EMPAT

3K 241 45
                                    

Maafkan saya, saya tidak bisa, Pak!

Arsen memejamkan mata, berharap bayangan Freya yang langsung turun dari mobil dan pergi begitu saja tidak terus terulang dalam benaknya. Bahkan setelah satu minggu berlalu.

Esok paginya setelah hari itu, sengaja Arsen memajukan jadwal ke Jepang untuk urusan bisnis. Bukan karena dia malu. Dia hanya tidak mau membebani Freya. Pasti wanita itu enggan melihatnya.

Tapi hari ini, mau tidak mau Arsen masuk kantor lagi.

Arsen sedang menyimpulkan dasi, ketika ada yang mengetuk, kemudian pintu walk in kloset-nya bergeser. Cukup terkejut Arsen melihat Vlora berjalan masuk. Selama mereka menikah, ini adalah pertama kalinya wanita itu menjejakan kaki di kamar Arsen.

"Ada masalah, Vlo?" tanyanya, berbalik menghadap cermin lagi.

"Memangnya aku menemuimu hanya karena ada masalah?" Vlora menghampiri dan membantu Arsen merapihkan dasi. Ini juga untuk pertama kalinya, jadi wajar kalau sekarang alis Arsen berkerut heran,

"Aku tidak mau menjawab seperti ini, Vlo, tapi kalau sampai kamu datang kesini, masalah ini pasti bukan hal yang sepele."

Vlo menatap dasi Arsen yang sudah terpasang rapih dengan bangga, kemudian menatap mata Arsen setegas biasa. "Karena ini menyangkut pernikahan kita, bisa dibilang bukan hal yang sepele."

Pernikahan memang bukan hal sepele, tapi Arsen tau Vlo tidak pernah menganggap pernikahan hal begitu serius. Jadi jika Vlo sampai datang kesini untuk membicarakan pernikahan, itu berarti Arsen harus memasang tanda bahaya. "Ada apa dengan pernikahan kita?"

"Beberapa waktu lalu kamu membahas masalah pernikahan, kan? Kamu ingin kita mulai menjadi suami istri yang sebenarnya."

"Lalu? Tidak mungkin kamu datang kesini karena rasa tidak enakmu setelah menolakku, kan?"

"Memang bukan. Saat itu aku tidak siap, jadi untuk apa aku merasa tidak enak kepadamu? Kita sebagai dua orang dewasa bicara untuk mendapatkan solusi terbaik bagi semua pihak, kan? Dan saat itu, yang terbaik memang kita seperti ini."

Khas Vlo, tidak pernah merasa menyesal karena dia tau apa yang dia inginkan. Perasaan orang lain bukan urusannya, tapi tanggung jawab orang itu sendiri.

"Kemudian?"

"Sekarang aku sudah siap. Aku mau kita mulai menjadi suami istri yang sewajarnya, dan mulai merencanakan memiliki anak."

Arsen tertegun. Bukan seperti Vlora yang dia kenal. Vlora selalu fokus dengan apa yang dia inginkan. Dan sekarang dia menginginkan perusahaan, jadi tidak mungkin tiba-tiba wanita itu berubah pikiran tentang pernikahan mereka.

"Sebenarnya ada apa?" tanya Arsen lebih heran.

"Ya nggak ada apa-apa. kamu menginginkan kita mulai menjadi suami dan istri pada umumnya dan memiliki anak, kemudian aku juga mau. Apa masalahnya?"

"Tapi kamu bilang kamu sedang fokus pada perusahaan, kan? Aku tau kamu, kamu tidak mungkin berubah secepat ini. Coba jelaskan dengan benar, ada apa sebenarnya?"

Untuk pertama kali selama mengenal Vlora, Arsen melihat wanita itu nampak ragu. "Papa bilang akan mempertimbangkan memberikan perusahaan padaku, jika aku bisa punya anak laki-laki."

Arsen terpaku untuk beberapa saat, sebelum menghembuskan tawa mengejek. "Jadi kamu ingin punya anak hanya karena papamu janji untuk mempertimbangkan memberikan perusahaan?"

"Konyol, kan?" tanya Vlo nampak tidak bersalah.

"Kamu yang konyol, Vlo!"

Vlora yang tidak menyangka Arsen akan membentaknya, terkejut. "Kenapa jadi aku yang konyol?"

FREYA (Simpanan Sang CEO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang