1 [Sebuah fakta]

427 169 64
                                    

Hai everyone!!
Aku up lagi nih, ada yang nungguin nggak?
Sorry, ya, aku lama up nya soalnya biasalah mood ini naik turun mulu

Langsung aja yuk baca
Jangan lupa vote dan komen, ya!
Kalau ada typo tandai aja nanti aku perbaiki

Happy reading

*****

Lea menarik nafas pelan saat dirinya baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah. Lea tersenyum bangga melihat pekerjaannya yang terlihat sangat rapi.

Lea menatap kedua kakinya. Seharusnya, hari libur seperti sekarang, Lea bisa seperti anak lain yang mengisi hari liburnya untuk bersenang-senang bersama keluarga. Namun, Lea juga sadar, kedua orang tuanya tidak mungkin mau bersenang-senang dengannya.

Tiba-tiba, Clara datang dan langsung menendang sampah-sampah yang hendak Lea buang. Lea membulatkan kedua matanya karena terkejut. Dia menatap Clara yang menatapnya sinis.

"Sorry, gue sengaja. Bersihin lagi, ya, yang bersih!" Perintah Clara.

Lea menatap Clara "Kenapa kamu bisanya cuma suruh-suruh doang? Harusnya kamu bantuin aku, Ra!"

Clara tertawa mengejek "Apa kata lo? Bantuin? Sorry, ya, ngapain gue harus kerjain ini semua kalau udah ada babu." Clara menunjuk lantai yang kotor dengan perasaan jijik.

"Babu? Maksud kamu?" Bingung Lea.

Clara mendelik "Sadar dong! Lo itu babu di rumah ini. Jadi, ngapain gue harus bantuin babu kayak lo?!" Kekeh nya.

Mata Lea mulai berkaca-kaca "Aku bukan babu!" Pekiknya.

"Oh, ya? Terus apa? Pembantu?" Clara terkekeh sinis kemudian melangkah meninggalkan Lea.

Lea menghapus air matanya yang hendak meluncur bebas di pipinya "Sabar, Le. Kamu pasti bisa lewatin ini semua."

*****

"LEA!"

"LEA!"

Lea berlari kearah Nia yang memanggilnya. Lea meneguk ludahnya susah payah saat melihat tatapan Nia yang menajam.

"I-iya, Ma. Ada apa?"

"Kamu itu abis ngapain, sih?! Dipanggil kok lama banget!" Sentak Nia.

Lea menunduk "Maaf, Ma,"

"Maaf terus! Kamu bisanya cuma maaf dan maaf. Ini kenapa rumah berantakan banget? Kamu nggak beresin?!" Teriak Nia.

Lea menatap sekeliling rumah yang sangat berantakan "Ta-tapi tadi Lea udah beresin, Ma." Ucapnya.

"Alah! Nggak usah bohong! Kalau emang udah kamu beresin, kenapa ini masih berantakan?! Udah berani bohong kamu sama saya?!" Nia menarik kasar rambut Lea.

Lea meringis "Ampun, Ma. Sakit," Ringisnya.

"Ada apa ini?" Anton datang dengan Clara yang bergelayut manja di lengannya.

Lea menatap mereka berdua sendu. Lea belum pernah merasakan bagaimana rasanya disayang oleh Anton dan dimanja oleh Anton. Lea menghembuskan nafas pelan untuk meredakan rasa sesak yang mulai menjalar di dadanya.

"Liat nih, Pa, masa rumah masih berantakan gini. Anak nggak tau diri ini nggak beresin rumah." Ucap Nia.

Anton menatap Lea murka "KAMU INI GIMANA, SIH?! HARUSNYA KAMU BERSYUKUR MASIH SAYA KASIH MAKAN, KASIH TEMPAT TINGGAL, MASA DISURUH BERESIN RUMAH AJA NGGAK KAMU KERJAIN!" Murkanya.

My Posesif Psikopat||Slow update Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang