14.

978 29 0
                                    

pa kabar guyssss hihihi ketemu lagiiii

Oiya karena sebelumnya vote tidack tercapai jadi aku ga nulis permainan gila Deri Clara yaaa.

Tapi tapiiii sekarang aku percepat alur nya biar ga bertele-tele wkwkw dan tentunya lebih serius ke konflik. So kalo ada masukan atau apapun buat cerita ini komen aja yaaa. Maaciwww

🌈 Happy reading! 🌈

Setelah mempertimbangkan akhirnya Reina memutuskan untuk berhenti bekerja. Jika ia terus bekerja dengan Zefi sudah dipastikan dirinya akan masuk kedalam perangkap pria itu.

Reina tau Zefi mempunyai rencana yang buruk untuknya. Sebelum dugaan nya terbukti benar, ia harus pergi meninggalkan pria itu.

"Harus nya gue sadar kalo dari awal udah ada yang gaberes."

"Sikap baik Zefi selama ini tuh ada maksud tersembunyi. Dari awal gue udah diperlakukan sebaik mungkin disini itu ga cuma-cuma, pasti suatu saat nanti dia minta balesan."

"Omongan Zefi kemarin bener bener bikin gue takut sekaligus sadar."

Ia terus mengoceh dengan dirinya sendiri sembari memasukan semua bajunya ke dalam koper.

Omongan Zefi semalam terus terngiang-ngiang, bahkan tidurnya pun terasa gelisah. Maka dari itu ia tidak mau menjadi korban Zefi selanjutnya untuk ditiduri.

Selama ini ia menjaga penuh kehormatan nya. Reina akui Zefi memang menghargai dirinya dengan menuruti semua omongannya, namun Reina tak bisa memastikan sampai kapan pria itu berhenti menahan keinginannya. Sebelum terjadi yang enggak-enggak, ia memutuskan untuk pergi dari hidup pria itu.

"Berhenti," Cegah Zefi melihat Reina yang sudah berada diujung pintu.

"Kamu mau kemana bawa koper segala Reina?" Tanya nya.

Reina terdiam, ia tak tahu apa yang harus dikatakan kepada Zefi. Ia tak menyangka klo ternyata Zefi masih ada dirumah.

"Oiyaa mendadak aku disuruh ibu pulang. Aku pikir kamu di cafe mangkanya ini aku mau kesana, tapi ternyata kamu masih dirumah yudah aku izin pamit yaa." Jawab Reina meyakinkan.

"Berapa hari sampe harus bawa koper begini?"

"Maaf aku udah gabisa lagi tinggal disini. Makasih untuk semua kebaikan kamu." Ujar Reina to the point.

Zefi menatap Reina intens, "Gabisa kamu gabisa sepihak memutuskan bekerja dengan saya."

"Kenapa gabisa? Apa ada kontrak kerja diantara kita?" Sungut Reina.

"Ga adakan, jadi boleh dong sesuka aku buat pergi kapan aja." Lanjutnya lagi membuat Zefi bungkam.

Zefi akui kali ini dirinya bodoh hal sepenting ini tak terpikirkan dari awal.

Pria itu berdehem lalu memasukan tangan kedalam saku celananya mencoba untuk terlihat tenang. "Kasih satu saya alesan kenapa kamu ingin keluar bekerja dengan saya."

"Tadi aku udah bilang karena disuruh ibu pulang." Dusta Reina dengan terpaksa.

"Itu bukan alesan Reina." Tegas Zefi membuat Reina sedikit tersentak.

"Pasti ada alesan lain kenapa kamu ingin pergi dari sini. Dan saya ingin tahu alesan itu!"

Reina menghela nafas dalam, memikirkan alesan apa yang tepat agar Zefi dapat mempercayai nya.

"Apa karena cowok itu?" Tebak Zefi membuat reina terkejut.

"Iya pasti karena cowok di cafe yang kamu temuin itu."

Beloved Boss (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang