"Karen? Karen ya?"
"Eh, iya..?"
"Masih inget gue gak?" Lagi ada satu pertanyaan, Karen kebingungan untuk menjawab. "Oh enggak ternyata."
Meringis, "Sorry."
Setelahnya Karen lupa bagaimana dia dan teman lamanya bersua temu setelah 6 tahun lebih sejak kelulusan sekolah dasar waktu itu. Yang jelas, yang Karen ingat saat itu adalah matanya indah.
Randy semasa sd hanya anak laki-laki yang Karen ingat sekali jika dia dulu beringus banyak. Sialnya, bagaimana bisa Randy yang itu, hari ini jadi setampan ini? Wajah yang tegas dan jauh lebih dewasa, pula kumis tipis yang seperti sengaja dibingkai untuk wajah maskulinnya. Tuturnya sopan, senyum dan tatapannya hangat.
Randy Pramradi, katakanlah Karen memang lemah pada laki-laki yang tutur sikapnya tertata, yang pekerja keras, yang berwawasan luas, yang bisa menghargai perempuan, yang ternyata Karen mengaku dia sudah jatuh cinta sejak pandangan dari mata saat hari pertama mereka bertemu sebagai orang dewasa.
.
.
.