"Jadi, apa yang akan kamu lakukan kak?" seorang wanita cantik duduk bersilang di sofa khusus yang berada di kamar Ethan yang sudah di dominasi eh Irsyad.
"Kau yang paling tau kakak Key," Senyum Rose berkembang. Wanita itu mengelus lembut rambut Irsyad.
"Bagaimana jika dia tau?"
"Edric tak akan masalah." Wanita yang menjadi lawan bicara Rose itu hanya menghela nafas.
Dia menyesap Benda nikotin yang menempel di bibir seksinya. Dia Princess Keyza adik satu-satunya Rose yang belum menikah. Dia di hubungi oleh Rose, tanpa basa basi dia langsung datang.
Keyza merupakan seorang model terkenal di Kota A. Karirnya bukan main-main. Tetapi tidak ada yang tau, berapa kejamnya dia ketika bermain bersama semua musuh dan rival nya.
Keyza akan melakukan apapun untuk membuat kakaknya bahagia. Meski dia tau, sang kaka bahkan tak membutuhkan bantuannya sama sekali.
Wanita anggun itu berdiri dan membuang puntung rokok yang tersisa setengah lalu menginjaknya. Dia mendekati ranjang dan duduk di sebelah Irsyad. "Dia begitu menggemaskan, pantas saja kau menyukainya."
"Jangan menyentuhnya Key!" Rose berdesis.
"Ayolah kak, dia akan menjadi keponakanku," heran Keyza. Kakaknya begitu posesif, dia tak akan mengambil apa yang sudah menjadi milik sang kakak.
"Jadi, untuk apa kakak menyuruhku datang kemari?" tanya Key. Dia mulai menjauh dari ranjang itu. Tatapan kakaknya membuat dia tak nyaman.
"Aku sedikit butuh bantuanmu."
Rose berwajah serius, dia membicarakan rencananya dengan Keyza. Setelah selesai, Keyza pun pulang.
Bertepatan dengan Keyza yang sudah pergi, Edric datang karena di hubungi oleh Rose. Edric kembali ketika Rose menelepon jika keluarga Achalendra datang ke mansionnya.
Tetapi begitu masuk tidak ada siapapun didalam, Edric merasa aneh. Istri nya itu tak akan berbohong padanya. Edric pun bergegas ke atas mencari keberadaan Rose.
"Rose, Honey..." Melihat tak ada di kamar mereka berdua, Edric pun yakin jika sang istri berada di kamar sebelah.
Dan benar saja Edric mendapati sang istri yang menangis memeluk bocah yang dari kemarin berada disini. Bocah yang menarik perhatian keluarganya termasuk dirinya.
"Rose ada apa?" Edric menghampiri Rose yang terisak.
"Edric, aku sudah mengetahui semuanya," lirih Rose.
Edric memeluk Rose berharap sang istri tenang. Dalam benaknya ia bertanya apa yang terjadi sehingga sang istri sampai menangis sesenggukan.
"Apa yang terjadi Rose? Dimana keluarga Achalendra?" bingung Edric.
"Mereka sudah pulang setelah menampar Dirgant," tutur Rose, dia mengelus pipi Dirgant pelan," Lihat pipinya memerah Edric."
Edric mengangkat alisnya, "Mereka datang hanya untuk menyakitinya?" Rose mengangguk.
"Edric, aku tak mau Dirgant kembali kesana. Aku tak mau Dirgant terluka," ujar Rose. Dia menduselkan wajahnya di dada bidang Dirgant.
"Kau menginginkan hal itu Honey?" Edric mengelus rambut Rose.
"Aku mau Dirgant berada disini."
"Batalkan pertunangan Ethan dengan Luna. Aku tak mau putraku bersama keluarga yang pilih kasih dan kasar."
"Kau tau hal ini beresiko sayang?" Edric mencoba memberi perhatian pada Rose.
"Kau tau betul bagaimana aku Edric."
Edric menghela nafas, mungkin ini akan menjadi masalah untuknya. Tetapi semua ini tak masalah ketika sang istri yang meminta.
.
Edric salah ketika dia berkata akan menjadi masalah saat dia mencoba meminta Bungsu Achalendra untuk tinggal bersamanya. Karena nyatanya mereka bahkan acuh tak acuh, di sebabkan oleh putri mereka.
"Jika dia merepotkan kau bisa mengusirnya dari sana Edric. Karena dia adalah anak yang sedikit tak tau diri, " ketus Agas.
"Kau tidak lupa? Jika anak yang kau katakan tidak tau diri itu putramu?" Alis Edric terangkat. Ayah macam apa orang yang berada di depannya ini.
"Dia emang tidak tau diri, sudah baik kakaknya mengkhawatirkan dirinya, dia malah membentak Luna kemarin saat kami akan membawanya pulang. Beruntung sekali jika kau mau menampungnya." Ucapan sarkas Agas benar-benar tak nyaman masuk ke telinganya.
"Dia putramu kawan."
"Dia memang putraku, tetapi putriku lebih berharga," sungut Agas. Dia terlanjur emosi ketika kemarin putrinya pulang dengan keadaan menangis.
Saat dia tau bahwa putra bungsunya lah penyebabnya, Agas marah besar.
"Kalau kau tak mau merawatnya, aku sanggup untuk membesarkan dia," tawar Edric. Dia mencoba mengambil kesempatan dalam amarah Agas.
"Kau bisa membawanya. Aku muak setiap melihat dia iri terhadap Luna. Yang dia lakukan hanyalah menyakiti kakak perempuannya," jawab Agas santai.
"Kau yakin?" Agas mengangkat bahu tak peduli.
"Bagaimana dengan hak asuh?" tanya Edric.
"Tidak perlu hak asuh, kau bisa memiliki dia tanpa apapun." Bibir Edric menyeirngai tanpa di ketahui Agas.
"Segitu tidak berharganya Dirgant di matamu Agas? Sebenarnya aku heran, dimana letak salah anak itu hingga kau sampai rela memberikan anakmu pada orang dengan suka cita," kata Edric untuk sentuhan terakhir, memastikan rencananya berjalan dengan sempurna.
"Tidak usah banyak bicara Edric, jika kau menginginkan dirinya maka ambilah!" Agas mulai jengah dengan Edric.
"Dengan ini kau tak bisa mengambil nya kembali Agas. Apa yang sudah milik kami, kau tak bisa menariknya kembali kesisimu, kau yakin tak akan menyesal?"
"Aku tak akan pernah menyesal!" bentak Agas.
"Calm down bro." Edric tersenyum mengejek, dia berdiri dari duduknya.
"Aku pergi, jangan lupa kirim data hak asuh Dirgant padaku nanti." Edric pun melangkahkan kakinya keluar dari kediaman Achalendra.
Edric menatap Mansion itu lama, kemudian berlalu. Sebelum itu dia bergumam,
"Anak yang malang."
Hattchimmm!
"Ahh apakah aku akan demam lagi?" Irsyad menggosok hidungnya.
"Dari pada itu, siapa makhluk yang begitu sempurna ini?"
"Wajahnya begitu menawan, apa dia turun dari surga? Ah aku yakin dia adalah makhluk tertampan disini."
"Aku yakin, siapapun yang akan mendapatkan dirinya, merasa beruntung."
"Siapa yang akan menolak wajah mapan itu?"
"Oh aku bahkan takut, dia di culik karena perangainya yang begitu nemukau."
"Hanya orang bodoh saja yang berani mengabaikan dia." Irsyad terus memuji dirinya sendiri di depan pantulan cermin sembari berpose.
Di temani oleh Ethan yang tengah memainkan ponsel. Tampaknya dia sudah terbiasa dengan sikap narsis Irsyad yang tidak ketolong.
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination ✔
Teen FictionDia...hidup di imajinasi yang beberapa orang inginkan. Dia...berada antara imajinasi dan kehidupan yang nyata. Antara percaya dan tidak percaya...dia hanya perlu menjalaninya. perihal ini tidak nyata, dia akan terbangun di dunia yang seharusnya... d...