Bab 3 [ Sekarang, Mainkan Kartu AS ]

693 62 15
                                    


🃏️❤️🃏️


Saat ini terlihat di ruang tamu, ke-6 Boboiboy itu sedang berbincang-bincang dengan ke 7 para pengendali terdahulu mereka, yaitu Petir, Angin, Tanah, Api, Air, Daun, dan Cahaya. Di sana juga hadir Fang dan Kapten Kaizo serta Nut.

"Baiklah aku-"

Dhek, Dhek, Dhek, Dhek,

Brugh!

Halilintar dan Taufan terkejut ketika tiba-tiba saja mereka di terjang oleh Gempa dengan cepat dari arah tangga. Kemudian Gempa tertidur di tengah kedua kakak nya. Ia berada di bawah sofa sembari menyembamkan wajah nya pada kursi sofa.

"Gempa??"

"Kau ini kenapa?"tanya Halilintar terkejut dengan tingkah Gempa

"Urm aku tadi bermimpi aneh," ujar Gempa yang masih memejamkan matanya yang masih mengantuk.

Halilintar mengerutkan alisnya, begitu juga dengan mereka. Pemuda pengendali tanah tadi kemudian memberikan kode pada Halilintar agar bertanya tentang mimpi Gempa.

"Seperti apa?"

"Tidak tahu. Semuanya buram ketika seseorang datang dengan mata merah menyala dalam kegelapan," ujar Gempa yang mana suara nya sedikit teredam kedalam sofa.

"Mata merah?" batin pemuda pengendali tanah tadi dalam hati.

"Maksudnya?"

"Iyaaa pokoknya seperti ituu," ujar yang terlihat sangat malas.

Gempa berdiri kembali kemudian tidur bersandar pada Ice.

"Kau ini kuat tidur ternyata," ujar Ice

"Urm, begitu lah. Hoahhmmn rasanya tidak tidur lama sekali "

"Hurm... Kenapa kau memakai Hoodie? Apa hari ini dingin?"

"Urm, "

Ice menghela nafas lalu mengambil jaket di samping nya dan menyelimuti kaki Gempa.

"Kenapa kau memakai kan nya padaku? nanti kau malah kedinginan, "

"Tidak, aku kebal dingin,"

Karna sudah terlalu nyaman, Gempa pun tertidur pulas di pundak Ice. Ice melihat wajah Gempa yang mana matanya sudah terpejam sepertinya nyaman. Ia lalu menyandarkan kepala Gempa pada dada nya kemudian ia bersandar juga pada sofa lalu menurunkan topi nya dan akhirnya mereka pun tidur bersama-sama di sana.

Sebagian dari mereka tersenyum simpul melihat kerukunan dua kembar itu.

"Kalian berdua ini seperti adik kakak, maksudnya Ice terlihat seperti seorang kakak," ujar pemuda tadi yang bernama Tanah.

"Itu mengapa Gempa sedikit kami jaga. Dia sedikit polos seperti Thorn," jelas Halilintar

"Huh kenapa Thorn kak?" tanya Thorn bingung mengapa ia dikatakan polos oleh setiap orang yang berbicara padanya.

Tanah mengangguk paham.
Tiba-tiba saja tangan nya di tepuk oleh Petir di samping nya.

"Ingat ketika kau menerapkan maksud dari kalimat 'Jika kamu berpikir kamu terlalu kecil untuk membuat sebuah perubahan, cobalah tidur di ruangan dengan seekor nyamuk' dari Dalai Lama. Kau benar-benar melakukan nya dengan tidur diluar, sampai pagi nya kau demam," Petir tertawa kecil mengingat kejadian itu. Tanah yang sudah berbahang merah langsung bersembunyi di balik punggung Angin.

𝙼𝚢 𝕾𝖔𝖚𝖑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang