Tetangga

513 71 5
                                    


Pagi ini Shinobu agak santai sedikit, karena mas suami memang gak minta buatin bekal. Jadi tadi dia cuma buatin kopi aja, itupun dimasukin tumbler buat dibawa Giyuu ke kantor. Ingat mereka berdua sama-sama gak bisa sarapan, jadinya kagak pernah ketemu sarapan mentok cuma minum teh bareng itupun baru sekali pas hari minggu ujan.

Sejam lalu Giyuu baru berangkat dan sekarang Shinobu mau ke tempat laudry di lantai 2. Maklum tinggal di apart memang agak repot masalah percucian bajunya, gak ada tempat jemur + jadi boros air juga.

Baru dia buka pintu unit, Shinobu dikagetkan dengan sosok perempuan yang beberapa hari lalu gak sengaja ketemu di lift dari bestment.

"Eh?" refleknya dan perempuan tadi juga mundur  selangkah.

"Assalamu'alaikum mba.., mau keluar ya ?"

"waalaikumsalam, mau ke laudrya-an aja kok."

Shinobu yang gak sengaja ngeliat perempuan ini bawa sesuatu langsung paham kalo dia mau bertamu. 

"Aku mau ngasih ini mba, semalem aku latihan praktek resep baru" katanya sambil nyodorin sepiring kue yang Shinobu gak tau namanya apaan.

"Eh repot-repot, Yok masuk dulu"

"Gak usah mba, kan mba mau keluar"

"Udah gak papa nanti siang juga bisa aku kesana. Hayuk masuk, kita kan tetangga"

Sejujurnya Shinobu agak bingung mau nerima tamu apa enggak, tapi masalahnya ini orang udah repot-repot bawain dia makanan. Gak mungkin langsung diusir, dan kemaren juga dia yang ngajak mampir. Tapi setelah dipikir-pikir selama kurang dari 1 menit kayak gak papa deh, lagian apart ini jauh dari lingkungan kampus.

"Duduk dulu, aku bikinin teh. Gak sibuk kan hari ini ?" Shinobu jalan terus ke dapur dan perempuan tadi duduk di sofa panjang di ruang tamu.

"enggak kok mba..."

Gak berapa lama dia balik ke ruang tamu bawa dua cangkir, sebuah teko dan sepiring kue yang tadi dikasih. "Oya kita belom kenalan, Aku Shinobu"

"Aku Aoi, mba. Mba dari kapan pindah ke sini ?"

"Hmm..., 3 minggu lalu kalo gak salah. Makanya masih kosong begini unit aku" Shinobu ikut duduk setelah menuangkan teh ke kedua cangkir keramik hadiah pernikahannya dari Mitsuri.

Aoi cuma ngangguk paham, dan tanpa sengaja dia ngeliat sebuah cincin melingkar cantik di jari manis tangan kanan Mba Shinobu. Kaget! Yaiyalah, waktu pertama ketemu dia cuma ngira mba-mba ini paling kerja disekitar palagan.

"Mba kerja disekitar sini ?" tanyanya basa-basi. Sangat tidak mungkin langsung nanya "Mba udah nikah ?" tidak sopan, mana mereka baru kenal beberapa hari lalu.

"Enggak, aku masih kuliah.Kamu ?" Shiobu jawab santai walau sebenarnya jantungnya berdetak tidak baik-baik saja, tolong dong jangan bahasa masalah perkuliahan.

"Aku kuliah juga mba, naik semester 3 sekarang" Aoi juga jawab santai meskipun batinnya juga kaget karena salah dugaan lagi.

Shinobu ngangguk sambil nyicipin kue tadi, "enak loh ini. Jangan-jangan kamu anak boga ya ?"

"Eheheheh iya mba, itu resep iseng buat semester depan"

"Ih kapan-kapan ajarin aku bikin kue. Sumpah aku gagal mulu buat kue-kue beginian"

Tapi memang beneran Shinobu selalu gagal kalao bikin makanan manis. Sampe bundanya sendiri heran sama dia. Pernah dia nyoba bikin brownies panggang, kan memang konsep brownies itu bantet cuma punya Shinobu konsepnya jadi batu. Amat teramat keras

Suddenly -We Get Married-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang