23. Permohonan dan Perjanjian

23 3 3
                                    

Sudah beberapa hari setelah Hasta dinyatakan hamil dan cuti Gio habis. Gio berpamitan dengan istri tercintanya di depan rumah. Kali ini Gista juga berangkat bersama dengan Gio.

"Di rumah jaga diri ya sayang. Jaga anak kita juga. Ga usah masak, nanti beli online aja atau nanti aku minta staffku buat anter makanan dari cafe kita." Gio tampak cemas sang istri harus di rumah sendiri karena bu Lissa dan bibik yang biasa membantu di rumah harus ke Surabaya semalam.

"Iya mas. Mas Gio juga yang semangat kerjanya." Hasta tersenyum merekah membuat Gio selalu dan selalu terpesona dengan senyuman Hasta.

"Iya sayang." Gio mengecup kening sang istri dan Gista yang melihat pun tampak iri.

"Udah sih bang, buruan keburu macet. Bikin iri jomblo aja. Hadeeeh." Gista jengah dengan kebucinan abangnya.

"Kak, Gista berangkat dulu ya." Gista menyalami tangan Hasta dan mengusap perut Hasta.

"Hati hati ya." Hasta menunggu sampai mobil yang membawa Gio dan Gista berlalu.

Hasta masuk ke dalam rumah. Saat akan menutup pintu, tiba tiba ada seorang tamu masuk ke halaman rumah. Hasta asing sekali dengan orang itu.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Hasta saat orang asing itu mendekat.

"Saya hanya ingin berkunjung saja ke rumah ini. Dulu saya sering kesini." Jawab orang itu.

"Maaf tapi anda berkunjung ada perlu apa atau mau ketemu siapa?" Tanya Hasta tetap bertahan di depan pintu.

"Oh kamu kan orang baru disini. Pastilah gak tau siapa saya. Jadi biarkan saya masuk." Ujar orang itu angkuh.

"Maaf saya istri pemilik rumah ini. Saya tak akan mengijinkan anda masuk kalo tidak jelas maksud dan tujuan anda disini." Gertak Hasta.

"Baiklah, itu mau mu. Mungkin kamu harus tau tentang saya. Saya Rissa, mantan calon istrinya Gio." Ucap Rissa angkuh dan membuat Hasta kaget.

"Lalu, apa tujuan mba Rissa kesini? Rasanya mas Gio gak ada urusan lagi dengan masa lalunya." Jawab Hasta lebih berani.

"Tujuan saya kesini mau nunjukkin kalo saya dan Gio saling mencintai dari dulu sampai detik ini. Jadi kamu sebagai orang baru harus tahu diri. Segera pergi dari Gio karena Gio pasti akan memilihku lagi." Ancam Rissa sambil mendorong kasar Hasta.

"Mba Rissa jangan kasar sama saya. Mas Gio sudah tidak peduli lagi sama anda. Jadi silahkan pergi dari rumah ini dan jangan ganggu kami lagi." Hasta semakin emosi, perutnya terasa nyeri sedikit.

Rissa bukannya menuruti perkataan Hasta malah mendorong Hasta hingga terjatuh. Hasta teriak kesakitan dibagian perut dan pinggangnya.

"WOI APA YANG LU LAKUKAN?" bukan Hasta yang teriak tapi Nares. Nares beserta anak buahnya berlari ke arah Hasta. Tadinya Nares ke rumah kakaknya untuk mengantar makanan dan menemani Hasta dirumah sesuai pesan Gio. Tapi malah memergoki kerjadian ini.

Hasta terus menangis, Nares pun panik. Dia menggendong Hasta masuk ke dalam mobilnya. Rissa yang akan melarikan diri, langsung ditahan oleh anak buah Nares yang kebetulan sedang ada keperluan dengan bosnya itu.

"Tahan cewek gila itu. Tahan di gudang kantor gue yang ada di Denpasar. Gue antar kakak gue ke rumah sakit dulu." Perintah Nares kepada anak buahnya.

"Baik bos."

Nares dengan kecepatan tinggi melajukan mobilnya ke rumah sakit milik Gio. Di jalan Nares sempat menghubungi Gista yang baru saja tiba di rumah sakit. Gista segera memberitahukan ke abangnya kalo kak Hasta barusan terjatuh dan sedang perjalanan ke rumah sakit. Tentu Gio panik bukan maen, dia khawatir dengan kondisi istri dan calon anaknya.

A Love For Hasta (CETAK TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang