END

22 5 2
                                    

Sampai di tempat kejadian, semua orang mulai menempati formasi mereka. Ayu memberi isyarat dan semua orang melakukannya.

Mereka mengamati keadaan. Semua orang memakai pakaian berwarna hitam untuk mengelabui musuh. Tak jauh dari tempat mereka, Rani berdiri di tengah dengan seseorang yang terikat di sampingnya.

Dengan para bawahan yang mengelilingi dirinya dan tumbal yang terikat di sampingnya, membuat suasana ritual menjadi semakin horor.

Beberapa orang dengan sigap menahan Risk yang dengan gegabah ingin menyerang. Ayu menghela napas memperhatikan keadaan.
Kalau keributan ini dibiarkan, kemungkinan para bawahan Rani akan sadar dengan keberadaan mereka.

"Aku tahu kau ingin menyelamatkannya. Aku juga tahu kalau orang yang akan menjadi tumbal itu adalah Rizal. Tapi tolong tenangkan dirimu, Risk. Kita akan berusaha menyelamatkannya. Hanya tunggu sebentar lagi dan tunggu perintah paman Arga," jelas Ayu dengan sabar.

"Kau tidak lihat seluruh tubuhnya hampir menghitam dan sebentar lagi dia akan menjadi iblis?!" pekik Risk tak sengaja mengeraskan suaranya.

Ayu dengan dingin menatapnya.
Ia tak punya pilihan lagi selain menjadi tegas. "Tetap tenang atau aku akan membiarkanmu pingsan seperti yang dilakukan Paman Arga terakhir kali."

Dan setelahnya, Risk berhasil menenangkan dirinya dan keadaan kembali normal untuk sesaat.

Sekarang, Ayu berfokus kepada paman Arga dan bersiap jika ia memberi sinyal untuk menyerang.

Waktu yang mereka tunggu-tunggu pun terjadi. Ayu memberi isyarat untuk maju dan mulai menyerang.

Melihat adanya kejutan yang tak terduga, Rani segera memberi perintah kepada para anak buahnya.

"Bereskan mereka semua!" teriak Rani memberi perintah. Semua bawahannya mulai menyerag balik dan pertempuran pun tak dapat dihindarkan lagi.

Meskipun terjadi kekacauan, Rani tetap tenang dan malah semakin bersemangat untuk menyempurnakan ritual pembangkitannya. Paman Arga berusaha menghalaunya dengan berduel.

Dengan beruhsaha sangat keras, kedua belah pihak masih gigih untuk bertarung. Namun sebenarnya mereka telah terluka sangat parah. Berkat kegigihan dan semangat dari kedua pihak, mereka bisa bertahan sampai sejauh ini.

Tak berselang, Risk bergabung dengan mereka dan Paman Arga beristirahat sebentar untuk memulihkan tenaganya.
Ia mengayunkan pisaunya dengan membabi buta sampai Rani kehilangan keseimbangannya dan terjungkal.

Tak tinggal diam, lelaki itu segera menusukkan pisaunya ke punggung Rani.
Mata hijaunya bersinar terang di bawah kegelapan dan darah Rani menyembur ke wajahnya membuat siapapun merasa bergidik hanya dengan melihatnya.

Paman Arga juga merasa sedikit ngeri melihatnya. Padahal ia sendiri lebih gila daripada Risk ketika ia marah.

Mereka bertiga diam sebentar. Sementara Risk pergi untuk menyelamatkan Rizal, diam-diam Rani melumurkan pisaunya sendiri dengan darahnya, kemudian merapalkan mantra dengan cepat sampai sampai darah keluar dari mulutnya.

Hanya beberapa detik. Dalam beberapa detik itu, Rani merapalkan mantra dan menancapkan pisaunya ke tubuh siapapun yang tumbang di sebelahnya karena ia tidak bisa menjangkau Rizal yang berada jauh dari tempatnya.

Dengan begitu ritual pembangkitan sudah selesai.

Rani masih bisa tertawa keras walaupun dirinya sudah sekarat. Hawa dingin dengan cepat menyebar, membawa ketakutan bagi siapa pun yang berada di sana.

"Tuan Azazil telah bangkit!" teriak Rani bersemangat. Semua orang menjadi diam seketika, kecuali pengikut Rani.

Perlahan, tubuh yang sudah tumbang di depan Rani kini bergerak, berusaha untuk bangun.
Aura merah menyelimutinya, penuh dengan kerakusan dan kekejaman.

NIGHT DRIVE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang