[6/10]

1.5K 182 35
                                    

.

.

Syarat Ayahanda bahkan...

Sedari tadi tak henti-hentinya Halilintar melontarkan umpatan kesal. Sembari itu juga ia menendang beberapa batu kecil di samping jalan.

Sebuah plastik kresek digenggam mesra olehnya berisi oleh-oleh untuk calon mertua.

Calon mertua?

Semuanya bermula dari Thorn yang mengajak mereka untuk menghabiskan waktu bersama. Trio Troublemaker bersepakat bermain truth or dare.

Dan bagian yang paling kerennya adalah Halilintar disuruh pergi ke rumah [Name] untuk sekedar berkunjung.

Karena ini hari Minggu, tentu saja keluarga [Name] ada di rumah. Mau tidak mau Halilintar harus siap menemui keluarganya.

Entah kemana larinya keberanian yang sudah ia kumpulkan tadi hingga Halilintar hanya bisa terdiam ragu di depan pintu rumah kekasihnya.

Kriett...

Seakan tahu pangeran telah menunggu di depan, pintu terbuka. [Name] yang ingin membuang sampah sontak terhenti memandang kaget Halilintar.

"Hali? Ngapain kemari?"

"Dare," jawab Halilintar seadanya.

[Name] menggeleng pelan. Punya adik-adik yang sengklek rupanya meresahkan juga, ya.

"Lalu?" tanya [Name] seakan tidak tahu. Ia sedang berpikir bagaimana cara mengusir sang kekasih dari rumah sebelum dipergok orang tuanya.

Tahu 'kan bagaimana hebohnya ibu-ibu saat bertemu dengan calon menantu?

"[Name], buang sampahnya kok- lho? Itu siapa?"

[Name] menatap kikuk sang Bunda yang kini berdiri di depan pintu. Ia menggaruk kepala sembari melirik Halilintar, mengomandonya mengenalkan diri.

"Siang, Tante. Saya Halilintar-"

"Calon mantu Bunda, ya? Waduh, sini masuk! [Name], pacarnya kok gak disuruh masuk, sih?"

___________________________

Dinding bercat kuning pucat menjadi pelarian atensi Halilintar saat ini. Sibuk memandangi dapur berukuran sedang itu.

Jika biasanya tamu datang, pasti akan dipersilakan duduk di ruang tamu. Tapi mungkin keluarga [Name] sedikit berbeda. Bunda langsung memintanya duduk di ruang makan, sekalian makan siang.

Sedari tadi tangannya gatal ingin mengambil ponsel dari saku. Pura-pura sibuk atau ngescroll apalah namun, ia urungkan niat yang satu itu.

Adik [Name], Beliung menatapnya intens dari kursi seberang. Entah ada apa gerangan, tatapannya sangat tidak ramah.

[Name] menyadari hal itu lantas menegur. "Liung, jangan begitu."

[Name] mondar-mandir di sekitar meja makan, mengatur peralatan makan. Sedangkan Bunda memotong bahan makanan. Halilintar menawarkan diri untuk membantu tapi Bunda langsung melotot, melarangnya.

"No, no, no! Tamu adalah raja. Hali duduk diam saja di situ, kalau tidak nanti Bunda gak kasih restu."

Ancaman itu membuatnya tak berkutik.

"Tinggal nikah lari," ketus [Name] menyeletuk asal.

"Heh!" Bunda sekali lagi melotot.

"Kita kedatangan tamu?"

Halilintar spontan berdiri begitu mendengar suara khas laki-laki berumur. Sosok tegap nan tegas lantas memasuki dapur, ayahnya [Name].

Batinnya panik tak karuan. 'Itu ayahnya! Bersikap baik Halilintar! Ini saatnya mengambil hati camer. Jangan salah tingkah, jangan salah tingkah-'.

"Iya, Yah. Halilintar namanya, calon menantu kita. Gimana menurut Ayah?" Bunda bertanya seraya membilas bersih sayuran.

"Selamat siang, Paman." Halilintar membungkuk kaku, sontak cosplay jadi wong Jepang. Ia meneguk ludah, Ayah [Name] memandanginya lamat.

Wajah beliau tidak menunjukkan raut apa-apa. Jantungnya dag dig dug serr. Ia berusaha menyembunyikan rasa gugupnya saat memilih menatap balik pria berumur 50 tahun itu.

"Kamu pintar milih laki-laki, [Name]." Ayah memuji, raut wajahnya melunak. Seulas senyum lebar terlukis di wajahnya. "Tampangnya goodboy."

[Name] meringis samar. Andai saja Ayahnya tahu bahwa Halilintar juga mempunyai tampang badboy.

Ayah [Name] lewat di hadapannya. Halilintar kira Ayah akan duduk, tapi rupanya beliau mengambil alih wilayah dapur. Ayah meraih spatula lalu mulai memasak.

Kadang saat moodnya baik, Ayah akan memasak untuk semua. Lagipula ini karena permintaan [Name] yang rindu masakannya.

Beliau melirik ke arah Halilintar. "Hey, anak muda. Ingat baik-baik syarat ini jika kau ingin menikahi anakku."

"Kau harus pandai memasak layaknya aku. Minimal bisa membuat adonan pizza."


Bonus :

"Gempa lebih cocok untuk ini. Apa jodohku dan jodoh Gempa tertukar?" Halilintar merenung sejenak.

.

.

...lebih susah untuk diriku yang jarang menyentuh talenan.

_________________

Merasa tidak sih kalau masakan Ayah kadang lebih enak dari Bunda? 👁👄👁

Hey, hey~ laki-laki juga bisa masak tahu~

Minggu, 28 Agustus 2022

Minggu, 28 Agustus 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Cool Darling || Boboiboy Halilintar [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang