Bab 2.

15.8K 2.1K 123
                                    

Irsyad sampai di mansion agak sore...harusnya dia berangkat untuk tanding. Tetapi dia terlalu malas untuk menggerakkan ototnya terhadap sesuatu yang sama sekali tidak di sukainya.

Pertandingan voly ini merupakan keinginan Dirgant asli. Ah membahas Dirgant Asli, Irsyad tidak tau, kemana anak itu. Bagaimana jiwanya yang harusnya mati malah memasuki tubuh ini.

Irsyad berada di kamarnya, dia pergi kebawah karena membutuhkan sesuatu untuk di makan. Anak itu menguap sesekali, sejujurnya dia malas sekali berjalan, ketika pulang dari sekolah dia ingin tidur dan tidur.

Sampai di anak tangga, Suara kakak laki-laki nya memanggil dirinya, "Dirgant...bukankah kau ada latih tanding hari ini?"

Mata Irsyad bergulir, dia menatap kakak dan ksatu orang asing di sebelah Levin. "Aku malas."

"Bukan karena kakak tidak mengantar mu kan?" selidik Levin, dia tau betul jika adiknya itu tergila-gila akan voly.

"Kenapa harus?"

"Aneh sekali...melihat kau yang sangat menyukai voly malah berkata malas ketika ada latih tanding," ujar Levin.

"Bukankah lebih aneh kakak?" Levin mengangkat alis bingung.

"Kakak seharusnya mengantar kak Luna bukan?"

"Dia di antar papa mama," kata Levin.

"Oh."

"Aku ingin segera memiliki uang banyak dan pergi dari sini." Irsyad bergumam...Levin yang mendengar itu segera mendekat dan mencengkram dagu Irsyad.

"Kau berkata apa barusan?" Levin menatap tajam Adiknya.

"Apa?"

Levin harus meredam amarahnya ketika sang adik menjawab dengan acuh, "Kau berkata akan pergi dari sini?"

"Apa ada yang salah dengan ucapanku?"

"Kau tidak akan kemana-mana Dirgant!" geram Levin.

"Ya ya ya..." Irsyad melepas cengkraman itu. Sial, rasanya sakit, kakaknya itu mencengkram kuat dagunya. Dia melanjutkan jalannya untuk pergi ke dapur. Sial, dia sungguh haus sekali.

Dari dapur Irsyad mendengar suara ricuh, dia tetap acuh. Setelah menetapkan rasa hausnya, dia kembali. Bocah itu melupakan ingin memakan beberapa cemilan, moodnya berubah.

Belum sampai di anak tangga, sebuah suara memanggilnya, "Dirgant!"

Dia tidak menjawab, dia hanya mengangkat alisnya, "Dirgant, bisa kah kamu memberikan ini pada Ethan?" ujar Luna..Luna Nelly.

"Ethan?"

"Iya, dia tunangan kakak."

"Baiklah besok pagi akan aku berikan padanya," ucap Irsyad. Dia melanjutkan langkahnya,  tetapi Luna tetap menahannya.

"Dirgant kakak ingin kamu mengantarnya sekarang," pinta Luna.

"Masih ada esok hari, kenapa harus sekarang?" Irsyad menghela nafas malas.

"Kakak mau benda ini sudah ada di Ethan malam ini Dirgant, mengertilah." mohon Luna, dia memegang kedua tangan Irsyad.

"Turuti saja kemauan kakakmu Dirgant. Lihat, dia menjadi sedih," ujar sang mama. Mata Irsyad bergulir menatap Maeve.

"Sedari tadi petir sudah menyambar, dan cuaca mendung. Aku yakin sebentar lagi akan hujan," ucapan Irsyad.

"Hanya sebentar Dirgant, kakak mohon."

"Pergilah Dirgant." Irsyad memasang muka masam. Dia menyambar benda ditangan Luna dan pergi dengan cepat.

Karena kekesalannya, Irsyad lupa jika dirinya berjalan kaki. Bagus, dia bahkan tidak tau dimana letak rumah seseorang bernama Ethan itu.

Imagination ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang