Happy Reading...
•
•
•
•Higanbana yang dilambangkan kematian
Indah wujudnya makna yang kelam
Dia sama seperti itu jika di ceritakan
Untuk menatapnya membutuhkan keberanian
Pergi darinya adalah sebuah penantian
~dndianaaaa~"Tuan, seseorang mengirim anda sebuah berkas. Apakah ini berkas pekerjaan?"ucap kepala pelayan kepada Ares yang baru tiba.
"Siapa?"
"Aku tidak tahu, pria itu berpakaian hitam dan sangat misterius. Aku tak diberitahu siapa nama nya, ia menyuruh ku untuk memberi ini pada tuan."
Ares mengambil sebuah berkas itu dan kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga.
Langkahnya berhenti disebuah ruangan yang di penuhi berkas serta buku-buku di setiap rak nya. Ares menyampirkan jas nya dan duduk di kursi kerja nya.
Dengan perlahan ia membuka berkas yang dikirim oleh sosok misterius itu. Ia menyerngit saat melihat isi berkas tersebut. Hanya sebuah kertas putih bersih tanpa tinta. Satu detik, dua detik, didetik ketiga Ares bangkit dari kursi menuju kamar mandi yang ada di ruangan tersebut tak lupa membawa kertas kosong itu.
Beberapa menit Ares keluar membawa sebuah kertas berisi rentetan kalimat. Ia kembali mendudukkan tubuhnya di kursi, membaca satu persatu kalimat yang tertera.
Kemana kertas kosong yang tadi ia bawa? Kenapa kertas kosong berubah menjadi sebuah kertas berisi sederet tinta?
Sepertinya orang yang mengirimi Ares berkas bermaksud mengirimi ia pesan rahasia, Sebuah invisible Ink.
FYI. Invisible Ink adalah zat yang digunakan untuk menulis, yang tidak terlihat baik pada aplikasi atau segera sesudahnya, dan kemudian dapat dibuat terlihat dengan beberapa cara, seperti panas atau sinar ultraviolet.
|Matahari menyinari alam semesta
Aku membawa kabar bahagia
Tidak kah kau ingin mengetahui?
Ini sebuah permainan yang tertunda|•kds'r fds rszqsdc!
SSetelah mengetahui isi sebuah pesan tersebut Ares kembali menyimpan nya. Mendapat pesan misterius tak membuat Ares takut, ia malah tersenyum miring.
"Let's play the game!"ucap Ares tersenyum licik.
***
Waktu terus berjalan begitu cepat, bulan kembali pergi digantikan oleh matahari pertanda hari semakin siang.
Ayyara masih berada di rumah Ares. Terikat tanpa tali, terkurung dalam kegelapan. Hari-hari dilewatkan dengan begitu membosankan hanya berdiam diri tanpa kegiatan.
"Aku sangat bosan terus berada di dalam rumah."keluh Ayyara.
Beberapa hari ini Ayyara tak melihat Ares. Ares tak menghilang, hanya saja ia yang selalu menghindari. Entah kesialan apa yang menimpa Ayyara, orang yang ia hindari sedang duduk menikmati sarapannya dengan khidmat.
Ayyara mencoba tak memperdulikan keberadaan Ares. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu belakang tak peduli jika itu adalah sebuah larangan.
"Mau kemana nona?"tanya pelayan.
"Aku ingin mencari udara segar."jawab Ayyara.
"Tapi nona-"ucapan pelayan tersebut terhenti saat suara lain mengintrupsi.
"Biarkan saja."ucap Ares kemudian pergi.
Ayyara kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Pertama kali yang ia lihat sejak membuka pintu adalah sebuah kolam besar disertai taman yang cukup besar, tak lupa terdapat air mancur yang menambah ketakjuban Ayyara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALVATOR [On Going]
General FictionHollaaa!! Comeback membawa cerita baru nihh Belum ada deskripsi langsung baca aja!!