sedang rindu sosok Ayahnya. Pikirannya terus membayangkan kenangan indah bersama Ayahnya saat masih berada di sampingnya. Kedua jemarinya tengah membelai lembut wajah lelaki berparas tampan nan tegas yang terbingkai dengan indah. Setetes air jatuh mengenai wajah Papanya.

Lelaki 17 tahun tersebut sedang menangis. Sangat jarang melihat laki-laki menangis bukan?

Jeno memang lelaki yang kuat. Namun bukan berarti dia tidak memiliki perasaan. Entah mengapa setiap Jeno hendak mengunjungi makam Papanya, dirinya selalu menangis di kamarnya dengan dalih 'sedang bersiap diri'.

Dia tak ingin Mama serta kedua adiknya tau kalau dirinya menangis. Ia ingin tampak kuat di depan mereka.

"Kak Jenooo, udah selesai belum?? Ayo berangkatt," teriakan nyaring gadis kecil yang disertai dengan gedoran pintu yang cukup keras membuyarkan lamunan Jeno.

"Iyaaa Wony sebentar,"

Jeno mengusap kedua matanya dengan terburu lalu meletakkan foto mendiang Ayahnya di meja. Sebelum keluar, ia merapikan sedikir surai hitam pekatnya itu. Kedua sudut bibirnya terangkat.

Suara langkah kaki tak beraturan terdengar menuruni tangga. Ternyata Mama serta kedua adiknya sudah menunggu Jeno di bawah.

"Kak Jeno selalu deh," dengus seorang gadis berambut pendek sembari memberikan tatapan sinis ke arah kakaknya yang hanya beda setahun dengannya.

Irene tersenyum menatap anak sulungnya itu, "Gantengnya anak Mama"

"Aku nggak Ma?"

Ibu muda itu beralih mendekati anak gadisnya. Tubuhnya sedikit menunduk, berusaha menyamakan tingginya dengan kedua kedua putrinya.

The FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang