1

1.1K 112 10
                                    

Doyoung sedang berada di kamar adiknya, ia menatap adiknya itu dengan pandangan datar, sedatar-datarnya. Entah sejak kapan dirinya merasa bahwa orang tuanya berfokus pada junghwan, adiknya.

Adiknya, junghwan. Mempunyai imun yang lemah, oleh karena itu hyunsuk dan juga jihoon memberikan perhatian ekstra kepada anak mereka yang paling kecil dan tanpa sadar doyoung menjadi terabaikan.




"Kak..."




Doyoung menatap bola mata adiknya, ia hanya berdehem menyahut panggilan junghwan. Tidak ada niatan melangkah mendekati adiknya, ia memberi batasan yang jelas kepada junghwan.



"Papa dan ayah dimana?" Tanya junghwan, matanya masih menatap doyoung yang memasang muka tidak enak



Doyoung mengangkat bahunya "Tidak tahu, kan kamu yang sering menghabiskan waktu dengan mereka?"




Setelah berkata seperti itu doyoung berjalan menjauhi kamar adiknya, entah kenapa ia merasa benci saat menatap adiknya, rasa kecewa lebih mendominasinya saat ini.
















"Papa dan ayah pulang"





Doyoung yang sedang menonton televisi langsung menghampiri orang tuanya yang tidak tahu darimana. Ia melihat jihoon yang membawa bingkisan dan doyoung tau itu bingkisan apa, itu adalah kue kesukaannya doyoung.












"Doyoung sini, ayah punya sesuatu untukmu dan junghwan"








Mendengar itu, doyoung otomatis melangkahkan kakinya mengikuti jihoon yang ternyata berjalan ke arah ruang makan. Doyoung pun langsung duduk di kursi dengan mata yang masih menatap bingkisan yang dibawa oleh jihoon dengan mata yang berbinar.













Jihoon mengeluarkan isi dari bingkisan tersebut, terdapat dua buah kue dengan bentuk dan rasa yang sama. Ia memberikan satu buah kepada doyoung dan dengan pekikan senang, doyoung mengambil kue itu.









"Terima kasih ayah" Ucap doyoung, ia tersenyum kearah jihoon.





Jihoon mengelus pucuk kepala anaknya dengan senyuman "Iya, kita tunggu junghwan dahulu"









Senyuman doyoung menjadi luntur, entah kenapa junghwan sangat mempengaruhi moodnya. Hanya dengan mendengar namanya saja doyoung tidak berselera lagi memakan kue itu.



"Ayah, kakak. Ayah membawa apa??" Tanya junghwan girang, ia melangkah mendekati jihoon dan duduk di sebelah jihoon.






Hyunsuk yang memang memanggil junghwan ikut duduk di samping anak sulungnya "Ini, papa dan ayah membawa kue kesukaan junghwan"





Hyunsuk menunjuk salah satu kue yang tergeletak di meja makan, dengan semangat junghwan mengambil kue itu dan membukanya. Tapi ada insiden saat junghwan ingin menyuap kue miliknya, tangan junghwan yang memegang kue terbentur sesuatu dan membuat kue itu menggelinding begitu saja.







"Yaaah... jatuh"








Junghwan membungkuk ingin mengambil kue itu tapi jihoon menahannya "Jangan, jangan diambil. Sudah kotor"






Junghwan menatap jihoon dengan sedih "Tapi kan junghwan ingi-"












"Ini, kakak doyoung masih punya satu. Kak doyoung mau berbagi dengan adik kan?" Ucap hyunsuk spontan.




Doyoung yang merasa namanya disebut langsung tersenyum getir, menatap papanya yang tersenyum memohon kearahnya. Senyuman memohon untuk berbagi kue dengan junghwan.






Doyoung menatap kue itu lekat-lekat, ia menggeser kue yang berada di hadapannya itu agar dapat dijangkau oleh adiknya "Ambillah, aku sudah kenyang"





Jihoon menatap anak sulungnya dengan tidak enak hati, lalu ia berkata "Nanti ayah belikan la-"







"Tidak, ini sudah malam. Lagi juga aku sudah makan dan tidak menyukai kue itu. Selamat malam"







Doyoung berdiri dari kursinya dan meninggalkan tiga orang yang bingung melihat sikap doyoung sekarang.














Mengapa doyoung tidak menerima tawaran jihoon? Karena sudah beberapa kali jihoon ingkar janji kepadanya. Jadi doyoung tidak percaya lagi perkataan ayahnya itu sekarang, tidak ada yang bisa dipercaya.



Dulu pernah jihoon berjanji mengganti mainan doyoung yang dirusak adiknya tapi tidak kunjung diganti sampai sekarang, lalu ada juga makanan yang di beli doyoung diminta oleh adiknya, ia memberinya dan jihoon berkata bahwa akan mengganti tapi ayahnya itu seakan mengatakan hal dusta, jihoon tidak mengingatnya sama sekali.



"Cih, pembohong"

.

Gatau, gatel aja gitu bikin cerita ini
Ini bakal dikit si setiap chapternya, seperti short story? Entahlah wkwkwkwk

Alone?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang