"Aaahhhh...ngghh....hhhhh...." gue mendesah tertahan saat pria bertopi itu mengentoti gue. Ini adalah yang ketiga kalinya dia mengentoti gue setelah dua temannya, kedua temannya, yang bertato bernama Dodi dan yang berambut pirang dengan tindikan bernama Ucok, keduanya telah lebih dulu mengentoti gue.
Dodi dan Ucok mengeluarkan pejunya di dalam lubang anus gue, keduanya keluar dengan cukup cepat, tetapi peju keduanya sangat banyak.
Gue sudah berusaha untuk melawan mereka, tetapi gue tidak sekuat mereka, gue hanya bisa pasrah dan menangis saat Dodi dan Ucok secara bergantian mengentoti gue. Setelah puas memakai gue, Dodi dan Ucok menikmati miras yang mereka bawa dan berjaga di sekitar bale tempat eksekusi.
Saat ini gue sudah tidak mengenakan celana, kaos yang gue keenakan juga sudah diangkat sampai ke dada. Pria bertopi ini sebenarnya ganteng, banget malah, gue sempet denger tadi Dodi sama Ucok manggil dia Evan.
Evan ini kayaknya ketua gengnya mereka, soalnya Dodi sama Ucok nurut apa kata Evan. Setelah mereka berdua ngentotin gue, mereka langsung sigap aja beberes dan jaga sekitaran bale, seperti ngasih ruang buat Evan.
Evan memiliki kumis dan jenggot tipis, ia kadang menggesekan jenggotnya ke leher dan pipi gue, membuat gue mendesah nikmat karenanya. Tubuh Evan ini bisa dibilang kurus, kurus karena ia sepertinya tidak memiliki lemak, tubuhnya benar-benar atletis dengan sebuah tato ular di area selangkangannya.
Gue ga paham maksud tato itu, tetapi jujur aja, gue menikmati dientot Evan seperti gue menikmati saat dientot bang farid.
Evan sudah crot sebanyak dua kali didalam lubang anus gue, dan kontolnya tetap ngaceng dengan keras, ini adalah ronde ketiganya. Sejujurnya kaki dan pinggang gue sudah lelah menghadapi nafsu Evan.
Evan mencabut kontolnya keluar dari lubang gue, PLOP dan SSYUURRR peju ketiga pemuda itu mengalir deras dari lubang anus gue, "ahhh" ntah kenapa gue merasa sangat nikmat saat peju kental itu mengalir keluar dari lubang gue, seperti ada perasaan lega, nikmat dan puas, semuanya bercampur jadi satu.
Evan segera membalikkan tubuh gue, lalu menariknya hingga ke pinggir bale, gue diposisikan menungging dan lubang anus gue tepat berada di depan kontol Evan yang sangat besar dan berurat itu.
Pelan-pelan ia memasukan kembali kontolnya, tidak terlalu sulit selain karena lubang gue sudah terbiasa dengan ukuran kontol Evan, toh lubang gue juga sudah sangat banjir dengan peju mereka sebelumnya.
Perlahan Evan memaju mundurkan pinggulnya membuat gue mendesah tertahan, kontol Evan ini lurus, tidak bengkok kekiri ataupun kekanan, saat dimasukan membuat mentok dan langsung menyentuh prostat.
Gue menggigit bibir gue, gue merasa malu, sedih dan kesal, karena gue sebelumnya sangat marah dan jijik telah diperkosa oleh mereka tetapi kini gue justru menikmati entotan Evan.
Evan memeluk gue dan mengelus perlahan puting susu gue yang sudah menegang ini, dengan lembut Evan membelai ujungnya lalu dengan jari nya ia mengusap sekitaran putingnya. Gue berusaha sekuat tenaga menahan desahan.
"Nnngghhhh.." gue menggeram tertahan, saat Evan mulai mempercepat entotannya ia juga menggigit dan menjilat leher gue, meninggalkan beberapa cupangan disana.
"Mantep euy si bos, lama pisan ngentotinnya" ujar Dodi yang kini sedang asik mengocok kontolnya sendiri karena sepertinya ia tidak tahan melihat adegan perkentotan gue dan Evan.
Evan semakin mempercepat entotannya, setiap kontolnya menerobos masuk kedalam lubang anus gue, gue merasa nikmat luar biasa, kontol gue pun gaceng dengan sangat keras, benar-benar berbeda ketika gue dientot Dodi dan Ucok.
"Aaahh...baanggg amphhunnnn" desah gue tidak kuat menahannya lagi, gue crot dengan sendirinya tanpa memegang ataupun mengocok kontol gue.
"Aaahh anjing sempit banget" desah Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelet Anus Side Story : Okta
Teen FictionOkta menyukai Farid, teman semasa kecilnya tapi farid itu Dukun cabul seksi yang sedang naik daun. Bagaimanakah kisah okta mencintai farid dalam diamnya ? apakah okta bisa menyadarkan kembali farid?