Arsenio Jarvis menajamkan pandangan, mencoba melihat lebih jelas dalam ruangan temaran tersebut. Mengejutkan, salah satu wanita yang berjejer untuk dipilih para tamu itu benar-benar sekertarisnya!
Freya Ayunindya terlihat tidak nyaman. Dia hanya menunduk, sesekali mengelus lengan atasnya yang terbuka seolah ingin menutupi kulitnya yang lebih banyak terekpose. Dia seperti menolak melihat para lelaki yang sedang menilainya seolah dia hanyalah barang. Dan yang menjadi tanda tanya paling besar adalah, untuk apa Freya di sana?
Freya yang pendiam, sederhana, nyaris tanpa riasan dan berkaca mata. Kendati sekarang berbeda dengan rambut yang terurai lurus, pakaian sexy yang modis, dan tanpa kacamata, Arsen masih bisa mengenalinya.
Sebenarnya, datang ke klub dan memilih wanita untuk menamani bukan sesuatu yang Arsen suka. Tapi politikus yang sedang dia lobi untuk sebuah proyek sangat suka pesta dan wanita. Jadi di sinilah dia, menunjuk Freya, membuat Mbak Mel, koordinator escort, berseru gembira.
"Yuhuu... matanya tau aja yang baru-baru." Mbak Mel menghampiri Arsen dan berbisik. "Tapi yang ini belum boleh diapa-apain lho, Pak, masih segelan. Besok baru dilelang."
Mata Arsen membulat terkejut demi mendengar kata-kata Mbak Mel. Yang dimaksud itu melelang keperawanan?
"Nggak masalah." Katanya setelah pulih dari keterkejutan.
Mbak Mel menhampiri Freya, dan wanita itu mengangkat pandangan, ingin melihat siapa calon pelanggan pertamanya, dan yang dia dapatkan adalah kejutan. Jika bisa lari, mungkin Freya akan berlari pergi. Namun kakinya malah membatu. Dan terpaksa mengikuti tarikan Mbak Mel untuk duduk di sisi Arsen.
"Pak Arsen, tau aja barang bagus. Saya hampir aja milih dia lho tadi. Sayang belum bisa diapa-apain. Kalau baru enak sih, sempit. Tapi pasti diem aja, nggak pandai goyang." Kata Pak Mentri, dan Arsen hanya tersenyum miris. Jabatan tidak bisa mencuci mulut seseorang jika memang pada dasarnya dia berkubang dicomberan!
Mereka sama-sama tidak bicara selama pesta berlangsung. Arsen sibuk dengan Pak Mentri, sementara Freya hanya duduk dengan punggung sekaku kawat di sisinya. Sampai setiap orang mabuk, dan masing-masing pergi dengan wanita yang mereka pilih.
Arsen menarik Freya ke mobilnya.
"Saya boleh tau apa sedang kamu lakukan?" tanya Arsen setelah mereka cukup lama terdiam di dalam mobil.
Freya tidak menjawab, dia hanya meremas tangannya gelisah.
"Kamu tau saya bisa memecat kamu karena ini, kan?"
"Maafkan saya, Pak." Ujar Freya pada akhirnya dengan suara bergetar. Freya berusaha menahan tangis. Dia tidak mau Arsen salah paham jika dia menangis hanya demi pengampunan.
"Saya bertanya, apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa kamu sampai bekerja seperti ini? Saya lihat keseharian kamu biasa-biasa saja. Tidak ada barang-barang brainded yang kamu pakai. Dan lagi, kamu sampai mau melelang keperawanan? Kamu tau, kan, kalau berita beredar mengenai pegawai Jarvis Company ada yang menjual diri, itu akan merugikan perusahaan?"
Freya tidak mampu menahan satu titik air mata yang meluncur mulus di pipinya. Merasa sangat hina. "Maafkan saya, Pak..."
"Saya nggak butuh permohonan maaf kamu! Saya butuh penjelasan!"
Freya mengusap cepat air matanya. "Saya butuh uang."
"Ada pinjaman karyawan di perusahaan, kan? Untuk karyawan tetap seperti kamu, limitnya cukup besar!"
"Saya sudah ambil, Pak! Gaji saya sudah dipotong setengahnya!" Freya menangkup wajahnya frustasi. Dia mencoba menghapus air mata agar tidak menitik lagi. Kemudian menatap Arsen tepat di matanya. "Untuk Bapak yang dilimpahi uang, Bapak nggak akan ngerti gimana putus asanya saya saat ini. Saya mohon, Pak, untuk kali ini saja. Kali ini saja! Anggap aja Bapak nggak pernah liat saya di sini." Tidak bisa terbendung, air mata Freya menderas, dia langsung berpaling dan turun dari mobil agar Arsen tidak melihat.
Arsen yang cukup terkejut, hanya bisa melihat punggung Freya yang menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREYA (Simpanan Sang CEO)
RomanceArsenio terkejut ketika mendapati Freya, sekertarisnya yang sederhana dan tidak banyak bicara, berubah menjadi escort yang cantik dan sexy. lebih terkejut lagi ketika tau Freya akan melelang keperawanannya. Beralasan demi nama baik perusahaan, Arsen...