Bab 16

13 6 0
                                    

Selamat membaca 😁

:

Rizal menggeleng lemah, namun ia tidak memandang wajah Ayu dan tetap berkonsentrasi kepada apa yang ia lakukan.

"Aku sudah terbiasa," jawabnya terpotong-potong. Ayu memberikan semangatnya, kemudian mengalihkan konsentrasinya sendiri untuk mendengarkan suara azan dari masjid desa.

Karena latihan mereka sedikit jauh dari desa, Ayu harus sedikit berkonsentrasi untuk mendengar suara azan yang sangat kecil dari tempat latihan mereka.
Meski begitu, ia dan Nara yang lain tetap diperbolehkan untuk melaksanakan salat lima waktu oleh pelatih mereka.

"Cabut yok guys," ajak salah satu teman perempuan mereka, mengajak Ayu dan Rizal untuk pulang bersama.

Ayu menerima ajakan temannya itu, dan melangkah dengan santai bersama dengan teman-teman barunya yang lain.

*
*
*

Setelah berpamitan dengan Risk dan Paman Fajar, Ayu kembali ke kamarnya untuk tidur.

Ayu berbaring dengan perasaan cemas di lubuk hatinya. Sungguh ia sangat merindukan sahabat baiknya itu, dan ingin menyelamatkannya secepat mungkin.

Gadis itu memikirkan sahabatnya sampai ia tertidur pulas.

Di tengah malam, Ayu terbangun kembali.

Gadis itu terlihat panik.

Ia segera menolehkan pandangannya untuk mencari segelas air, kemudian meneguknya dengan tak santai.

Ayu memegang dadanya yang masih berdegup kencang, karena mimpi yang dialaminya barusan, membuat hati dan pikirannya semakin cemas.

Tanpa berpikir panjang, Ayu keluar dari kamarnya dan meninggalkan gua yang ia tempati sejak beberapa hari yang lalu dan pergi untuk menyelamatkan sahabatnya.

Karena sudah mendapat informasi tentang tempat tinggal sang penyihir, Ayu yang tergolong sebagai anak pintar itu hanya tinggal mengikuti informasi yang diberikan oleh Rizal kepadanya saja, dan tak lama kemudian ia pun sudah sampai di depan gua tempat tinggal Rani.

Dari kejauhan pun Ayu sudah bisa merasakan hawa tidak enak yang berasal dari gua di depannya ini.

Ayu mendengar sebuah suara samar. Dengan kecepatan kilat, ia menepi dan bersembunyi di antara semak semak.

Matanya terbuka lebar mengamati para pengikut Rani yang keluar satu persatu, bersama dengan tahanan mereka, yaitu manusia biasa.

Ayu mengepalkan tangannya, mencari cari keberadaan sahabatnya yang masih belum terlihat oleh matanya.

Dalam hati ia berharap bahwa sahabatnya itu akan menjadi tawanan saja, dan bukan menjadi makhluk keji seperti iblis yang lewat di depannya saat ini.

Sudah cukup lama Ayu menunggu sampai matanya sedikit sakit, namun masih belum ada tanda-tanda Putri, sahabatnya.

Saat hampir menyerah dan berbalik pergi, sejenak Ayu melihat sosok Putri yang terlihat melalui ekor matanya.

Dirinya terbelalak kaget, kemudian berbalik lagi untuk melihat dengan jelas.

Di depan pintu gua saat ini, sahabatnya itu berjalan susah payah dengan seorang iblis yang menarik tangannya dengan paksa.

Baju cantik yang ia kenakan saat festival beberapa hari lalu kini terlihat compang camping. Keadaan Putri saat ini sangat mengenaskan, berbanding terbalik dengan Ayu yang selalu ceria.

Tanpa sadar air mata Ayu mengalir. Ia menunduk kembali, mengamati para iblis tersebut dan mencari cara untuk menyelamatkan Putri.

Dari pengamatan Ayu, para iblis itu tidak menjalin komunikasi sama sekali, dan mereka melakukan pekerjaan mereka dengan hening. Ini membuat Ayu merasa kesulitan karena tidak ada suara sama sekali.

Namun ia memikirkan cara terbaiknya, kemudian melangkah dengan mantap untuk beraksi.

Selagi para iblis tersebut meninggalkan para tahanan untuk menggantung kain di pohon, Ayu berjalan pelan namun pasti ke arah Putri.

"Sedikit lagi," batin Ayu gelisah.

Beberapa langkah kemudian, Ayu langsung memegang tangan Putri.

Gadis itu terpekik kaget, untungnya ia tidak sampai berteriak dan mengganggu iblis-iblis yang sedang bekerja itu.

NIGHT DRIVE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang