4

991 126 31
                                    

Netra doyoung yang sedaritadi tertutup menjadi terbuka, ia melihat handphone miliknya dan menatap sekilas jam digital yang ditampilkan di halaman depan layar handphone miliknya.



"Udah jam 7 ya? Huah ketiduran"




Doyoung membuka selimut yang menutupi dirinya dan menatap sekitar, kamarnya sudah gelap gulita. Karena ia sedikit takut dengan kegelapan jadi dengan cepat doyoung berdiri dan menyalakan saklar lampu kamarnya.



Krrukk....


Pemuda itu menatap perutnya yang berbunyi menandakan bahwa dirinya lapar. Jadi, doyoung pun memutuskan untuk keluar dari kamar dan memasak.


Setelah membuka pintu, ia dikejutkan oleh ayahnya yang sedang berdiri tepat di depan pintu kamar milik doyoung.



"Ayah? Sedang apa?" Tanya doyoung, ia menatap ayahnya yang membawa sebuah kotak dan entah apa yang ada di dalam kotak itu.



Jihoon tertawa canggung, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Jihoon sebenarnya bingung ingin mengatakan bahwa kukis yang di beri haruto sudah habis dimakan oleh jubghwan.

"Anu.. emm tadi haruto kesini" Ucap jihoon, ia memandang wajah anaknya itu.


"Lalu ayah??"




Jihoon menghela nafas kasar, ia sebenarnya sedikit keberatan mengatakan ini kepada doyoung tapi ya mau bagaimana lagi? Kukisnya sudah habis "Ia memberikan kukis ini, tapi kukisnya sudah habis dimakan oleh adikmu"



Netra doyoung berpindah menatap kotak yang dibawa ayahnya, ia kesal sejujurnya. Itu kukis milik doyoung mengapa adiknya yang merasakannya?



"Doyoung maafk-"

"Ayah aku mengambil kertas ini saja"




Doyoung mengambil kertas yang memang sepertinya adalah kata-kata penyemangat untuk dirinya, mungkin itu dari haruto dan jeongwoo. Setelahnya doyoung berjalan meninggalkan ayahnya yang menatap doyoung dengan rasa bersalah.





Di ruang keluarga, ia melihat hyunsuk dan junghwan yang sedang menonton televisi. Doyoung dapat melihat bahwa junghwan memegang sebuah kukis yang seharusnya miliknya, miliknya bukan milik junghwan.


Hyunsuk yang menyadari kehadiran doyoung langsung bertanya kepada anak sulungnya itu "Doyoung, sedang menatap apa?"

"Kukis"


Junghwan yang mendengar kata kukis langsung menatap makanan yang ada di tangannya "Kak, ingin ini? Kalau mau kita bisa berbagi"

Tangan doyoung terkepal, apa-apaan dengan kata 'berbagi' itu? Itu miliknya, dirinya saja belum mencoba tiba-tiba adiknya itu sudah menghabiskan semuanya.


"Berbagi? Itu punyaku" Jawab doyoung, tatapan tajam ia layangkan kepada adiknya yang terdiam menatap kukis yang dipegangnya.

"Tapi kata ayah, aku boleh memak-"

"Punyaku, pencuri"






"DOYOUNG!"



Hyusuk membentak doyoung tanpa sengaja, setelah membentak doyoung hyunsuk langsung menutup mulutnya, terkejut dengan apa yang ia lakukan saat ini.


Doyoung tersenyum, terkekeh sendiri melihat papanya yang malah membela junghwan itu "Aku kan tidak salah? Kenapa aku dibentak?"


"Do-doyoung maafkan papa"








Doyoung berbalik meninggalkan ruangan itu, ia sepertinya akan menginap di rumah temannya sekarang. Tapi sebelum pergi, doyoung berbalik sebentar dan berkata



"Kalian selalu meminta maaf terus, tapi tidak sadar dengan apa yang kalian lakukan. Itu menyakitiku"
"Sejujurnya, aku muak dengan kata maaf keluargaku"











Jihoon menatap doyoung dari balik tembok dengan tatapan yang tidak bisa diartikan dan jujur saja kalimat terakhir yang doyoung ucapkan membuat jihoon kecewa, entah kecewa dengan dirinya sendiri atau kecewa dengan anak sulungnya ini.















...

Alone?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang