Bab 4.

13.7K 1.9K 42
                                    

Di dalam UKS terjadi keheningan, hanya isak pelan dari Maya lah yang terdengar. Irsyad tidak tau, apa yang harus dia lakukan untuk menenangkan seseorang yang menangis.

Hidupnya penuh dengan ketidakperdulian. Di fikir nya untuk apa dia peduli kepada orang lain ketika orang lain tidak peduli terhadapmu? Dia butuh sesuatu yang impas, bukan berat sebelah.

Taraka meninggalkan dirinya bersama gadis yang tengah menangis itu. Irsyad fikir jika laki-laki itu memanggil Vernon.

Benar saja, Taraka datang bersama Vernon dan teman-temannya. Vernon langsung mendekat ke brangkar Maya, berdiri tepat di sebelah Irsyad.

Irsyad tidak mau repot-repot pindah karena dia sudah nyaman dengan posisinya. Ethan yang melihat Irsyad yang tak mau pindah membuat Vernon kesusahan mendekat karena brangkar yang di tempati Maya hanya kosong di sisi kiri, sedangkan sisi kanannya menyandar tembok pun segera menarik anak itu dari sana.

Ethan mendudukkan Irsyad di tempat duduk lainnya. Irsyad tak banyak merespon, asal dia mendapatkan tempat duduk lagi dia sama sekali tidak masalah.

Irsyad menatap pemandangan di depannya, dimana Vernon yang mencoba untuk menenangkan Maya dan menyentuh gadis itu. Maya menolak sentuhan Vernon, dia tak pernah merasakan hal seperti ini kalau bukan karena Vernon.

"Pergi jauh-jauh dariku. Semua kemalangan yang tertimpa padaku hari ini adalah salahmu!" hardik Maya, mata sembabnya menatap tajam Vernon.

Irsyad yang mendengar hal itu tak mengerti, mengapa gadis itu menyalahkan orang lain atas dirinya yang lemah?

"Aku tidak pernah menggodamu, tetapi kenapa aku di hina jalang? Aku tak pernah mendekati mu tetapi kenapa aku harus merasakan hal seperti ini?" Vernon diam, tangannya mengepal kuat.

"Aku mohon Vernon, menjauh dariku. Aku ingin menjalani masa SMA ku dengan tenang. Jika kau tetap mendekati ku, aku tidak yakin masa depanku akan cerah," lirih Maya.

"Urus pacarmu itu, katakan padanya jika aku tak pernah sekalipun menggodamu," ujar Maya.

"Aurora bukan kekasihku Maya!" jawab Vernon tak terima.

"Aku tidak mau tau Vernon, kalau kau tak mau menjauh dariku. Aku yang akan menjauh dari kehidupanmu, instingku berkata jika mereka akan terus merundungku jika tetap berada di radarmu," kata Maya panjang lebar.

Vernon mengerakkan giginya, laki-laki itu sedikit menurunkan egonya. Dia menggenggam kedua tangan Maya, "Aku tidak akan menjauhimu, tak akan pernah."

"Baik, kalau itu keputusanmu maka aku akan pindah sekolah."

Katakan Irsyad jahat, dia tertawa dalam hati. Setau dia, di rumor yang beredar bahwa Maya merupakan anak yang masuk sekolah ini dengan beasiswa. Semua biaya ya nya di tanggung oleh pihak sekolah. Yah..kalian tau bukan maksud Irsyad?

Vernon menatap Maya datar, "Itu tak akan terjadi."

Setelah mengatakan hal itu Vernon keluar dari ruang UKS. Maya kembali terisak, bersamaan dengan itu teman-teman Maya yang masuk dengan wajah khawatir.

Inti Bruiser pun keluar ketika tak ada lagi yang bisa mereka lakukan disana.

"Gila..Aurora benar-benar gila!" seru Andros, yang di angguki teman-temannya.

"Aku begitu terkejut, bahkan ketika gadis itu ketahuan dia sama sekali tidak takut," ucapan Tara. "Dia bahkan berkata dan membentak kami untuk tidak ikut campur," lanjutnya.

"Kami?"

"Iya..Ah Dirgant. Kau tak apa? Dari tadi kau tak mengeluarkan suara. Apa kau shock?" panik Tara. Dia baru ingat jika dia bersama dengan Dirgant.

Semua pasang mata menatap Irsyad. Irsyad mengernyit memutar bola mata malas. Sebelum dia menjawab, Andros dengan heboh berkata, "Tara sial! Sudah pasti dia terkejut. Kau tidak lihat jika penampilan Maya saja begitu kacau, aku yakin jika aku berada disana waktu itu tubuhku akan merinding."

"Dirgant yang malang." Derya menggelengkan kepalanya dan menepuk bahu Irsyad.

Irsyad diam menikmati ketololan dari orang-orang yang berada di depannya. Dia menunduk memperhatikan tangannya yang tampak mungil di gandeng oleh Ethan.

"Gadis itu membentak?"

Tara, Andros dan Derya spontan menoleh ke arah Ethan. "Ya?"

Genggaman itu terlepas, Ethan pergi dari sana. Meninggalkan raut bingung pada teman-temannya, "Kenapa dia?"

"Kebelet pipis mungkin."

Irsyad mengangkat bahu acuh. Dia meninggalkan sekawanan tolol itu untuk ke kantin. Bel masuk tentu saja sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, tapi masa bodo. Dia lapar, tubuhnya butuh asupan nutrisi.

ಠ_ಠ

Bugh

"Aku benar-benar tak segan meski kau adalah perempuan sialan!" geram Vernon. Matanya memandang tajam pada Aurora yang meringis kesakitan.

"Apa yang kau lihat darinya Vernon! Dia gadis miskin yang murahan!" Aurora berdiri di bantu oleh Callie dan Belle.

"Aku rasa matanya sudah buta di buat oleh gadis itu," sahut Callie.

"Diam Callie! Aurora bahkan tidak ada apa-apanya di bandingkan Maya." Vernon menunjuk penuh emosi pada ketiga gadis itu. Aurora begitu geram mendengar hal itu.

"Jika aku melihat kalian atau mendengar jika kalian menyakiti Maya, Kalian akan tau akibatnya!" Vernon berniat pergi, tetapi Ethan datang dan melepaskan sabuknya.

Vernon mengernyit ketika Ethan yang tak pernah ikut campur dalam masalahnya datang dan mencambuk ketiga gadis itu hingga pingsan.

"Untuk apa kau melakukan hal itu Ethan." tidak ada jawaban dari mulut Ethan. Vernon mendengus karena tidak ada suara yang di keluarkan oleh temannya itu. Dia berlalu di ikuti Ethan yang memasang sabuknya.

Ethan melakukan hal itu karena dia merasa marah ketika Taraka berkata jika ketiga gadis itu membentak Irsyad. Dia merasa harus menghukum ketiga gadis itu, ya..hanya itu.

Mereka pergi dari gudang tempat dimana Vernon menyiksa Aurora. Tanpa mereka ketahui Shaina Oniria Teman dari Luna melihat semuanya.

"Aku harus kasih tau ini pada Luna!" batin Ina.

Ina segera pergi ke kelas dan memberitahukan apa yang baru saja dia lihat."Luna!"

Luna memberikan minum yang ada di tasnya dan di berikan kepada Ina melihat nafas Ina yang begitu memburu. "Ada apa Ina? Bernafas lah secara perlahan dulu."

"Luna kamu harus tau ini!"

"Tadi, Vernon menyiksa Aurora dan kedua sahabatnya di gudang," ujar Ina.

Luna mengernyitkan dahinya bingung, "lalu urusannya denganku apa?" jawab Luna tak minat.

"Ethan juga menghukum mereka."

Luna semakin di buat bingung,"Lalu?"

"Gadis bodoh! Vernon menghukum mereka karena gadis bernama Maya, otomatis Ethan juga menyiksa mereka juga karena alasan yang sama!"

"Kau tau bukan? Jika tunangan kamu itu jarang ikut campur urusan Vernon?"  mendengar penjelasan Ina, Luna mengerjap pelan untuk mercerna.

Kemudian mengepalkan tangannya kuat hingga tangan itu memutih. "Sialan!"

Di sisi lain, Irsyad yang di sibukkan dengan nasi gorengnya harus terganggu oleh Ethan yang tiba-tiba duduk di depan mereka.

"Kalau kau mau, kau bisa membeli. Jangan menatapku maupun makanan milikku, kau membuatku risih," celetuk Irsyad. Dia menatap tajam Ethan yang menatap dirinya.

"Bukan 'kau' tapi kakak." bukannya menanggapi ucapan Irsyad malah berkata lain.

"Ya terserah."











To be continued

Imagination ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang