Part 6 - Ketahuan

474 93 9
                                    

Suasana sangat berbeda tidak seperti biasanya, Rosa menatap anak pertamanya dengan tatapan kecewa. Hembusan napasnya terasa berat Ia berusaha menahan semua rasa marahnya.

Aldebaran dengan perlahan berjalan ke arah Rosa, Ia menggenggam tangan wanita yang sangat Ia cintai dan Ia sayangi itu, namun tatapan Rosa tetap sama Ia tidak mempedulikan apapun yang di lakukan Aldebaran.

"Jawab pertanyaan mama Al!" ucap Rosa sambil berusaha tenang, setetes air mata mengalir di pipi Rosa.

"Istri aku udah meninggal ma," ucap Aldebaran dengan pelan.

Mendengar jawaban dari sang putra Ia sangat terkejut, bagaimana bisa anaknya tidak mengakuinya. Beribu pertanyaan berputar pada otak Rosa, apa selama ini Ia telah salah mendidik anaknya.

"Jangan bohong, kamu kira mama gatau ha?!" ucap Rosa penuh emosi.

"Ma.... jangan nangis," lemah Aldebaran, hatinya tak tega melihat sang mama meneteskan air mata.

"Lepas tangan mama!" Rosa menarik tangannya dari genggaman Aldebaran.

"Mama tenang aja aku bakal selesaikan masalah ini, kita ngga ada hubungan apa-apa jadi aku bakal tinggalin dia." ucap Aldebaran.

Rosa menatap kaget pada putranya, "Apa kamu bilang? tinggalin dia?" ucap Rosa dengan raut tak percayanya.

Tanpa aba-aba Arsen menonjok pipi kanan Aldebaran, "Brengsek," ucap Arsen emosi.

Arrrggghh,

"Arsen, tolong jangan menggunakan kekerasan!" Rosa memohon pada anak keduanya itu.

Arsen yang sudah muak daritadi menahan amarahnya, ia bergegas pergi darisitu.

"Kamu ga mikirin masa depan dia? berita ini udah kemana-mana, jangan egois kamu Al!" jelas Rosa.

"Ma, kalo soal berita aku udah suruh Gavin buat ngehapus semua jejak digitalnya ma,"

"Ga semudah itu Al, banyak sekali yang ingin menjatuhkan kamu Al."

"Sekarang bilang sama aku, mama tau darimana berita ini?"

"Itu ga penting buat sekarang Al," ucap mamanya.

"Tidak usah bertele-tele Al, bawa istri kamu kesini dan mama tidak ingin ada perceraian."

Mama Rosa pergi meninggalkan Al sendiri.

•••

Andin memasuki rumahnya dengan semua barang-barangnya.
"Bi ira..." panggil Andin, namun Andin tak mendapat balasan sama sekali.

"Kayaknya bi Ira lagi keluar," ucap Andin bermonolog.

Sesampainya di kamar, Andin langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur. Ia sangat lelah terlebih lagi ia harus memikirkan selanjutnya harus melakukan apa.

Tak lama kemudian Andin mendengar suara mobil masuk ke area rumahnya, Andin menyibak gorden kamarnya dengan cepat.

Ternyata itu Hanna sahabatnya, yang biasa ia panggil Nana.

"ANDIN... ANDIN..." teriak Hanna dari lantai bawah.

Andin menutup telinganya mendengar suara tersebut.

Hanna memasuki kamar Andin dan menatap Andin dengan tatapan melotot,
"Kenapa sih teriak-teriak Na, gue ga budeg loh." ucap Andin.

"Lo beneran udah nikah?" tanya Hanna yang masih tidak percaya.

"Menurut lo?" ucap Andin sembari kembali rebahan ke kasurnya.

"Gue masih ga percaya, kok lo ga kerumah suami lo?" tanya Hanna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang