.
.
Mungkin intronya terlalu lama...
Uap pagi terasa dingin. Sekilas Halilintar memandang ke arah langit. Awan-awan mengantri untuk bubar dari menutupi matahari.
Kedua tangannya diselukkan ke saku jaketnya. Sembari itu kakinya melangkah menjauhi rumah. Earphone bluetoothnya aktif di saat bersamaan. Sesekali mulut lelaki itu terbuka menyanyikan lirik lagu tanpa suara.
Ketenangan yang amat surgawi untuknya itu tak bertahan lama. Kala kakinya genap menginjak wilayah sekolah, para fangirl mulai mengerumuninya.
Di saat inilah rasa kesal mengambil alih dirinya. Melirik kesana kemari, matanya menangkap seorang perempuan memandangnya datar dari jauh. [Name], sang pujaan hatinya tengah memperhatikan dirinya.
Halilintar menahan diri untuk tidak tersenyum. Gadis itu selalu cantik tanpa riasan, lipatan mata yang mendekati kata sempurna mengedip anggun.
Ini aneh, pertemuan pertama mereka bahkan tidak seperti garis takdir cinta. Halilintar menyukai [Name] saat dipaksa menandatangani sebuah buku yang sejujurnya hanya untuk kepentingan MPLS tahun lalu.
Kata orang, pasang yang cocok haruslah memiliki perbedaan sifat. Namun bagi Halilintar sendiri itu tidak berlaku. Ia dan [Name] sama-sama dingin, merespons orang dengan datar seperti aspal.
Salahkah kalau Halilintar ingin mengungkapkan perasaannya saat ini juga?
Ia menggeleng pelan, terlalu banyak fangirl di sini. Halilintar tidak ingin calon kekasihnya terluka sebelum jatuh ke pelukannya.
Halilintar mengetik sesuatu di ponselnya, lantas menerobos kerumunan. Ia memasuki koridor, berhenti di depan [Name] untuk mengucapkan satu kata lalu pergi begitu saja.
"Whatsapp."
[Name] mengedipkan matanya. Tanpa merespons reaksi heboh orang lain, ia mengecek ponselnya. Sebuah notifikasi terpampang di sana.
__
Kakel Hali♡
Les ke 3 ke rooftop________________
Halilintar berdiri di tengah tangga, sedari tadi keringat tak henti-hentinya mengalir dari pelipis. Uh, gugup sekali.
Tangannya sampai gemetar, jadilah ia berdiri di tangga kurang lebih selama 5 menit untuk mengatur jantungnya yang deg-degan itu.
Ia akan menembak [Name]. Namun apakah gadis itu akan menerimanya?
Fuh... sudah! Ia tidak boleh membuat [Name] menunggu lama.
Lanjut melangkah, sudut bibirnya sedikit terangkat kala melihat kelibat adik kelasnya menunggu di rooftop.
Ia sempat ragu mengecek rooftop, kiranya [Name] tidak akan datang.
"Hai," sapa [Name] saat Halilintar mendudukkan diri di sampingnya. Jarak duduk mereka kini hanya tinggal 5 cm.
Laki-laki itu mengangguk sekilas membalas sapaannya. "Aku mau memberitahu sesuatu."
Lalu hening di antara mereka berdua. [Name] yang menunggunya berbicara, namun di sisi lain Halilintar bergerutu karena harus melakukan sesuatu yang menurunkan gengsi.
Adik-adiknya bilang jika ingin menembak seorang perempuan, haruslah memiliki intro yang bagus. Tidak bisa sat set sat set.
Demi mendapatkan sang pujaan hati, Halilintar rela menghapal 3 lembar pidato buatan Blaze.
Ia berdeham. "Jadi, seperti yang kamu tahu bahwa manusia mempunyai kebutuhannya masing-masing. Tidak ada manusia yang hidup tanpa kebutuhan. Beberapa diantaranya pangan, sandang dan... pasangan-"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Darling || Boboiboy Halilintar [✔]
Fanfic╭┈─────── ◌ೄྀ࿐ ˊˎ- ╰┈─➤ ❝ Ethecismus Project ❞ ❝ BoBoiBoy Halilintar X Kuudere Fem!Reader ❞ ┊ Punya pacar yang dingin? Mari kita lihat, mungkin terdengar menarik, tapi tentu saja ada tantangan tersendiri. Bagaimana kalau ia punya sisi lain yang ter...