9.

2.1K 28 0
                                    

Mereka bertiga sedang berada di meja makan dengan sesekali mengobrol banyak hal. Eza dan Ciko sangat semangat bercerita mengenai cerita hidupnya dari lulus sekolah hingga saat ini yang masih gitu-gitu aja. Sedangkan Zefi hanya bagian menyimak omongan omongan dua bocah tengil itu.

Ciko yang baru saja ingin menyantap satenya ia urungkan saat melihat melihat sosok dibalik pintu yang sedang menatap ke arahnya.

"Zaa liat za.."panggil Ciko menyenggol lengan temannya yang sedang bingung memilih rendang atau sate untuk ia makan.

"Apaan si?" Tanya Eza sambil mengambil opor ayam untuknya.

"Liat dulu anjir kedepan."

"Buset cakep banget anjir." Gumam cowok botak itu melihat ke arah cewek cantik dengan wajah cengo nya.

Zefi yang sedang makan dengan tenang pun terusik mendengar bisikan-bisik temannya. "Lo pada kenapa?" Tanyanya.

Bocah dua itu langsung menatap Zefi intens, "Lo punya cewek?" Tanya Eza mengintimidasi sok serius.

"Gak." Jawabnya dengan wajah datar. Kemudian melirik sekilas ke arah Reina yang sedang buru-buru menaiki tangga.

"Alhamdulilah berarti cewek cakep itu bukan pacar lo dong," seru Ciko dengan wajah berbinar, tak lama menyembunyikan wajahnya ke pundak Eza.

"Biasa aja kali tuh mata takut gue." Lanjutnya pelan saat Zefi masih menatap tajam kearahnya.

"Serius Zef itu cewek siapa anjir kok bisa disini?" Tanya Eza.

"Sugar baby gue." Batin Zefi.

"Dia kerja sama gue." Jawabnya tenang membuat Ciko dan Eza saling liat liatan.

"Dia babu?" Tanya Ciko tak percaya.

"Anj cakep gitu jadi babu," timpal Eza, "mending jadi istri gue." Lanjutnya asal.

Pria berwajah datar itu mendengus menatap teman nya satu persatu, " bukan babu tai." ucapnya jelas.

"Kita janjian bertemu bertiga, Deri mana?" Lanjutnya lagi mengganti topik.

"katanya gabisa," jawab cowok botak itu.

"Kenapa?"

"Bukan gabisa bego," Ciko menimpali, "dia nyusul katanya." Lanjutnya sambil memasukan nasi kedalam mulutnya.


Zefi hanya mengangguk-angguk saja, lalu mengusap bibirnya dengan tissue. "Kalian lanjutin aja makan nya, gue ke atas bentar." Ucap Zefi pergi meninggalkan Ciko dan Eza yang tengah berebut paha ayam.

🙈🙈🙈

""Kan sudah saya bilang jangan keluar sebelum saya suruh." omel Zefi kepada Reina. Gadis itu terkejut saat Zefi langsung menerobos masuk kamarnya dan langsung marah-marah.

"Bisa ketok dulu ga sebelum masuk?"

"Ini rumah saya suka suka saya lah."

Reina mendengus, "bukan soal ini rumah siapa, tapi ga sopan kalo asal nyelonong masuk kamar orang."

"Kan kamu gatau saya di dalam ngapain, gimana kalo ternyata saya abis mandi mau pakai baju terus kamu tiba-tiba masuk. Gimana hayo?" Lanjut cewek itu sambil menunjuk Zefi dengan telunjuknya.

"Yaa nggak gimana-gimana. Toh saya udah pernah liat juga," balas pria itu santai.

Reina melototkan matanya tak percaya atas ucapan pria itu. Otak nya berputar mengingat kejadian yang pernah terjadi antara dia dan Zefi, seketika muncul semburat merah di pipinya.

"Cantik." Celetuk Zefi.

"Hah?" Beo Reina meski sekarang jantungnya berdetak sangat tidak normal.

Zefi memajukan langkah nya perlahan-lahan membuat Reina reflek mundur hingga punggung nya membentur pojok lemari. Saat itu juga Zefi mengunci pergerakan Reina hingga cewek itu tak bisa berkutik.

Entah sejak kapan bibir mereka udah saling bertautan, keduanya bermain dengan sangat lembut. Reina terhanyut dalam permainan Zefi, gadis itu mulai melingkarkan tangan nya dileher Zefi sesekali menjenggut rambut hitam pria itu.

Reina terperangah lalu Zefi melepaskan tautan mereka membiarkan Reina mengambil oksigen karena kehabisan nafas akibat ciuman yang semakin panas.

30 menit berlalu mereka saling melepas satu sama lain. Reina yang sangat canggung pun tak berani menatap Zefi, lain hal nya dengan pemuda itu terlihat sangat tenang dan masih terus menatap Reina.

"Tadi keluar kamar ngapain?" Tanya nya membuat Reina mendongak untuk menjawab nya. Posisi mereka kini masih menempel satu sama lain.

"Lagi ngambil buah di kulkas tapi pas mau balik udah ada kamu sama temen kamu duluan."

"Kenapa ga nyuruh bibi?"

"Bibi izin beli bahan dapur tadi soalnya udah pada abis,"

Zefi menangkup wajah gadis itu, "lain kali jangan diulangi." Ujarnya lalu mengecup bibir Reina sekilas sebelum akhirnya pria itu keluar.

Reina terkulai lemas ia dari tadi terus memegangi jantung nya yang tak berbentuk berdetak. Sungguh ia tak mengerti dengan perasaan nya ini.

Hal yang cewek itu takuti adalah dirinya benar-benar jatuh hati kepada pria yang notabene adalah bos nya sendiri.

Apa pantas?






Bersambung..

Beloved Boss (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang