7. Pernyataan

58 4 2
                                    

Dharma sudah berada di mobilnya dengan Dekwid di sampingnya dan Hasta duduk di kursi belakang. Mereka sesekali saling bertukar pendapat dan bercerita.

"Ta kamu mau ikut aku ke kampung ga bulan depan? Seger banget lho di Bangli" Tanya Dekwid. Dekwid berasal dari Bangli yang lokasinya lumayan jauh dari Jimbaran.

"Liat jadwal ku dulu ya wid. Takutnya ada jadwal mendadak dari kampus."

"Hasta megae dije (kerja dimana)?" Tanya Dharma

"Di udayana bli, kesehatan masyarakat." Jawab Hasta

"Wah, salah satu sahabatku SMA ku ada yang jadi dosen disana. Mungkin kamu mengenalnya ta?"

"Nyen (siapa) bli?" Tanya Hasta penasaran

"Mahesa....Mahesa Wijaya. Tadi aku telpon dia katanya lagi di Jakarta, makanya nanti gak ikutan sama kita."

Hasta yang mendengar itu tampak kaget. 'Lah ...itu kan dosen senior partner aku.' Batin Hasta.

"Kamu kenal ta?" Gantian Dekwid yang bertanya dan dijawab Hasta dengan anggukan kepala.

"Aku jadi asdosnya Pak Mahesa di kampus. He ...." jawab Hasta sambil meringis.

"Wah ... ternyata kamu deket juga ya jak (sama) Mahes. Ha ha ha" jawab Dharma

"Jadi aku ada 3 orang sehabat sejak SMA. Pertama, Mahes sekarang dosen dan Hasta ternyata kenal. Kedua, Gus Soma yang sekarang sudah menikah dan tinggal di Karangasem. Ketiga, namanya Gio yang nanti katanya nyusul kita dan dia direktur rumah sakit Bali Medikal yang di Renon."

Hasta tau rumah sakit itu, rumah sakit terbesar dan terlengkap di Bali. Selain itu, memiliki klinik yang tersebar di Bali.

Dharma menceritakan tentang sahabatnya sejak SMA yang sampe sekarang masih awet.

"Aku baru tau kamu punya sahabat, sayang." Kata Dekwid.

"Kita sekarang jarang ngumpul. Ya... karena sibuk masing masing. Apalagi Gio, sejak ayahnya meninggal dia harus ngurus semua bisnis ayahnya."

Tak terasa mereka sudah sampai di lokasi. Kereneng malam hari ini tidak begitu ramai pembeli karena bukan akhir pekan. Penjual makanan berjejer dari ujung ke ujung.

Mereka bertiga memilih meja yang tak jauh dari pintu masuk. Dekwid dan Dharma duduk berdampingan, sedangkan Hasta duduk berhadapan dengan Dekwid.

Mereka belum memesan apapun. Tak begitu lama sahabat Dharma tampak memasuki area kuliner itu.

"Gio buruan woy." Teriak Dharma memanggil Gio.

Hasta dan Dekwid yang melihat sosok Gio langsung saling berpandangan.

Glek. Hasta mencoba menelan ludahnya.

'Itukan orang yang terluka kemaren, yang tadi siang minta ketemu. Malu aku.' Batin Hasta yang sekarang menundukkan kepala menyembunyikan wajahnya.

"Wah bro, apakabar? Lama ga ketemu. Sibuk pacaran aja nih." Sapa Gio kepada Dharma sambil melihat wanita yang duduk di samping Dharma.

Gio belum menyadari kehadiran Hasta di dekatnya.

"Ck.. yang ada kau yang sibuk urus bisnismu. Kenalin nih Dekwid, bebeb ku." Kata Dharma bangga mengenalkan sahabatnya kepada kekasihnya.

Gio menyalami Dekwid. "Kita sudah pernah bertemu kok bli." Kata Dekwid.

Hah?? Gio dan Dharma bingung. Hasta yang mendengar itu cuma bisa menggelengkan kepalanya, tapi tetap menunduk.

"Kamu mungkin gak liat aku, bli. Kamu kan lagi sekarat kena luka tusukan."

A Love For Hasta (CETAK TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang