˚✧ 08 : Sebuah penawaran

82 14 6
                                    


now playing:

Canon in D – Johann Pachelbel

0:00 ❍─────── ♡
   ↻     ⊲  Ⅱ  ⊳     ↺





Helaan napas kasar keluar dari mulut Ryujin usai menyeka tubuh Ibunya, keadaan Ibunya sudah jauh lebih baik. Panas di tubuhnya sudah mulai menurun serta wajahnya tak sepucat seperti saat awal ia menemukan Ibunya tidak sadarkan diri. Ryujin menggigit bibir bawahnya saat mengingat ucapan yang dikatakan dokter padanya saat ia membawa Ibunya ke klinik.

Ibunya jatuh sakit akibat kelelahan bekerja serta kekurangan asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Ryujin membuka dompetnya dan menatap beberapa lembar uang yang tersisa di sana, ia melenguh pelan dan memijat pelipisnya karena kondisi keuangannya cukup memprihatinkan. Uang gaji yang ia sisihkan untuk mengikuti study tour tiga hari lagi pun telah lenyap untuk membayar pengobatan Ibunya tadi.

Ryujin meraih ponselnya lalu mengetikkan pesan bahwa ia tidak akan mengikuti kegiatan itu pada wali kelasnya. Walaupun wali kelasnya telah membujuknya untuk tetap mengikuti kegiatan itu tanpa mengkhawatirkan biaya karena akan ada bantuan dana dari pihak sekolah, Ryujin tetap menolaknya dengan dalih ia tidak bisa bersenang-senang sendirian di saat Ibunya masih dalam keadaan belum pulih sepenuhnya. Tentunya alasan itu tidak ia ceritakan pada wali kelasnya, ia tidak mau dipandang semakin menyedihkan. Daripada membuang waktu hanya untuk secuil pengalaman sekaligus bersenang-senang, ia harus realistis bahwa bekerja lebih keras mencari uang adalah pilihan yang tepat untuk membuang waktunya.

Dompet dan barang-barangnya yang lain pun ia bereskan lalu Ryujin langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Ia membaringkan tubuhnya ke arah kanan seraya menatap meja belajarnya, atau lebih tepatnya tatapan matanya tertuju pada pisau lipat yang ada di atas meja. Namun ia dengan cepat menggelengkan kepalanya dan menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya untuk membuang sugesti buruk yang kembali muncul di pikirannya.



❅—. ☪ .—❅



Panas terik serta angin yang berembus pelan menemani langkah Ryujin meninggalkan sekolah, tak hanya itu sedari tadi ia juga ditemani seseorang yang terus mengoceh hal-hal yang tidak membuat Ryujin tertarik untuk menyimak. Pikiran Ryujin masih berkelana untuk mencari tambahan uang setelah uang miliknya terkuras banyak untuk biaya pengobatan serta obat-obatan Ibunya. Selain itu ia juga harus membeli banyak sayur dan buah untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan Ibunya.

Kepalanya mulai berdenyut nyeri saat mengingat tanggal gajian di tempatnya bekerja masih cukup lama, padahal dirinya masih membutuhkan uang untuk kebutuhan sehari-harinya hingga hari itu tiba. Beomgyu yang berada di sebelahnya masih saja terus berceloteh dengan raut wajah tengilnya, Ryujin mendengus pelan meliriknya. Hingga beberapa saat kemudian, Ryujin pun menghentikan langkah kakinya seraya memberikan pelototan mautnya pada laki-laki itu.


“Lu bisa diem gak sih! Kepala gue makin pusing dengerin lu ngomong!” sentak Ryujin dengan tatapan tajamnya. Beomgyu pun terdiam sambil mengerjap lucu pada Ryujin.

“Persetan dengan kacung-kacungan, gue lagi gak mood buat diganggu atau berurusan sama lu tau gak! Terserah lu deh mau ngapain, lu mau laporin kesalahan gue waktu itu pun gue udah gak peduli!” sambung Ryujin yang sudah diselimuti emosi.

“Kenapa? Lagi ada masalah?” Beomgyu bertanya seraya menaikkan sebelah alisnya yang langsung membuat Ryujin menggeram kesal.

“Kenapa sih? Kenapa lu selalu gangguin gue? Selalu ngusik gue? Gue diem aja, lho. Gue gak gangguin hidup lu sama sekali, gak pernah bikin lu kesusahan juga, tapi kenapa lu terus aja muncul di hadapan gue dan gangguin gue? Hidup gue tuh gak cuma berputar buat nanggapin keusilan lu yang kaya gini tau gak sih!” Ryujin menumpahkan keluhannya pada Beomgyu.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Runide ㅡ beomryu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang